Ruang Rahasia Ibu
9. 38-44
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

38--- EXT/INT Semacam lapangan dalam mimpi Alex. Malam.


FADE IN Semacam kabut yang mangambang, menyelimuti sebuah adegan gerak lambat yang awalnya suram, namun makin jelas dan kabut pun menipis memperlihatkan seorang anak perempuan yang terduduk di tanah lapang. Anak perempuan itu merunduk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Di sana hadir juga anak-anak lain yang berjalan mengitarinya sambil menunjuk-nunjuk ke arah si anak perempuan. Lalu terdengar suara-suara semacam cacophony yang semakin mengeras yang berasal dari anak-anak itu.


Anak-anak (VO)
"Anum ... anak jin ... Anum ... anak jin ... Anum ... anak jin ...."


Lalu, ada saat anak perempuan itu membuka tangan yang menutupi wajahnya. Tiba-tiba, muncul anmasi stick figure yang mirip dengan gambar di bawah meja belajar ibunya Erin. Wajah stick figure itu mendekat cepat hingga menutupi frame, menyeringai dan mendesis. Lalu, gelap.

BLACK OUT

CUT TO


39--- INT. Kamar Alex. Tengah malam.


Alex terbangun oleh mimpinya. Tidak perlu langsung beranjak, mungkin hanya CLOSE UP wajah Alex yang membuka matanya cepat. Frame pindah memperlihatkan Alex bangkit dan duduk di sisi tempat tidur. Ia raih ponselnya di samping bantal untuk melihat jam. Lalu Alex beranjak dan berjalan keluar kamar sambil membawa ponselnya.

CUT TO


40--- INT. Dapur. Tengah malam


BLACK OUT lalu tiba-tiba lampu menyala. Tampaklah dapur yang sederhana. Alex menghampiri lemari dapur sambil meletakkan ponselnya di meja makan saat lewat. Di lemari ia meraih sebuah mug dan sekantung teh celup dari kotaknya. Ia seduh secangkir teh dan kembali ke meja makan.

ATAU, adegan ini diawali dengan Alex menyalakan lampu. Frame fix di atas meja. Alex berjalan melewati meja makan, melewati frame yang seolah dia menuju lemari dapur, hanya saja, sebelum Alex melewati frame, dia menyimpan ponselnya di atas meja makan, persis di hadapan frame. Lalu, terdengar aktifitas Alex yang sedang menyeduh secangkir teh. Kemudian, masuk di dalam frame itu secangkir teh disimpan di samping ponsel Alex.

Adegan manapun yang dipilih, berujung pada frame yang memperlihatkan Alex menarik kursi dan duduk. Dia terdiam sesaat sambil memegang cangkir tehnya dan termenung.

BEAT

Tampak samping Alex yang perhatiannya beralih ke ponsel. Agak ragu, ia raih ponsel itu dan menekan sebuah nomor yang tersimpan; nomor ibunya.


SFX
Nada sambung.
Ibunya Alex (VO)
(Terdengar sedikit cemas)
"Assalamualaikum. Lex, kamu baik-baik saja?"
Alex
"Waalaikumsalam. Ya, Alex baik-baik saja. Hanya ... ingin bicara."
Ibunya Alex (VO)
"Ada apa, Lex? Tumben, biasanya kalo soal 'bicara' selalu sama Ayah."
Alex
"Agak rumit dan ... Alex butuh ... uuumm ..., sudut pandang perempuan."
Ibunya Alex (VO)
(Tertawa pelan sebelum bicara)
"Tentang cewek, ya? Boleh Ibu tebak? Namanya Erin, ya?"
Alex
"Ayah sudah cerita?"
Ibunya Alex (VO)
"Ya, Ayah sudah cerita. Lalu ... apa yang mau kamu bicarakan?"
Alex
"Ummm... tentang perasaan bersalah."
Ibunya Alex (VO)
"Perasaan bersalah?"
Alex
(Terdiam sejenak, ragu)
"Apa Ibu pernah... mencoba menolong seseorang tapi kemudian Ibu baru sadar kalau Ibu ternyata punya agenda lain dan ... Ibu merasa bersalah karenanya?"
Ibunya Alex (VO)
(terkekeh)
"Agenda,ya?"
Alex
(Mengerenyit dan terlihat kesal)
"Kok Ibu tertawa?"
Ibunya Alex (VO)
"Maaf, maaf. Ibu cuma ... baru menyadari kamu sudah cukup dewasa buat meramu kata-kata rumit. Tidak usah dipikirkan. Lalu, bagaimana? Apa agenda kamu sebenarnya terhadap Erin?"
Alex
"Apa Ayah juga cerita kondisi keluarga Erin?"
Ibunya Alex (VO)
"Ya, Ibu bisa bayangkan garis besarnya. Terus, kamu membantunya sebenarnya supaya kamu lebih dekat dengan Erin karena ... kamu naksir Erin?"
Alex
(Tersipu)
"Ya ... kurang lebih."
Ibunya Alex (VO)
"Kok, kurang lebih, sih? Anak Ibu mesti tegas dong! Perlu kamu tahu, Lex, perempuan tidak suka laki-laki yang peragu."

Alex menghela napas panjang.

Alex
"Maaf, Bu. Untuk kali ini Alex benar-benar ragu. Tidak tahu apa mesti terus membantunya, sementara Alex punya niat lain untuk membantunya, dan Alex yakin kalau Erin tahu, dia bakal kecewa."
Ibunya Alex (VO)
"Ya, Ibu mengerti maksud kamu. Yang tidak Ibu mengerti, seandainya kamu tidak suka Erin, kamu tidak akan membantunya?"


Alex tampak tercenung.

Alex
"Tapi, Bu, kalau Alex tidak punya affection terhadap Erin, Alex tidak akan peka kalau Erin butuh bantuan, Bu. Masuk akal,kan?"
Ibunya Alex (VO)
"Ya, masuk akal meski agak ... heartless."
Alex
(Terdengar kesal)
"Kenapa Alex malah merasa dihakimi?

Alex berdiri. Frame beralih dan fokus pada Alex yang mulai berjalan bolak-balik di samping meja makan.


Ibunya Alex (VO)
(Suara Ibu melembut)
"Kamu merasa terluka,Lex. Berarti Ibu tidak perlu khawatir sama kamu. Tidak perlu kamu pikirkan apa reaksi Erin nantinya, yang penting sikap kamu dalam menghadapi keraguanmu. Jujur Ibu tidak perlu memberi nasihat sebenarnya, karena dari kacamata Ibu,Ibu ingin kamu berkembang dan menghadapi keraguanmu sendiri. Make the best judgement for yourself."
Alex
"Itu paradoks. Memberi nasihat dengan tidak memberi nasihat."
Ibunya Alex (VO)
(Tertawa pelan)
"Bisa dibilang begitu. Tapi mungkin ini yang bisa Ibu bilang; cinta itu bukan emosi, tapi sebuah keputusan."
Alex
"Bukan emosi?"
Ibunya Alex (VO)
"Kalau kamu anggap Cinta sebagai impuls emosi, maka akan mudah berubah sesuai kondisi emosi kamu. Tapi jika kamu perlakukan Cinta sebagai keputusan, maka kamu akan bertanggung jawab terhadap keputusanmu, bagaimanapun kondisi emosi kamu."
Alex
"Sekarang Ibu terdengar seperti Ayah."
Ibunya Alex (VO)
(Tertawa)
"Ibu anggap itu sebagai pujian. Dengar Lex, mungkin ini terdengar aneh, tapi coba nikmati keragu-raguanmu itu, kamu masih cukup muda untuk belajar banyak dari kesalahan. Jangan takut. Ibu percaya sama kamu."
Alex
(Menghela napas)
"Terima kasih, Bu, atas kepercayaannya."
Ibunya Alex (VO)
"Sekarang tidur yang nyenyak. Jangan sampai besok kesiangan."
Alex
"Baik, Bu."


Alex melepas ponselnya dari telinga dan menekan layarnya. Mungkin Frame diambil dari bahu kiri Alex sehingga tampak jempol kanan Alex yang menekan layar ponsel. Lalu, BLACKOUT

CUT TO


41--- EXT. Pelataran parkir sepeda sekolah. Pagi.

FADE IN

Frame memperlihatkan lantai beton pelataran parkir sepeda yang kemudian muncul satu roda sepeda, merapat dan berhenti. Frame terangkat hingga terlihat punggung Alex meninggalkan sepedanya.


42--- INT. Kelas. Pagi.


Frame memperlihatkan tampak depan Alex yang memasuki kelas, lalu bergesr mengikuti langkah Alex yang menghampiri bangkunya untuk menyimpan tasnya. Sesaat kemudian frame beralih ke pintu memperlihatkan sosok Erin melangkah masuk kelas. Tatapannya menyadari kehadiran Alex dan kemudian berjalan menghampiri Alex.


Erin
"Al, bisa bicara sebentar?


Frame beralih, menangkap sosok Alex dan Erin dalam satu frame saat Erin berjalan mendekat.


Alex
"Maaf, Rin. Bisa tunda dulu? Aku belum sarapan. Orang tuaku lagi ke Jambi, nengok nenek. Maaf."
Erin
"Oh, baiklah."


Alex melangkah cepat untuk keluar kelas diikuti tatapan Erin yang tampak sedikit merasa heran.


43---INT. Kelas. Siang.

Bel berbunyi seiring frame menangkap punggung Alex yang beranjak cepat dari bangkunya dan berjalan cepat keluar kelas. Frame beralih, memperlihatkan Erin yang menatap sosok Alex menghilang di pintu kelas.

MONTAGE

Frame memperlihatkan Erin mengejar Alex, tapi Alex keburu masuk toilet.

Frame memperlihatkan Alex yang hendak berbelok di ujung lorong dan mendadak berbalik arah saat melihat Erin di depannya; Erin tidak menyadari ini.

Frame membingkai sosok Erin yang melihat Alex saat mereka berada di dalam perpustakaan. Erin segera memanggilnya, tapi urung keras-keras karena tiba-tiba semua penghuni perpustakaan meng-"sssst!" Erin.

Frame menunjukkan suasana ramai kantin dan Alex tiba-tiba jongkok saat melihat Erin memasuki kantin dan kemudian merangkak menjauh.

Frame menunjukkan persimpangan lorong sekolah lalu tampak punggung Alex menjauhi kamera menuju ujung lorong dan hendak berbelok, tapi mendadak ia urung dan merapatkan punggung di sisi lorong. Kemudian muncul Erin, lewat berjalan cepat tanpa menyadari kehadiran Alex.

Masih frame yang sama, kini Erin muncul di ujung lorong itu, lewat dan berhenti persis di tengah frame, melongok ke kiri dan ke kanan seolah mencari Alex, lalu melanjutkan langkah ke sisi lain lorong. Tak lama kemudian muncul Alex dari sisi lorong itu, berjalan cepat sambil celingak-celinguk seolah mengantisipasi kehadiran Erin.

Ada baiknya MONTAGE ini diiringi musik dinamis yang berakhir dengan FADE OUT lalu ....

DISSOLVE TO


44--- EXT. Pelataran parkir sepeda. Siang.

Frame membingkai sepeda Alex yang terparkir, lalu muncul Alex mendekati sepeda itu. Alex membuka kunci rantai sepedanya lalu terdengar ....

Erin (VO)
"Al! Tunggu!"

Frame beralih menampakkan Erin yang berlari mendekat.


Erin
(Agak terengah)
"Kenapa? Kenapa kamu menghindari aku sih?"
Alex
"Aku tidak menghindari kamu."
Erin
"Iya! Kamu jelas ngehindar!"
Alex
(Mengangkat tangan, menyerah)
"Oke, oke, maaf kalo kamu menganggapnya seperti itu. Aku harap kamu memakluminya. Pikiranku sedang tidak menentu. Nenekku di Jambi sedang sakit, ayah-ibuku pergi ke sana."
Erin
"Maaf--"
Alex
(Menyela cepat)
"Pakai pesawat."

Erin terdiam.

BEAT

Erin
"Maaf...."
Alex
"Tidak apa-apa."
Erin
(Ragu)
"Aku hanya ... aku hanya mau minta pendapatmu, Al. Aku sudah nanya ke Bi Alies. Gambar bi bawah meja itu memang gambar buatan Mama. Juga katanya, waktu kecil Mama sering dikatai ‘anak jin’ sama teman-teman sepermainan…. Apa maksud semua ini, Al? Ke mana akan kita bawa semua ini? Aku belum mengerti?"


Alex terdiam. Menatap Erin. Berpikir. Menarik nafas panjang.


Alex
“Maaf, Rin. Sebentar…. Sempat, nggak, terpikir sama kamu kalau aku mungkin punya agenda sendiri kenapa aku bantu kamu?”


Erin tercenung.


Erin
“Apa maksud kamu?”


Alex mengangkat bahu.


Alex
“Mungkin sebenarnya aku hanya ingin dekat dengan kamu. Suka sama kamu lalu pura-pura bantu kamu padahal sebenarnya aku tidak tahu apa-apa.”


Erin terpana, menatap Alex, perlahan wajahnya memerah, bibirnya tampak gemetar.

Sementara Alex dead-pan, tanpa ekspresi.


Erin
“Apa maksud kamu?! Ada apa dengan kamu? Kenapa seperti ini? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Aku tidak meminta ini! Aku benci perasaan seperti ini! AKU BENCI!”


Erin berpaling dan berlari. Meninggalkan Alex yang masih dead-pan, tanpa ekspresi, menatap punggung Erin menjauh. Namun, makin menjauh Erin, wajah Alex makin menunjukkan perasaannya yang sebenarnya. Sedih.

Frame beralih ke tampak samping Alex yang menarik nafas panjang. Alex berada di sisi frame, memberi ruang untuk muncul floating text, “Tread softly, X….”


TEXT FADE IN
Tread softly, X…
TEXT FADE OUT


Frame bergerak menjauhi Alex, lalu ....

FADE OUT

DISSOLVE TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Aamiiin. Terima kasih, ya. 😁
1 tahun 2 bulan lalu
Sama-sama☺ kita sama-sama baru belajar🤭 btw, selamat ya, udah melaju ke 18 besar. Semoga lancar ke depannya menuju 6 besar😊
1 tahun 2 bulan lalu
@zigzag01 Waah, iyakah? 🙈 Jujur, masih bingung sama istilah di skrip. Makasih atas sarannya. Makasih juga udah mampir. 😀
1 tahun 2 bulan lalu
Oiya, untuk pembicaraan lewat telepon, gunakan INTERCUT ya.
1 tahun 2 bulan lalu