Revenge Porn
7. Teman #7

93.  INT. GELANGGANG (LAPANGAN BASKET) - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Lapangan mulai sepi. Satu per satu orang meninggalkan lapangan.

 

94.  EXT. PARKIRAN GELANGGANG - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Mobil dan motor meninggalkan parkiran. Parkiran mulai lengang. Bina, Mei, dan Siska berjalan ke mobil. Feri mendatangi mereka.

 

FERI
Lingga nggak jadi datang?


Bina menggeleng. Siska menoleh ke samping, membuang muka.


FERI (CONT'D)
Padahal aku mau mengundangnya makan-makan.
 
BINA
Kamu akan masak lagi?

FERI
(menggeleng)
Heru yang traktir. Tapi lokasinya di rumah. Kalian datang saja.
 
BINA
(menoleh ke Mei dan Siska)
Bagaimana?
 
SISKA
Aku pass.

MEI
(tampak bimbang)
Aku juga.
 


Bina tampak kebingungan. Dia tidak menjawab. Lalu Feri mundur sebelum balik badan.

 

FERI
(tanpa menoleh dan tanpa balik badan)
Kamu datang, ya. Rumahmu dekat. Setidaknya mampir sebentar.
 
MEI
(berbisik)
Jangan mau. Kamu cewek sendiri entar. Serem.
 
FERI
Jangan khawatir. Kamu nggak sendirian cewek di sana.


Mei kaget


FERI (CON'T)
Ada cewek-cewek lain juga. Ada ceweknya Doni, ada ceweknya Heru, dan....
(menoleh Mei)
sepertinya ceweknya Billy juga datang.

 

Bina menoleh, menatap wajah Mei yang menunjukkan ekspresi sebal. Dia benar-benar tidak mengerti ada hubungan apa antara Billy dan Mei.

 

95.  INT. DALAM MOBIL - MALAM

Siska menyetir. Mei duduk di sebelahnya. Bina duduk di belakang sendiri. Tidak satu pun di antara mereka berbicara.

 

96.  EXT. DEPAN RUMAH HERU (TEMPAT TINGGAL FERI) - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Terdengar bunyi ban yang menggesek aspal jalan. Ban mobil berputar. Suara mesin meraung. Mobil berjalan meninggalkan Bina yang berdiri. Seraut wajah sedih menempel di mata Bina. Seperti ada sisa-sisa pertengkaran menempel di wajahnya.

Suara musik terdengar dari dalam rumah.


BILLY (O.S)
Kenapa nggak masuk?

 

Billy berdiri di teras rumah sendiri. Dia membukakan pintu gerbang untuk Bina. Bina tampak ragu.

 

DISSOLVE TO:

 

97.  FLASHBACK. INT. RUANG KELAS - PAGI MENJELANG SIANG

Billy tersenyum seperti rubah licik


BILLY
Aku temannya Firman. Dia titip salam.

(Flashback berakhir).

 

BACK TO:


98.  EXT. TERAS RUMAH HERU (TEMPAT TINGGAL FERI) - BERLANJUT

Bina seperti memikirkan sesuatu yang menakutkan. Billy mempersilahkannya masuk. Bina berjalan kikuk di teras rumah.

 

BILLY
Mana Mei dan... Siska?

BINA
(menggeleng)
Sebenarnya ada masalah apa denganmu dan Mei?

 

Billy kaget Bina tiba-tiba membahas Mei.


BILLY
Maksudnya?

BINA
Harusnya kamu tanya ke dirimu sendiri, kenapa Mei dan Siska sampai sebegitu bencinya sama kamu.

BILLY
(senyum)
Mei tidak pernah membenciku. Siska pun begitu.
 
BINA
Tapi dia pernah
(melihat ke luka di
pelipis Billy)

BILLY
(menunjuk lukanya)
Oh, ini. Ini kecelakaan.

 

Bina tampak tidak percaya. Dia melihat Billy seperti melihat ular. Makhluk penuh tipu daya ini pasti menyembunyikan sesuatu.

 

BINA
Mereka nggak mau datang ke sini. Pasti ada alasannya.
 
BILLY
Jadi kamu pikir itu karena aku.
(tertawa)
Itu bukan karena aku. Itu karena yang lainnya.
 
BINA
Kamu temannya Ferdian, kamu pasti...
 
BILLY
Karena aku berteman dengan Ferdian, aku lantas sama dengan Ferdian, begitu?

 

Bina tidak membalas dan hanya menatap penuh benci. Billy tersenyum. Itu pertama kali Bina berani menatap Billy selama itu. Biasanya dia selalu menghindar.

 

BILLY (CONT'D)
Sepertinya kamu sering salah menilai kepribadian orang.

 

Bina terkejut dengan apa yang dikatakan Billy.


BILLY (CONT'D)
Ferdian sebenarnya nggak seperti yang kamu pikirkan. Dan banyak hal tidak seperti yang kamu pikirkan.
 
BINA
Kamu temannya Firman.

BILLY
Oh, itu. Jadi karena aku temannya Firman...

 

FERI (O.S)
Eh, Bina. Kapan datang?

 

Feri berjalan ke arahnya. Heru berada di belakangnya. Berdiri tepat di pintu ruang tamu. Tersenyum ramah pada Bina.

 

BINA
(ke Feri)
Nggak apa-apa musiknya sekeras ini?

FERI
Aman. Rumah di sebelah kosong. Di sini kamu bisa menjerit tanpa menganggu siapa pun.
 
DONI (O.S)
Menjerit? Wah... wah... Kamu pasti menyesal tidak tinggal di sini dari dulu.

 

Tanpa menoleh maupun balik badan, Feri memperlihatkan jari tengahnya. Bina menoleh melihat Billy yang tersenyum sinis.

 

99.  EXT. TAMAN BELAKANG (TEMPAT TINGGAL FERI) - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Musik berdentum semakin keras. Malam semakin larut. Bulan begitu terang. Beberapa anak duduk berpasangan. Doni dan pacarnya. Niki dan pacarnya. Heru duduk bersama Billy ditemani beberapa teman wanita. Mereka cerita sambil tertawa- tawa. Mereka larut dalam euforia. Feri bolak-balik mengantar minuman. Bina duduk sendiri mengasing di ayunan di taman. Melihat Bina seorang diri, Feri mendekat.


FERI
Merasa asing?
(menyerahkan minuman lalu duduk di sebelah Bina)
 
BINA
Hanya tidak terbiasa dengan...
(memandang sekeliling)
 
FERI
Aku juga.

BINA
Bukannya mereka ini teman-temanmu, dan ini....

FERI
Mereka memang teman-temanku. Dan ini pun tempat tinggalku. Tapi perasaan asing adalah perasaan asing. Tak ada urusan dengan siapa dan di mana.

 

Bina tertegun.

 

FERI (CONT'D)
Kamu benar-benar nggak nyama sepertinyan?
 
BINA
Aku nggak nggak nyaman berada di keramaian.
 
FERI
Kau dan aku sama.

 

Doni berteriak memanggil Feri mengajaknya bergabung. Feri meninggalkan Bina. Bina meneguk minuman ringannya.


100.  EXT. DEPAN RUMAH (TEMPAT TINGGAL FERI) - MALAM

Satu per satu mobil meninggalkan rumah kediaman Feri. Feri berdiri di depan teras mengantar kepulangan teman-temannya. Mobil jeep milik Heru adalah yang terakhir jalan.

 

101.  EXT. TERAS RUMAH (TEMPAT TINGGAL FERI) - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Bina duduk di teras. Wajahnya terlihat lelah. Matanya sayu. Feri mendatanginya.

 

BINA
Aku bisa pulang sendiri.

 

Feri tersenyum. Dia menatap Bina dengan tatapan nakal yang seolah berkata, jika kamu bisa pulang sendiri, kenapa masih di sini. Bina berdiri, kesal melihat cara Feri menatapnya.

 

BINA (CONT'D)
Aku pulang.

FERI
Ini sudah malam.

BINA
Tempatnya dekat.

FERI
Kalau dekat kenapa kamu nggak pernah mampir?
 
BINA
(terkejut)
Hah?

FERI
Becanda. Ayo aku antar.

 

Bina berjalan keluar teras. Feri mengikuti. Bina menoleh, dan baru dia akan mengatakan sesuatu, Feri memotong.

 

FERI (CONT'D)
Jangan berkata apa-apa lagi. Kalau kamu mau pulang, pulang saja. Aku hanya jalan-jalan. Aku biasa jalan- jalan sebelum tidur.
 
BINA
Kamu ternyata keras kepala. Kamu tahu, tanteku galak.
 
FERI
Dan cantik.


Langkah Bina terhenti. Agak terkejut dia mendengarnya.


FERI (CONT'D)
Tapi kamu jauh lebih cantik.

BINA
Gombal...

 

102.  EXT. JALAN KOMPLEKS - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Jalanan tampak sepi. Tidak satu pun orang lewat. Malam sudah berganti dini hari. Samar-samar terdengar suara anjing menggonggong di kejauhan. Bina berjalan sekitar 6-7 langkah di depan Feri. Mereka tidak berkata apa-apa.

 

103.  EXT. DEPAN RUMAH TANTE SOPHIE - BERLANJUT

Bina berhenti dan menoleh ke belakang. Dia tersenyum. Feri berhenti dan menatap Bina dengan mata teduhnya. Waktu seperti terhenti. Bina membuka pintu pagar, sekali lagi menoleh ke Feri. Feri menunduk, melipat bibir (menahan senyum, lalu balik badan. Mereka bertukar kata tanpa kata-kata.

 

104.  INT. RUANG KELAS - PAGI

Ferdian duduk di sebelah Lucky, ikut mengeja kata-kata dari novel yang dibaca Lucky. Eksa dan Gilang mengobrol di meja dekat Lucky duduk. Bina baru saja datang, dan anak-anak di kelas, termasuk Mei dan Siska, menoleh ke arah Bina. Bina bisa merasakan ada sesuatu yang ganjil dari cara anak- anak di kelas menatapnya.

 

105.  INT. RUANG KELAS - BERLANJUT

Bina berjalan melewati bangku Mei dan Siska. Keduanya terlibat percakapan. Mereka acuh pada kehadiran Bina. Bina duduk di kursinya. Kikuk. Dia terlihat seperti orang yang baru ketahuan melakukan kesalahan.

 

106.  INT. RUANG KELAS - MENJELANG SIANG

Bel berbunyi. Pelajaran baru saja selesai. Bu Ita meninggalkan kelas. Bina tampak memikirkan banyak hal. Dia tidak lagi memperhatikan sekelilingnya. Mei dan Siska berdiri. Mei balik badan.


MEI
Ke kantin?

 

Bina melamun. Dia tidak mendengar apa yang Mei katakan.


MEI (CONT'D)
Ikut ke kantin, Bin.

BINA
Iya. Eh, nggak. Aku di sini saja.

 

Siska menatap Bina. Bina malah kembali sibuk pada pikirannya sendiri.

 

SISKA
Kamu nggak melakukan kesalahan. Jangan terlalu dipikirkan.

 

Siska dan Mei meninggalkan kelas.

 

107.  EXT. HALAMAN SEKOLAH - SIANG

Lingga berjalan menuju gerbang sekolah. Wajah tampak tidak bersemangat. Tidak jauh darinya, Bina menghentikan langkahnya begitu melihat Lingga. Tidak jauh dari Bina, Ferdian dan Eksa memperhatikan apa yang Bina lakukan. Melihat itu, mereka mempercepat langkah ke arah Lingga. Sebelum Lingga mencapai pintu gerbang, Ferdian merangkulnya.

 

FERDIAN
Menang kompetisi kok lesu?

LINGGA
Eh, kamu, aku pikir siapa tadi.

EKSA
Kamu pikir Bina, ya?

 

Eksa tertawa. Ferdian berusaha keras menahan tawanya. Lingga terlihat geram. Dia seperti ingin menelan Eksa bulat-bulat.

 

EKSA (CONT'D)
Santai-santai. Cuma becanda.

FERDIAN
Kamu becandanya keterlaluan. Kawan kita ini lagi terluka.
(menepuk dada Lingga)
Ikut kita, yuk. Dijamin heppy. Kamu bakal lupa segala luka.
 
LINGGA
Aku mau pulang . Masih ada urusan.


Begitu Lingga berjalan meninggalkan Ferdian dan Eksa, Eksa tertawa. Ferdian memukul kepala Eksa, lalu tertawa. Lingga sama sekali tidak menatap balik.

DISSOLVE TO:


108.  FLASHBACK. INT. RUANG KELAS XII BAHASA - MENJELANG SIANG

Siang itu kelas tampak lengang. Hanya ada sedikit siswa. Tiga siswa lelaki, termasuk juga Lucky dan dua siswa perempuan.

Siska dan Mei berada di kantin. Bina diam di kelas, membaca sibuk dengan ponselnya. Tampak sedang membaca sesuatu. Lingga muncul dari pintu. Bibirnya berhias senyum. Tangannya membawa sesuatu: setangkai mawar. Melihat itu, Bina langsung merasa.

Begitu Lingga mendekat, Bina tampak gelisah. Dia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tiba-tiba suara di sekeliling hilang. Lingga menyatakan perasaannya. Bina duduk tertegun. Tidak tahu harus berkata apa. Lingga masih tersenyum menunggu jawaban. Seseorang mengintip dari pintu, orang itu adalah Ferdian. 

Bina menatap sekeliling orang-orang pada melihat ke arahnya. Bahkan Lucky tidak lagi melihat buku novel di tangannya dan melihat ke arah Bina. Mata mereka bertemu. Bina kembali menatap wajah Lingga. Lelaki itu tampak menunggu sesuatu keluar dari bibirnya. Bina menarik napas panjang.

 

BINA
Maafkan aku.

 

Lingga terkejut. Dia tampak begitu terpukul. Namun, dia terlihat mampu mengendalikan diri. Dia menoleh sekilas ke arah pintu. Ferdian masih mengintip. Bina ikut melihat ke arah pintu. Eksa dan Gilang ikut mengintip. Suara mereka menyita perhatian. Ferdian mendorong Eksa dan Gilang. Lalu dia menggenggam tangannya, menyemangati Lingga.

 

BINA (CONT'D)
Aku sudah menganggapmu sebagai teman. Aku nggak ingin persahabatan kita berakhir jika kita garis itu kita lewati. Kamu tahu....

 

Lingga sudah tidak mendengar lagi kata-kata Bina setelah kata maafkan aku. Pikirannya melayang-layang entah ke mana. Wajahnya menatap ke arah Bina, tapi dia seperti tidak berada di sana.

(Flashback berakhir).

 

BACK TO:


109.  INT. RUANG TAMU RUMAH HERU (TEMPAT TINGGAL FERI) - SORE

Bina duduk. Wajahnya murung. Feri datang membawa dua gelas teh panas. Uap terlihat mengepul dari gelas. Dia menaruh dua gelas teh itu di meja dan duduk di sebelah Bina.

 

FERI
Kamu masih memikirkannya?

 

Bina mengangguk. Feri memikirkan sesuatu. Dia tampak ragu untuk mengatakannya.

 

FERI (CONT'D)
Kalau begitu, sebaiknya kita tidak sembunyi-sembunyi lagi.
 
BINA
Aku masih belum siap.

FERI
Baiklah.

BINA 
Itu saja.

FERI
Lah, kamu mau aku bilang apa?

BINA
Nggak tahu. Tapi bukan itu. Aku benar-benar merasa bersalah.
 
FERI
Itu bukan salahmu. Orang bisa suka dan tidak suka ke kamu, itu sesuatu yang tidak bisa kamu cegah.
 
BINA
Apa mungkin aku terlalu memberi harap.
 


Feri tidak bisa menjawab. Dia berpikir lama.


FERI
Mungkin saja.

BINA
Kamu ini selalu saja, ya.

FERI
(tampak bingung)
Kenapa?


 

BINA
Terlalu jujur.

FERI
Memangnya salah.

BINA
Ya, nggak, hanya saja.

Bina mendekatkan duduknya ke Feri.

FADE TO BLACK.

 

110.  EXT. LORONG SEKOLAH - PAGI

Bina berjalan. Wajahnya dipenuhi senyum. Langkahnya tampak ringan. Lima langkah di depannya dilihat beberapa siswa sedang berdiri dan mengobrol. Begitu Bina mendekati mereka, tiba-tiba mereka berhenti mengobrol. Sebuah moment sunyi lewat. Ketika Bina lewat, mereka menoleh dan memandangi Bina. Tapi Bina tidak menoleh. Setelah Bina agak jauh, anak-anak itu kembali bicara sambil satu dua anak sekilas melihat ke arahnya.

 

111.  EXT. DEPAN KELAS XII BAHASA - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Billy berdiri di depan kelas. Dia sedang bersama Ferdian dkk. Bina menghentikan langkahnya. Billy dan Ferdian menoleh. Mereka berhenti bicara. Bina kembali melangkah, berusaha cuek, dan terus berjalan masuk ke kelas. Dia bisa merasakan bahwa dirinya yang membuat mereka berhenti bicara.

 

112.  INT. KELAS XII BAHASA - BERLANJUT

Bina masuk dan langsung menjadi pusat perhatian. Anak-anak di kelas berhenti bicara. Ini bukan lagi perhatian yang didapatkan anak baru yang cantik. Perhatian yang dia dapatkan lebih dari ketika dia menjadi anak baru. Bahkan Mei yang sedang sibuk dengan ponselnya memandangi dia dengan tatapan yang menusuk.

Bina melangkah dengan ragu. Mei menoleh ke Bina, tapi dia tidak berkata apa-apa. Siska tidak kelihatan. Bina berjalan melewati Mei tanpa berkata apa-apa. Dia duduk di bangkunya. Tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tidak mengerti apa yang terjadi. Dia ingin bertanya kepada Mei, tapi ragu setelah apa yang terjadi padanya dan Mei.


DISSOLVE TO:


113.  FLASHBACK. INT. LOBI BIOSKOP - MALAM

Bina berjalan bersama Feri. Mereka baru saja menonton film. Mereka bergandengan tangan. Bina tampak sangat bahagia.

 

MEI
Bina?

BINA
(terkejut dan refleks melepas tangan Feri)
Mei? Kamu....

 

Mei sedang duduk bersama Siska. Mei terkejut. Dia tampak tidak percaya dengan apa yang baru dilihatnya. Wajah Siska tidak kalah terkejutnya dari Mei.

 

MEI
Kamu sama Feri?

 

Bina tidak bisa menjawab. Dia kehilangan kata-kata. Dia mendengar apa yang dikatakan Mei dulu.

 

MEI (V.O.)
Kalau kamu sampai jadian sama orang di sekolah ini dan aku tahu dari orang lain, kita berhenti temenan.

 

Dia tahu itu cuma candaan. Tapi tatapan Mei tampak tidak terlihat bercanda. Dia benar-benar terkejut dan tampak marah.

Feri kembali menggandeng tangannya. Siska pura-pura melihat ponselnya. Mei membuang muka. Dia bahkan tampak lebih kesal dari Siska. Itu membuat Bina merasa tidak enak.

(Flashback berakhir)


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar