Ruang Rahasia Ibu
3. 13-17

13---EXT. Jalanan. Sore hari.

ESTABLISH. Suasana jalanan yang ramai namun lancar di sore hari.

 

14—--INT. Bagian dalam mobil mewah milik Adrian. Sore hari.

Adrian menyetir dan Alex duduk di kursi samping.


Adrian
“Erin cerita sama kamu kalau password itu untuk apa?”
Alex
“Tidak, Pak. Sepertinya Erin enggan melibatkan orang lain. Tapi…, kalau saya boleh berasumsi, password itu ada hubungannya dengan ibunya Erin.”
Adrian
“Ya, itu benar. Kamu tahu kan mamanya…, hilang dalam kecelakaan pesawat? Mamanya Erin itu seorang pelukis. Tapi menurutku sih lebih dari itu. Aku bisa bilang dia itu seniman sejati; seorang perupa, penyanyi dan penari juga—serba bisa! Sesekali dia juga bikin ilustrasi buat buku anak. Mungkin itu alasan opini orang kalau dia itu agak nyentrik dan baper­-an…, cenderung labil emosinya. Tapi meski begitu, dia ibu yang baik. Dia sayang sekali sama Erin.”
Alex
“Lalu password ini untuk apa?”
Adrian
“Itu password pintu masuk ke ruang kerjanya; ke studio-nya.”
Alex
“Apa… beliau tidak mengijinkan siapapun masuk ke ruang kerjanya?”
Adrian
“Tidak juga. Aku cukup sering masuk ruang kerjanya—Erin juga sering, tapi kalau pintunya terbuka. Kalau pintunya tertutup dan terkunci, itu artinya dia sedang konsentrasi dan tidak ingin diganggu. Dia agak keras juga soal ini.”


Mereka terdiam sebentar. Alex berpaling sesaat ke jendela, tapi mendadak berpaling lagi ke arah Adrian karena Adrian mendadak tertawa.


Adrian
“Kamu bertanya seperti seorang detektif, kamu tahu itu?”
Alex
(tersipu)
“Maaf.”
Adrian
“Tidak, tidak usah minta maaf. Aku hanya punya firasat kalau kamu bisa memecahkan misteri ini.”

Alex berpaling ke jendela mobil menatap keluar.

INSERT.

 Jendela samping mobil dari luar. Tampak wajah Alex yang menatap keluar jendela. Lalu muncul tulisan, mengambang dan melayang. Frame mengikuti tulisan itu hingga memudar di langit senja.


TEXT FADE IN
Misteri….
Misteri Ruang Rahasia Ibu….
TEXT FADE OUT

CUT TO


Kembali ke dalam mobil.

Tampak depan Alex yang berpaling ke arah Adrian.


Alex
“Tapi, kalau saya ternyata tidak bisa, maaf, ya, Pak.”
Adrian
(tertawa)
“Tidak masalah. No pressure.


DISSOLVE TO

 

15---EXT. Rumah Erin. Sore Hari.

Mobil Adrian memasuki pekarangan sebuah rumah yang terbilang mewah, menandakan Erin anak keluarga kaya. Mobil berhenti di carport. Alex dan Adrian keluar dari mobil. Alex mengikuti langkah Adrian menuju teras rumah. Mereka

 

16---INT. Ruang tamu rumah Erin. Sore hari.

Pintu terbuka. Adrian masuk. Diikuti Alex. Frame melebar dan mengikuti langkah Adrian dan Alex melangkah makin dalam di ruang tamu.


Adrian
“Assalamualaikum. Papa pulang.”


Erin muncul dari koridor. Tentu saja sudah tidak berseragam sekolah. Entah kenapa yang aku bayangkan, Erin mengenakan legging hitam dengan sweater pink yang kebesaran. Terkesan manis dan kasual. Tapi tentu saja ini tergantung trend yang ada.


Erin
“Waalaikumsalam. Eh—Alex?”

Erin tampak kaget saat melihat Alex. Dan Alex hanya setengah melambaikan tangan, merasa kehadirannya tidak diharapkan oleh Erin.


Adrian

“Alex mau coba memecahkan password Mama. Papa punya firasat Alex bisa. Ayo, Al, sebelah sini.”


Erin mengerenyit, menatap tajam Alex yang seolah ingin membunuh Alex. Menatap terus mengiringi langkah Alex mengikuti Adrian. Erin pun mengikuti langkah Alex dan papanya.

 

17---INT. Koridor dengan salah satu sisi yang terdapat pintu baja mengkilat dengan panel tombol kunci kombinasi angka. Sore Hari.

Frame memperlihatkan ampak belakang mereka bertiga yang sedang menghadap pintu baja itu. Pintu itu tampak kontras dengan sekitarnya seolah tidak pantas berada di koridor itu. Frame bergerak dari bawah ke atas seolah memindai pintu baja itu.

BEAT


Adrian
“Bisa saja aku cari tukang buat bongkar paksa, tapi—”


Erin dan Alex merespon bersamaan tapi dengan ucapan kata yang berbeda.


Erin
(memekik)
“Itu keterlaluan!
Alex
(bergumam)
“Itu tidak pantas.”


Adrian tersenyum, sedikit terkesan mendengus dan senyum Adrian itu juga terkesan menahan sedih.


Adrian
“Ya…, itu benar…. Serasa menyalahi kenangan Mama….”


BEAT


Alex
“Boleh saya coba?”


Adrian merentangkan lengan kanannya, memberi isyarat mempersilahkan Alex memeriksa pintu baja itu.

Alex menghampiri pintu baja itu dan mencoba angka 482881282 pada panel kunci kombinasi tapi tidak berhasil (Akan sangat membantu bila ada display yang menyebutkan : Invalid Password.)

Alex berpikir; melipat lengan kiri di dada dan jemari kanan menyentuh dagunya. Ia tatap panel kunci kombinasi itu.

BEAT.

Tak lama kemudian Alex berpaling kepada Erin dan Adrian.


Alex
“Bagaimana bisa tahu kalau rangkaian angka Romawi itu password buat keypad ini?Maksud saya angka Romawi itu pasti ada asalnya, ya, kan?”


Adrian dan Erin saling melempar pandangan satu sama lain, sebelum Adrian merespon.


Adrian
“Sebenarnya di pintu ini ada sebuah lukisan.”


Lalu beliau melirik Erin lagi. Kali ini air wajahnya sedikit memelas seolah meminta persetujuan putrinya.


Adrian
“Nggak apa-apa, kan?”

Erin mengangguk meski terkesan enggan, lalu berpaling menghadap Alex. Kemudian Adrian pergi.

BEAT.

Setelah ayahnya pergi dan menghilang dari frame, Erin berpaling ke Alex


Erin
“Seharusnya kamu nggak usah ikut campur?”


Alex terdiam sejenak.

BEAT.


Alex
(menggaruk belakang kepalanya)
“Yah, bukan kamu yang meminta, sih. Lagipula belum tentu aku bisa bantu, ya, kan? Tertawakan saja aku waktu aku gagal. Itu sepertinya cukup menghibur.”


Erin mendengus. Antara marah dan menertawakan lelucon Alex.

Lalu Adrian datang membawa bingkai besar sebuah lukisan, dan menempelkannya ke pintu baja itu. Lukisan itu menempel sempurna, menyihir hilang pintu itu seolah tidak pernah ada. Di bingkai kayu bagian atas lukisan itu terdapat ukiran rangkaian huruf CMXMMIXMX. Lukisan itu menampakkan punggung sosok perempuan yang melambai ke luar jendela, seolah melambai kepada sembilan burung yang terbang menjauh di luar jendela. Secara spesifik, sembilan burung itu terbagi dan terpisah oleh lambaian tangan perempuan itu—empat burung di sisi kiri, dan lima burung di sisi kanan, dan lambaian tangan perempuan itu hanya terlihat empat jari.

CLOSE UP wajah Alex yang tertegun.

BEAT

WIDE FRAME yang bergerak menyamping hingga lukisan itu di sisi frame untuk memberi ruang munculnya teks haiku.


TEXT FADE IN
Ibu melambai
Terbang sembilan murai
yang tak kembali
TEXT FADE OUT

 

CLOSE UP Alex yang melirik Erin.

Mata Erin tampak berkaca-kaca. Cukup jelas memberi gambaran kalau lukisan itu punya nilai sentimentil bagi Erin.

Alex juga melirik Adrian dan Adrian pun memasang air muka yang sama seperti Erin.

Kembali ke lukisan.

Alex mendekati lukisan itu.


Alex
"Apa lukisannya pernah diperiksa—maksudku pakai sinar UV atau semacamnya?"


Frame beralih ke tampak depan Erin dan ayahnya yang kembali saling menatap.

Kembali ke lukisan dan Alex mengangkat tangannya, mendekati lukisan itu, hampir menyentuhnya.


Alex
"Lalu, kalau kita melambai biasanya melebarkan jari kita, ya, kan? Tapi ini, jari yang terlihat hanya empat."

CLOSE UP Erin mengerenyit heran.


Erin
“Itu aneh.”


Erin mendekat dan melihat apa yang dilihat Alex.


Erin
(menggumam)
“Mama melipat jempolnya.”

Adrian juga mendekat dan memperhatikan.


Adrian
“Eh, iya, benar…. Tunggu! Sepertinya Papa punya alat detektor uang. Itu juga pakai sinar UV, kan?”

Adrian pergi meninggalkan frame, lalu tampak belakang Erin dan Alex yang mengapit lukisan itu cukup dekat.


Erin
"Tapi itu artinya apa? Kenapa hanya empat jari?"

Alex melangkah mundur untuk melihat lebih luas lukisan itu. Frame pun melebar mengikuti langkah Alex yang menjauh dari lukisan.

Alex mengangkat tangan, meniru lambaian perempuan di lukisan. Lalu mengambil buku catatan dan pensil dari tasnya.

Melihat tingkah Alex, Erin mendekat dan penasaran saat Alex menulis sesuatu di buku catatannya.


Erin
“Apa yang kamu tulis?”

 

Frame beralih menjadi SHOT yang melewati bahu Alex, memperlihatkan apa yang ditulis Alex.

TEXT
(Tulisan tangan Alex)
 
CXMX              
4   
                MIMIM

 

Alex
“Kira-kira, seperti itu kan, posisi burung-burung sama tangan itu?”


Erin menatap buku catatan Alex lalu beralih ke lukisan, seolah mencocokan apa yanh ditulis Alex dengan lukisan.

Erin
“Empat itu, jarinya Mama?”


Alex berpikir.

BEAT


Alex
"Password yang mesti dimasukan harus sembilan angka. Itu nggak bisa diganggu gugat. Jadi angka empat itu... mungkinkah berfungsi sebagai konstanta?"
Erin
“Konstanta?”
Alex
"Konstanta untuk persamaan matematika...”


Alex mulai menulis kembali.


TEXT (Tulisan tangan Alex)
CXMX x 4 = MIMIM


Erin
“Jadi, menurut kamu huruf itu mewakili angka-angka itu?”
Alex
“Patut dicoba, kan?”
Erin
“Apa yang membuatmu yakin itu operasi perkalian?”
Alex
“Kalau pembagian dan pengurangan jelas nggak mungkin hasilnya lima angka, ya, kan? Kalau penambahan, batas angka supaya lima angka paling besar sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh enam. Tidak cocok dengan hurufnya, ya, kan?Jelas kemungkinan paling besar operasi perkalian. "
Erin
"Terus?"
Alex
"Oke, pertama kita pasang batasannya dulu."
Erin
"Batasan?"
Alex
"Misalkan saja CXMX itu angka 9999—itu batas teratas bilangan empat digit, ya, kan? Nah, kalau dikali empat, huruf MIMIM nggak akan lebih dari… tiga-sembilan-sembilan-sembilan-enam."


Alex mengucapkan dialognya sambil menulis di bagian lain buku catatan.


TEXT
(Tulisan tangan Alex)
9999   x         4         =         39996

 

Erin
“Ya, huruf MIMIM tidak akan lebih dari 39996.”
Alex
(Sambil menulis di buku catatan)
"Benar. Jadi, Huruf M ada di depan dan di belakang, maka huruf M nggak akan lebih dari tiga…. Lalu karena ini dikali empat, berarti hasilnya mesti bilangan genap, ya, kan? Jadi antara satu dan tiga, yang genap— "
Erin
"Dua! Huruf M-nya pasti dua."
Alex
"Benar."

Alex kembali menulis.


TEXT
(Tulisan tangan Alex)
CX2X  x   4   = 2 I 2 I 2

 

Alex (VO)
"Lalu dari perkalian empat yang hasil satuannya dua, cuma tiga dan delapan, ya, kan? Kalau delapan akan terlalu besar dan akan mengubah pola MIMIM-nya, jadi kita pilih tiga—X sama dengan tiga, maka huruf I menjadi... sembilan."
TEXT
(Tulisan tangan Alex)
C323   x         4         =         29292

 

Alex
"Kalau begini huruf C nya jelas...,"
Erin
"Tujuh! Tujuh kali empat sama dengan dua puluh delapan. Ya, kan?”

Alex menulis.


TEXT
(Tulisan tangan Alex)
7323   x         4         =         29292
732329292

 

Alex menggaris bawahi 732329292.


Alex
“Itu mungkin passwordnya.”


Erin menatap Alex. Ada harapan dari sorot mata Erin.


Alex
“Kamu coba saja.”

Alex menyerahkan buku catatannya ke Erin dan Erin menerimanya. Erin mendekati Keypad dan menekan tombol hingga berbunyi.


SFX
“Klik!”


Pintu pun terbuka.


Adrian (VO)
“Eh, kalian berhasil?”


Adrian telah kembali, tampak membawa alat sinar UV.

Erin dan Alex tampak terpana melihat pintu yang terbuka itu. Adrian menghampiri pintu dan menggapai saklar di sisi bagian dalam. Lampu menyala dan ruangan pun terang.

Erin masuk lebih dulu.

Yang segera menyita perhatian dari ruangan itu adalah dinding yang dipenuhi lukisan, ada yang sudah jadi sempurna, ada juga yang belum. Beberapa kanvas kosong berbagai ukuran bersandar ke dinding di salah satu sudut. Meja kerja yang berantakan oleh serpihan kayu dan cipratan cat yang sudah kering. Ada pula seperangkat komputer desktop di sudut ruangan yang relatif aman dari studio seni yang bisa dibilang berantakan. Di samping komputer itu juga terdapat lemari arsip. Lalu piano upright dengan case biola di atasnya, tampak berdebu.

DISSOLVE TO


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar