Revenge Porn
1. Sekolah Baru #1

1.  EXT. HALAMAN SEKOLAH - PAGI

Kita melihat rumput hijau yang terpotong rapi. Seorang lelaki paruh baya sedang menyapu daun-daun kering dari pohong ketapang. Beberapa anak berjalan. Ada yang sendirian. Ada yang bersama teman. Suasana sekolah begitu syahdu seperti bayi baru bangun dari tidur nyenyak semalam.

 

2.  EXT. LORONG SEKOLAH - PAGI

Sabrina/Bina (18 tahun), gadis cantik, berjalan di lorong sekolah. Wajahnya menunduk, mata menatap lantai. Sayup-sayup suara anak-anak yang duduk dan berdiri dilorong tertangkap telinganya. Dalam kepalanya suara-suara itu sedang membicarakannya.

Dari arah berseberangan Feri (19 tahun), lelaki tampan berambut agak ikal sedang berlari. Dia tampak terburu-buru seperti dikejar sesuatu, atau mungkin mengejar sesuatu.

 

3.  EXT. LORONG SEKOLAH - BERLANJUT

Suara kaki Feri yang sedang berlari membuat Bina mengangkat kepala. Bina kaget, lelaki itu sudah dekat. Wajahnya menghadap samping, sedang melihat sesuatu. Bina panik dan berusaha menghindar. Bina menabrak seseorang, lalu jatuh dan duduk di lantai.

Feri memandang sekilas wanita yang hampir ditabraknya. Lalu melihat lelaki yang ditabrak wanita itu. Lelaki itu adalah Tarno (42 tahun), guru paling galak di sekolah. Dia melihat ke Feri dengan wajah marah, dan Feri langsung balik badan. Dia berlari lagi.


TARNO
(ke Feri)
Hei jangan lari di lorong.
(ke Bina)
Kamu juga. Kalau jalan itu lihat-lihat.

 

Setelah mengatakan itu, Tarno pergi meninggalkan Bina yang masih duduk di lantai. Seseorang mendekat. Lingga (18 Tahun), berkacamata, pendek dan kurus. Rambut lurus berponi. Tipikal kutu buku.

 

LINGGA
Kamu nggak apa-apa?

 

Bina tidak menjawab dan masih terkejut dengan apa yang baru terjadi.


LINGGA (CONT'D)
(berjongkok)
Kamu nggak apa-apa?

 

Bina mengangguk. Lingga mengulurkan tangan lalu membantunya berdiri.

 

LINGGA (CONT'D)
Siapa namamu? Sepertinya aku baru melihatmu.
 
BINA
Sabrina. Panggil saja Bina. Aku memang baru di sini. Murid pindahan.


 

LINGGA
Aku Lingga. Tidak seperti kelihatannya. Aku ini kelas 3 SMA.

 

Bina menatap Lingga. Wajahnya tampak bingung


LINGGA (CONT'D)
Kamu mau ke mana?

BINA
Kelas. XII Bahasa.

LINGGA
Wah kebetulan searah. Aku antar.

BINA
(senyum)
Terima kasih. Seandainya semua anak di sekolah ini seramah kamu.
 
LINGGA
Tidak ada yang seramah aku. Di sekolah ini orang-orangnya nggak asyik. Bukannya menakut-nakuti, di sekolah ini isinya itu tukang gosip, tukang olok, tukang contek, tukang bully.

 

Bina terkejut

 

LINGGA (CONT'D)
(senyum)
Bercanda.

 

Bina merasa lega.

 

LINGGA (CONT'D)
(tertawa)
Tapi sekolah ini memang penuh dengan tukang. Kadang-kadang aku merasa sekolah ini sekolah kejuruan untuk para tukang.
 

Bina tidak menangkap lelucon Lingga.

 

4.  EXT. DEPAN KELAS XII BAHASA. BERLANJUT

Bina dan Lingga berhenti tepat di depan kelas. Kelas masih sepi. Beberapa anak bolak-balik di lorong depan kelas XII Bahasa.

 

LINGGA
Ini kelasmu.
 
BINA
Kelasmu di mana?

LINGGA
Tidak jauh dari sini.
(diam sejenak)
Kamu kelihatan tegang. Kata ayahku hari pertama memang selalu menegangkan.
 
BINA
(senyum)
Terima kasih.

 

LINGGA
Jangan tegang lagi. Teman-teman di sini ram....

 

Seseorang laki-laki dan menyenggol Lingga dengan bahunya. Kita mengenalnya sebagai Ferdian (18 tahun), preman sekolah, sok jago, bertubuh jangkung.

 

FERDIAN
Halo, Berlas. Sudah besar ya kamu sekarang.

 

Di belakang Ferdian ada berjalan para komplotannya: Eksa (17 tahun) dan Gilang (18 tahun). Keduanya punya postur mirip Ferdian. Hanya saja Eksa lebih pendek meski tidak sependek Lingga. Eksa kemudian ikut menyenggol Lingga hingga Lingga terdorong ke Bina. Lalu Gilang mengacak-acak rambut Lingga. Setelah itu mereka masuk kelas tanpa menoleh.

 

BINA
(ke Lingga) Kamu nggak apa-apa?

 

Bina menatap ke arah Ferdian dkk. Wajahnya terlihat kesal.

 

LINGGA
Tidak masalah kok. Mereka temanku. Tadi itu Ferdian, Eksa, dan Gilang. Mereka memang begitu. Itu cara mereka menyapa teman.

 

Bina tersenyum dipaksakan (tidak percaya).


LINGGA (CONT'D)
Kalau begitu sampai sini saja.

 

Seorang wanita menyapa Lingga. Kita mengenalnya sebagai Mei (18 tahun), bermata agak sipit, bertubuh pendek dan agak gemuk, kulitnya kuning langsat.


MEI
Woi Lingga. Tumben ke sini.

 

5.  INT. KELAS XII BAHASA - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Bina berdiri di pintu kelas. Dia disambut tatapan anak-anak. Dia melihat ke sekeliling kelas secara menyeluruh. Matanya berhenti pada Ferdian dan Eksa yang sedang duduk di atas meja. Gilang sedang berdiri di depan mereka. Langkah Bina terhenti. Dia menelan ludah. Kakinya mendadak lemas (terlihat takut). Lalu Ferdian, Eksa, dan Gilang kembali mengobrol.

Seseorang datang, menghampiri Bina dari belakang, merangkul tangannya. Dia adalah Mei.

 

MEI
Kamu anak baru itu? Kenapa diam saja. Ayo masuk. Sebentar lagi Bu Indah datang. Oya, kamu pasti bingung duduk di mana. Sini aku tunjukkan.


Mei agak menyeret Bina ke bangkunya.


MEI (CONT'D)
(bicara sangat cepat)
Sini duduk dekat aku saja. Kamu pasti tegang kan? Aku juga pertama kali masuk sekolah tegang. Tapi ini bukan pertama kali kamu masuk sekolah, hanya saja ini sekolah baru buatmu. Jadi pasti tegangmu tidak sama dengan tegangku dulu.
(menoleh ke bangku di belakang tempat duduknya)
Kamu duduk di sini, ya. Sebenarnya aku mau duduk sama kamu. Tapi kamu tahu Siska. Ah, Siska nggak bisa jauh dariku. Tapi kamu sementara bisa duduk di sini.
(menunjuk bangku di sebelah bangkunya)
Siska selalu telat. Itu pun kalau dia masuk. Akhir-akhir ini dia sering bolos.

 

Bina terkesima memandang Mei. Mei terengah-engah karena bicara terlalu cepat.

 

MEI (CONT'D)
Astaga, aku terlalu banyak bicara sampai lupa memperkenalkan diri.
(menyodorkan tangan)
Namaku Mei. Namamu Bina bukan?

 

Bina bersalaman dengan Mei. Wajahnya tampak heran.


MEI (CONT'D)
Aku tahu namamu dari Lingga. Kamu temannya Lingga kan? Semua teman Lingga adalah temanku.
 

Bina mengangguk.

 

MEI (CONT'D)
Lingga baik betul mau mengantarmu. Biasanya dia nggak mau mampir ke kelasku. Padahal kami berteman sejak SMP. Dulu waktu kelas satu kami juga sempat satu kelas. Tapi sejak dia masuk kelas unggulan kami jarang ketemu.
 
BINA
Mungkin karena kelasnya dekat.

MEI
Mana ada. Kelas unggulan jauh dari sini.
 


Bina terkejut mengetahui Lingga berbohong. Mei diam sejenak, masih terengah-engah.

 
MEI (CONT'D)
Oya, aku penasaran. Kenapa kamu pindah? Bukannya sebentar lagi lulus?

 

Bina gelisah, menggigit bibir, tidak tahu harus menjawab apa. Bina diselamatkan oleh Bu Indah yang datang tepat waktu.

 

6.  INT. KELAS XII BAHASA - PAGI

Seorang anak membaca novel Sherlock Holmes saat istirahat jam pertama. Kita mengenal dia sebagai Lucky (18 tahun). Dia berbadan tinggi besar, kelebihan berat badan. Kepala Lucky ditampar dari belakang oleh Ferdian. Tidak keras, tapi cukup membuat seseorang marah.

 

FERDIAN
Halo, Babi. Serius amat belajarnya. Kamu sepertinya salah kelas.

 

Lucky menoleh. Wajahnya terlihat marah. Namun ketika dia melihat Ferdian, dia pura-pura tidak melihat. Pandangannya kembali ke novel. Eksa mendekat. Matanya tertuju pada cover buku.


EKSA
Bukan buku pelajaran ternyata. Ini novel Sherlock Holmes. Wow, si wibu ini naik tingkat. Sekarang dia mau jadi detektif.

 

Ferdian, Eksa, dan Gilang tertawa sambil menunjuk-nunjuk wajah Lucky.

 

GILANG
Setelah dipikir-pikir, dia memang mirip Detektif.
(memperhatikan wajah Lucky dengan saksama)
Ya, benar Detektif Conan.

FERDIAN
Conan gundulmu. Mana ada Conan gendut kayak gini.

 

Ferdian dkk tertawa terbahak-bahak.

 

7.  INT. KELAS XII BAHASA - BERLANJUT

Bina menatap sebal pada Ferdian dkk. Wajahnya menunjukkan perasaan muak. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi bibirnya terkatup rapat. Lalu dia membuang muka dan mencolek punggung gadis yang duduk di depannya.

 

BINA
Apa mereka selalu seperti itu?

MEI
Begitulah. Kegiatan rutin mereka memang mengganggu anak-anak yang... yang seperti Lucky.
 
BINA
Seperti Lucky?

MEI
Iya seperti Lucky.

 

Bina tampak tidak mengerti. Lalu Siska yang berada di sebelah Mei balik badan.

 

SISKA
(ke Bina)
Yang cupu maksudnya.
(ke Mei)
Bilang cupu aja kamu ribet betul. Seperti bukan kamu saja.

 

Dia adalah Siska (18 tahun), gadis paling berterus terang. Siska tidak terlalu cantik tapi punya postur menawan. Dia tinggi, langsing, dan berpayudara besar. Dia juara karate dan menguasai beberapa jenis bela diri.

 

BINA
(ke Siska)
Apa mereka selalu melakukan itu ke setiap anak yang.... cupu?

SISKA
Jika kamu tidak melawan, mereka akan terus menindas.

 

Siska berdiri.

 

SISKA (CONT'D)
Aku mau ke kantin. Kalian mau ikut atau nitip sesuatu.
 
BINA
Tidak usah. Aku bawa bekal.

MEI
Wah kamu bawa bekal. Apa tuh?

 

Bina terkejut mendengar pertanyaan Mei. Lalu dengan ragu dia mengeluarkan dua batang coklat dari tas ranselnya. 

Siska ngeloyor pergi tanpa bicara.


MEI (CONT'D)
Wah kamu tahu saja aku suka coklat.


Bina tersenyum. Senyumnya tampak dipaksakan.


MEI (CONT'D)
Ini buatku boleh?

BINA
Tentu saja.

 

Bina menyerahkan satu ke Mei. Mei langsung membuka bungkusnya dengan agak terburu. Bina mengikutinya dengan kelewat tenang, nyaris tidak bersemangat.

Coklat di tangan Mei sudah habis. Coklat di tangan Bina masih tersisa lebih separuhnya. Bina terlihat agak memaksa diri memakannya. Mei menoleh memandangi coklat di tangan Bina.


BINA (CONT'D)
Kamu mau lagi?

MEI
Banget...


Tangan Mei terulur, menyentuh coklat di tangan Bina.


MEI (CONT'D)
Aduh, maaf. Aku ini malu-maluin.


Mei menarik kembali tangannya.


MEI (CONT'D)
Aku sangat suka coklat.

BINA
Ambil saja.

MEI
Semuanya?

BINA
Iya. Semuanya. Aku sebenarnya tidak terlalu suka coklat.
 

Mei menantap Bina seolah sedang melihat Alien. Dia menarik lehernya dan menegakkan duduknya.

 

BINA (CONT'D)
Tanteku memberi coklat ini untuk menyenangkan hatiku karena... hm
pindah sekolah ini membuatku resah.
 

8.  INT. KELAS XII BAHASA - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Suasana kelas mendadak sunyi. Anak-anak sudah meninggalkan kelas menyisakan enam orang termasuk Bina, Mei, Lucky dan tiga lainnya. Lucky memakan bekalnya (sandwich) tanpa matanya pindah dari novel yang dibacanya. Tangan kanannya memindahkan halaman dengan cepat, dan tangan kirinya memasukkan sandwich ke mulutnya. Bina memperhatikan dengan saksama.

 

MEI
Kenapa kamu memperhatikan dia?


Bina terkejut dan balik menatap Mei.


MEI (CONT'D)
Makannya cepat betul, ya?


 

BINA
(menggelengkan wajah)
Bukan, bukan itu. Baru kali ini aku melihat orang membaca buku secepat itu.

 

MEI
Oh itu. Dia sudah membacanya berkali-kali. Dia hanya mengulang- ulang bagian yang dia sukai untuk menghabiskan jam istirahat.
 
BINA
Begitu?

MEI
Ya. Aku pernah melihatnya membaca novel itu sebelumnya.


Bina tampak memikirkan sesuatu.

 

9.  INT. KELAS XII BAHASA - BERLANJUT

Suasana tenang langsung hilang ketika seseorang menendang pintu kelas. Orang itu adalah Eksa. Eksa datang bersama kedua temannya dan seorang lelaki lain yang tidak dikenal Bina. Lelaki itu lebih pendek dari Ferdian, tapi lebih tinggi dari Eksa. Tidak seperti Ferdian dkk, tubuh lelaki ini lebih berisi dan padat. Meski tidak terlalu tinggi, dia tampak atletis. Kita mengenalnya sebagai Billy (18 tahun).

Lelaki itu berjalan mendekat ke arah Bina. Dia mengunci tatapannya pada Bina. Semakin dekat, Bina bisa melihat ada bekas luka di pelipis kanan (dijahit). Luka itu seperti disebabkan benda tajam. Bina ketakutan dan tiba-tiba mendengar suara lelaki itu.

 

FIRMAN (V.O.)
Kamu pikir bisa lari dariku? Kamu tahu, temanku ada di mana-mana.

 

Bina memperhatikan lelaki dengan bekas luka. Billy pun balik menatapnya. Bina pura-pura tidak melihatnya. Billy semakin mendekat. Bina menelan ludah.

 

MEI
Kamu ini nggak kapok-kapok juga.

BILLY
Santai sayang. Kamu kok ikut-ikutan beringas kayak Siska ?
 
MEI
Awas saja kalau kamu berani dekat- dekat. Aku bilangin ke Siska.
 
BILLY
Tenang saja. Aku nggak datang buat cari masalah. Aku mau kasih kamu ini.

 

Billy menyerahkan sebatang coklat ke Mei.


BILLY (CONT'D)
Kesukaanmu.

MEI
Malas.

 

Mei tidak mengambil dan berdiri. Berjalan sedikit, lalu menoleh.

 

MEI (CONT'D)
(ke Bina)
Aku mau ke kantin. Kamu mau ikut atau titip sesuatu.

 

Bina menggeleng. Mei berjalan keluar tanpa menoleh.


FERDIAN
Woi Mei, kok pergi sih? Ini Billy sudah jauh-jauh datang buat kamu seorang.

 

Mei mempercepat langkahnya. Dia separuh berlari.


GILANG
Ah, Mei. Kamu begitu saja ngambek.

 

10.  INT. KELAS XII BAHASA - BERLANJUT

Lucky menatap ke arah Bina yang sedang dikerubungi oleh Ferdian dkk. Eksa menoleh ke arah Lucky dan menemukan Lucky melihatnya. Ekor mata mereka bertemu.

 

EKSA
(berteriak)
Woi, Wibu... apa lu lihat-lihat?

 

Lucky mengacuhkan Eksa dan kembali menatap novelnya. Eksa berjalan ke arah Lucky.

Billy melangkah ke arah Bina dan menyodorkan tangannya.


 

BILLY
Namaku Billy. Kamu Bina kan?

 

Bina menoleh sekilas, hendak menyambut uluran tangan Billy, tapi....

 

EKSA (O.S.)
Sok serius lu, Bangsat.

 

Bina menoleh dan melihat, tangan Eksa yang baru saja menampar kepala belakang Lucky. Dia menamparnya jauh lebih keras dari yang dilakukan Ferdian. Lucky acuh dan masih membaca. Mulutnya mengeja keras-keras kata demi kata tanpa suara. Lalu Eksa mengambil novel dari tangan Lucky. Lucky berdiri. Matanya melotot. Momen tegang menyelimuti kelas.


EKSA (CONT'D)
Berani lu sama.....

 

Tangan Lucky membekap wajah Eksa. Eksa berusaha mendorong dan memukulnya, tapi tangan itu sekuat dan sekeras batang pohon jati. Kontras dengan tangan Eksa yang kurus seperti ranting pohon rambutan. Eksa menjerit, namun jeritannya tertahan.

Gilang dan Ferdian berlari. Ferdian menghantam pipi kiri Lucky. Lucky masih mencengkram Eksa. Gilang menendang perutnya, Lucky melepas Eksa. Ketiganya mengeroyok Lucky. Lucky jatuh dan mereka terus menendang dan memukulnya.

 

BILLY
(berteriak)
Sudah, sudah. Mati entar anak orang.

 

Ketiganya meninggalkan Lucky yang berbaring di lantai. Eksa meludah ke lantai. Ludahnya hampir mengenai Lucky.

Bina bergidik ngeri melihat pemandangan itu. Dia menoleh ke kedua anak perempuan dan seorang lelaki lain di kelas yang bahkan pura-pura tidak melihat kejadian itu.

 

BILLY (CONT'D)
(ke Bina)
Kenapa kamu melihatnya seperti itu?


Bina kaget menyadari Billy memperhatikannya.


BILLY (CONT'D)
Tidak usah dipikirkan. Yang seperti itu biasa terjadi. Di sini, jika kamu bukan pemangsa, maka kamu akan dimangsa. Begitulah kehidupan SMA.

 

Hening beberapa saat....


 

BILLY (CONT'D)
Wah, aku sampai lupa tujuanku ke sini. Aku ini temannya Firman. Dia titip salam.

 

Badan Bina menggigil mendengar nama itu.

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar