Revenge Porn
6. Basket Adalah Hidupku #6

80.  INT. RUANG MAKAN - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Mereka makan dengan lahap. Masakan Feri enak. Terlihat dari ekspresi wajah Lingga dan Bina. Mereka benar-benar tak menyangka Feri pandai masak.

 

LINGGA
Kalau seperti ini, aku akan senang kegiatan belajar dipindah ke sini seterusnya.
 
BINA
Sepakat dengan Lingga. Kamu pandai masak. Bahkan, lebih pandai dari aku.
 
FERI
(tertawa)
Cuma nasi goreng. Nggak ada yang istimewa.

 

Suara mobil berhenti di depan rumah. Mobil itu meraung seperti hewan buas. Bunyi bel menyusul suara mobil itu.


FERI (CONT'D)
Mereka sudah datang.


Suara pintu dibuka dan ditutup dengan agak keras.


DONI (O.S)
(berteriak)
Woi Feri. Udah siap?

FERI
(ke Lingga dan Bina) Sebentar....

 

81.  EXT. TERAS RUMAH - BERLANJUT

Feri melihat sebuah jeep berhenti di depan gerbang. Tidak jauh dari sana, Doni berdiri memegang pagar seperti seorang terpidana dalam penjara.

 

FERI
Kalian datang terlalu cepat. Aku ada tamu.
 
DONI
Kau sedang bersenang-senang rupanya.
(berteriak ke Heru di mobil)
Benar kan dia sedang asoy geboy, Bro.

 

Suara pintu mobil dibuka dan ditutup. Suara kaki mendarat di lantai jalan terdengar. Lalu suara langkah lebih dari satu orang terdengar. Heru dan Niki muncul di pintu gerbang.

 

DONI (CONT'D)
Apa kubilang, kan.

HERU
Rasanya kurang bijak untuk bersenang-senang sebelum pertandingan.
 
FERI
Kalian ngomong apa sih. Aku sama Lingga.
 
DONI
Wow...


Doni berbisik ke Heru. Heru tertawa. Niki yang menguping ikut tertawa.

 

NIKI
Harusnya dia ajak salah satu dari kita bukannya si cupu itu. Anak baru itu pasti lebih senang.
 
DONI
Mana mau Feri. Malu lah dia kalah performa.

 

Mereka tertawa. Heru tertawa paling keras.


FERI
Brengsek kalian.


Heru, Doni, dan Niki kembali tertawa.


FERI (CONT'D)
Kita lagi makan. Kalian mau?

HERU
Wuih, anak ini. Betul-betul hebat. Aku saja nggak pernah dimasakin.

 

FERI
(balik badan)
Oke kalian di luar saja.

HERU
(tertawa)
Wah dia ngambek.

 

82.  INT. RUANG MAKAN - MALAM

Bina membantu Feri memberesi sisa-sisa makan.


FERI
(berteriak)
Yakin kalian nggak makan?
Heru, Doni, dan Niki berada di teras.

HERU (O.S)
Kita udah pada makan.

FERI
(teriak)
Oke aku beresin dulu.

BINA
Aku saja yang beresin. Kamu pergi saja. Anak-anak sudah nunggu.
 
FERI
Wah aku jadi nggak enak.


 

BINA
Sudah. Sana.

FERI
Nanti kuncinya simpen aja di bawah pot di teras.
 
BINA
Oke.


Feri menepuk punggung Lingga.


FERI
Aku duluan, ya. Maaf.

LINGGA
Santai saja.

 

Feri keluar menuju teras. Lingga membantu Bina beres-beres. Tidak lama terdengar suara mesin mobil dinyalakan.

 

83.  EXT. KANTIN SEKOLAH - PAGI

Sinar matahari pagi membentuk sudut 60 derajat. Meja tempat Bina, Mei, dan Siska duduk terkena sinar matahari. Mereka tidak dapat meja di dalam dan duduk di bagian halaman kantin dengan payung-payung yang tidak cukup melindungi mereka dari sinar. Itu membuat wajah Bina semakin bersinar. Kulitnya yang putih, struktur wajahnya yang sempurna membuat orang-orang di sekitar sedikit tidak menoleh ke arahnya.

 

84.  EXT. DEKAT LAPANGAN BASKET - PAGI

Anak-anak berkumpul di sekitar lapangan. Lapangan lebih ramai dari hari-hari sebelumnya. Tim basket kesayangan mereka akan berlaga di final besok sore. Bina, Mei, dan Siska lewat. Mereka berhenti sejenak, menoleh dan memerhatikan keramaian.


MEI
Kamu besok mau nonton basket lagi?


Bina terkejut lalu mengangguk.


MEI (CONT'D)
Sama Lingga lagi?

BINA
Ya.

MEI
Ciye... kencan nih ye.
 
BINA
Apaan sih...
(bersemu merah)
Ikut yuk?
 
MEI
Nggak. Aku nggak suka basket.
(menoleh ke Siska)
Terlebih aku nggak suka orang- orangnya.
 
BINA
Yah, beberapa memang kurang sopan.

SISKA
Beberapa? Semuanya kali. Kamu belum kenal saja.
 
MEI
(berbisik ke Bina tapi suaranya cukup keras)
Siska punya pengalaman buruk dengan anak-anak basket.

 

SISKA
Sialan kamu, Mei.
(ke Bina)
Ini nggak seperti yang kamu pikirkan.

 

Bina kebingungan. Dia tidak memikirkan apa pun.


SISKA (CONT'D)
Nggak sepenuhnya buruk sebenarnya. Ada kok yang menyenangkan. Cuma gitu, mereka terlalu suka membandingkan satu sama lain.
Lelaki memang begitu, mereka itu sebenarnya minderan. Tapi mereka pandai menyembunyikannya dengan berlagak sok hebat.

 

MEI
(tepuk tangan)
Memang beda yang jam terbangnya sudah tinggi.

 

Siska menggerutu dan memasang wajah pura-pura marah ke Mei. Bina tertawa.

 

85.  INT. KELAS XII BAHASA - PAGI MENJELANG SIANG

Guru sedang rapat. Kelas tidak ada pelajaran. Anak-anak mondar-mandir di sekitar kelas.

Bina berdiri di pintu kelas, melihat anak-anak basket yang berkumpul di lapangan. Mereka tidak lagi berlatih dan tampak serius membahas strategi atau sejenisnya.

Bina kembali ke tempatnya duduk. Dia menoleh ke arah jendela di sebelah kanannya. Ada pohon-pohon rambutan. Buah-buahnya ranum dan merah. Lalu dia melihat seseorang berjalan ke arahnya. Lingga.

Lingga dalam perjalan ke kelas Bina. Bina melihatnya dari jendela dan tersenyum. Lingga melihat Bina dan balas tersenyum. Tapi hanya bibirnya. Senyum tidak tampak di wajahnya. Dia tidak masuk ke kelas dan berdiri di depan jendela.

 

LINGGA
Enak ya kalau guru rapat tiap hari?
Bina baru akan membalas, tapi Mei lebih dulu.

MEI
Lihat itu. Percaya nggak, kata-kata itu meluncur dari murid berprestasi. Dengan kata lain...
 
BINA
Dengan kata lain apa, Mei?

LINGGA
(menoleh ke Mei)
Halo, Mei...

 

MEI
(ke Bina)
Itu sudah.
(ke Lingga)
Halo Lingga.

 

Lingga membuka cangkletan jendela dan mengangkat jendela. Dia memasuk ke dalam celah jendela. Bina terkejut.

 

MEI (CONT'D)
Wow... Lingga.

 

Lingga tidak masuk lewat jendela. Dia hanya berdiri dengan sebagian tubuh masuk ke dalam kelas.

 

MEI (CONT'D)
Kusangka kamu mau masuk lewat jendela.
 
LINGGA
Ya nggak dong Mei.


Lucky menoleh ke arah Lingga. Lingga menyadarinya.


LINGGA (CONT'D)
Halo, Lucky. Apa kabar?

LUCKY
(mengangguk dengan keren)
Soup?

 

Bina dan Mei saling pandang: soup? (sebuah sapaan singkatan dari what's up). Lucky benar-benar mengejutkan, pikir mereka.

 

LINGGA
(ke Bina)
Anu... ehm... mengenai tujuanku datang. Aku mau bilang, mungkin sabtu ini aku nggak bisa temani Bina ke gelanggang. Gimana, ya... teman-teman pindahin kegiatannya di hari Sabtu.
 
BINA
Robotik ya?

LINGGA
(mengangguk)
Heeh. Bentar lagi ada kompetisi. Jadi tim harus siap-siap... Aku bener-bener minta maaf.

BINA
Nggak apa-apa kok. Itu jauh lebih penting buatmu.
 
LINGGA
Tapi aku jadi melanggar janji.

BINA
Nggak usah dipikirin.

LINGGA
Tapi kan...

MEI
Nggak apa-apa kok Lingga. Santai saja. Yang kamu lakukan lebih penting daripada nontonin cowok- cowok bau ngerebutin bola yang cuma satu. Nggak usah khawatir. Nanti aku yang antar Bina.
 
BINA
Eh, serius Mei.

MEI 
Aman.

SISKA
Eh, urusan kita bagaimana?

MEI
(menggandeng tangan Siska)
Aman...
(ke Lingga dan Bina)
Aman...

 

Buk! Suara pintu dipukul tiga kali. Ferdian, Eksa, dan Gilang pelakunya. Lingga melihat ke arah mereka. Eksa melihat ke arah Bina dan Lingga.

 

EKSA
(menunjuk ke jendela)
Lingga... Lingga...
 
FERDIAN
Woi Berlas.... Ngapain lu? 


Lingga tidak menanggapi. Hanya mengangguk menyapa Ferdian.

 

LINGGA
(ke Bina)
Sudah ya. Aku harus balik.

FERDIAN (O.S.)
Ke belakang, ke belakang....


Eksa dan Gilang berlari ke belakang. Ferdian menyusul.

 

86.  EXT. TAMAN SEKOLAH - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Ferdian, Eksa, dan Gilang berlari ke arah Lingga. Ferdian yang pertama sampai langsung merangkulnya.

 

FERDIAN
Anak ini menghindar terus. Sombong amat lu.
 
LINGGA
Harus balik cepat-cepat. Ada kerjaan di markas.
 
EKSA
(mendorong kepala Lingga)
Gaya lu sok sibuk.


Ferdian mendorong tangan Eksa dan menahan tangan Gilang yang mau ikut-ikutan.

 

FERDIAN
(ke Lingga)
Kamu dekat sama anak baru itu, ya?
(ke Eksa dan Gilang)
Sudah besar anak ini sekarang.

LINGGA
Ya, lumayan.

GILANG
Pacaran ya?

LINGGA
Belum...

 

Ferdian, Eksa, dan Gilang langsung heboh mendengar jawaban Lingga.

 

FERDIAN
Belum, Men. Belum... Bentar lagi berarti itu?
(berusaha keras menahan tawa)
 
GILANG
Pastilah...

 

Lingga merasa tidak nyaman. Dia mendorong tangan Ferdian, tapi cengkraman Ferdian cukup kuat. Dia berjalan dan Ferdian mengikutinya, masih merangkul bahunya.

 

LINGGA
Aku beneran ada kerjaan ini...

 

Eksa sudah menunjukkan wajah kesal dan mendekat ke arah Lingga dan Ferdian. Ferdian mendorong Eksa.

 

FERDIAN
Kita antar ini. Kamu ini sama teman lama kok nggak ada ramah-ramahnya.

 

Ferdian dan Lingga terus melangkah sambil tangan Ferdian merangkul Lingga. Lingga menatap lurus ke depannya. Wajahnya tampak sebal. Eksa di belakang Ferdian membuat gerakan memukul kepala Lingga. Gilang tertawa-tawa tapi ditahan- tahan.

 

87.  EXT. LORONG SEKOLAH - BERLANJUT

Mereka tiba di lorong menuju ke markas ekskul robotik. Lingga masih merasa tidak nyaman dirangkul oleh Ferdian. Eksa dan Gilang masih mengolok-olok Lingga dari belakang.

 

FERDIAN
Jadi gimana besok datang ke gelanggang?
 
LINGGA
Nah, itu. Aku tadi mau bilang nggak bisa ke Bina.

 

Ferdian melepas rangkulannya dari Lingga.


EKSA
Berarti kalian nggak datang?

LINGGA
Aku nggak bisa. Tapi Bina mungkin datang.
 
GILANG
Tuh, kan.

 

Lingga menoleh ke Gilang.


FERDIAN
Nggak takut kamu Bina digebet orang?

 

Lingga menatap Ferdian tajam. Dia meneliti maksud lelaki ini, tapi dia tetap tidak mengerti.

 

FERDIAN (CONT'D)
Santai saja. Kami di pihakmu. Kita kan kawan lama.

 

Ferdian menepuk bahu Lingga. Lingga berjalan, merasa aneh, menoleh ke arah Ferdian lalu ke Eksa lalu ke Gilang.

 

FERDIAN (CONT'D)
(menggenggam tangannya seolah menyemangati)
Jangan khawatir, kami mendukungmu.

 

Lingga berlalu tanpa sedikit pun menoleh. Pikirannya mengalayang-layang, memikirkan maksud ketiga begundal itu. Pasti ada sesuatu yang buruk.

 

EKSA (O.S)
Tuh, kan benar. Dia nggak sadar.
 
FERDIAN (O.S)
Lugu sekali anak itu.

GILANG (O.S)
Kadang kasihan juga.

 

Suara tawa Ferdian, Eksa, dan Gilang terdengar. Lingga masih berjalan tanpa menyadari apa-apa.

 

87.  INT. GELANGGANG BASKET (LAPANGAN) - SORE

Pertandingan berlangsung alot. Beberapa kali tim lawan menyerang. Tapi ketika sudah memasuki wilayah pertahanan selalu berhasil dipatahkan. Heru bermain sangat baik. Dia memotong umpan dan Billy mendapatkan bola. Billy melempar bola ke Feri yang sedang berlari. Feri memasuki wilayah lawan dan melakukan tembakan sambil berlari. Bola masuk.

Serangan balik cepat. Tim lawan menyerang. Seorang pemain bernomor tujuh, jangkung tapi gerakannya flamboyan berhasil menerobos seorang diri dan melakukan tembakan. Bola masuk.

Billy berlari mendribel bola. Cepat. Mengoper ke Feri. Feri menerima dengan mulus. Seseorang mengawalnya. Heru datang menahan orang itu. Feri berlari masuk, seseorang sudah menunggunya. Dia mengoper ke belakang. Billy di luar. Lemparan tiga angka Billy masuk dengan mulus. Lapangan bergemuruh.

Bina, Mei, dan Siska yang sedari tadi terlihat kurang bersemangat ikut melompat girang ketiga bola masuk. Mereka hanyut dalam euforia.

 

88.  INT. GELANGGANG BASKET (KURSI PENONTON) - BERLANJUT

Pertandingan berlajut. Serangan dibalas serangan. Gemuruh tabuhan drum dan sorakan penonton memenuhi gelanggang.

Beberapa tertangkap mata sedang berbicara tapi hanya gerak bibir yang tertangkap mata. Suara mereka tenggalam oleh suara-suara riuh di gelanggang.

 

Bina menoleh ke arah Mei, lalu ke Siska. Keduanya tampak bersemangat. Mereka ikut berteriak sesekali.

 

BINA
(mendekat ke telinga Mei)
Sepertinya kita bisa menang.
 
MEI
Menang... menang...
(berteriak penuh semangat)
 
BINA
(mendekat ke Siska) Sepertinya menonton basket nggak buruk juga.
 
SISKA
(mendekat ke Bina)
Ya, lumayan juga.

 

89.  INT. GELANGGANG BASKET (LAPANGAN) - BERLANJUT

Pertandingan mendekati akhir. Serangan demi serangan. Tim lawan unggul satu setengah bola. Papan skor menunjukkan 45-48. Tim lawan menyerang. Doni berhasil memotong bola yang dilempar lawan. Feri dapat bola lepas, mengoper ke Billy yang mendribel dengan cepat. Dua orang menghalangi. Billy men- delay bola. Doni masuk dan Billy menipu sebelum menerobos, mengoper ke Doni yang berhasil memasukan bola sambil berlari. Skor berubah 47-48

Tim lawan menyerang lagi. Seseorang masuk ke wilayah pertahanan. Dia berada di bawah ring, melakukan tembakan. Berhasil diblok Heru. Bola lepas diambil tim lawan. Seseorang lain melempar. Tidak masuk. Doni mendapatkan rebound.

Melempar ke Billy yang berlari secepat kijang. Dia melewati dua pemain sebelum ditabrak. Peluit berbunyi. Lapangan menjadi sunyi. Pelanggaran. Intentional foul. Billy mendapat lemparan bebas. Waktu tersisa tinggal 14 detik. Para pemain bersorak untuk Billy. Mereka menepuk dan memeluk Billy. Dua lemparan akan mengubah hasil pertandingan. Semoga.

Billy bersiap melempar. Dia memantul-mantulkan bola. Suasana mendadak sunyi. Kecuali bunyi bola dan degub jantung yang saling bertalu, tidak ada satu suara pun. Billy tampak begitu fokus. Keringat di kening menetes melewati pipi, menggantung di dagu, sebelum jatuh. Lemparan pertama. Bola masuk. Skor seri: 48-48. Satu lemparan lagi dan semua selesai. Selesai?

Billy bersiap-siap. Lemparan kedua akan dilakukan. Bola dipantul-pantulkan ke lantai. Billy melempar bola dan suara mendadak hilang. Bola berputar-putar di udara. Tiba-tiba layar menjadi gelap. Suara bola masuk ring. Lapangan bergemuruh.

 

SISKA (O.S)
Kalau kau tidak memasukan bola itu, aku akan menendangmu lagi.

 

Mereka meneriaki nama Billy. Tapi pertandingan belum berakhir. Feri berlari sangat cepat kembali ke daerah pertahanan. Seseorang dari tim lawan mendrible bola masuk ke wilayah pertahanan, mencari celah sebelum mengoper seseorang di bawah ring. Dua orang mengepung.

Salah satu pemain lawan sudah menunggu di bawah ring. Bola dioper, Feri mengejar sekuat tenaga.

 

DISSOLVE TO:

 

90.  FLASHBACK. INT. RUANG TAMU RUMAH HERU (TEMPAT TINGGAL FERI) - SORE

Lingga dan Bina duduk di ruang tamu, mendengarkan Feri bercerita tentang apa yang akan dia lakukan di masa depan.

 

FERI (V.O.)
Jujur, aku belum membayangkan apa pun. Aku hanya ingin bermain basket... jika aku bisa, aku ingin terus menerus bermain basket.
Mungkin ini agak berlebihan, tapi aku ingin menjadi pemain pro. Jika bisa aku ingin hidup dari basket. Untuk saat ini, basket adalah hidupku.

(Flashback berakhir)

BACK TO:

 

91.  INT. GELANGGANG (LAPANGAN BASKET) - BERLANJUT

Tangan Feri terjulur. Tidak sampai. Feri melompot dan tangannya berhasil menyentuh bola. Feri tersungkur jatuh. Bola keluar. Peluit panjang ditiup. Pertandingan berakhir. Skor 49-48.

 

92.  INT. GELANGGANG (LAPANGAN BASKET) - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Para finalis berkumpul di lapangan. Berurutan mengambil piala mulai dari juara 3, juara 2, lalu juara 1. Heru (captain) maju mengambil piala kemenangan. Dia kembali ke rekan- rekannya. Mereka melompat-lompat merayakan. Suasana kembali riuh

 

KOMENTATOR (O.S)
Pemain terbaik...... Billy.


Rekan-rekan menepuk punggung Billy. Heru mengacak-acak rambut Billy. Billy maju, menerima piala untuk pemain terbaik, kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Suasana gelanggang kembali riuh.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar