RETORIKA IBU
12. 12. SIRNA

1.   INT. KAFE – DAY

Dara sedang terkekeh menyaksiksan Tiara yang sedang kesal.

 

TIARA

  Udah! Nggak usah ketawalah!

 

DARA

    Hahaha...

         Iya, iya. Puas kan kau sekarang.

Dari dulu udah kakak bilang, buaya dia, dek!

Yang ada kau marah sama aku.

TIARA

  Yaudah, kau ketawa aja tros!

Mumpung mau ujian sebentar lagi

GAWAI DARA BERDERING.

DARA

  Mamak, nih.

 Halo, mak?!

     (mendengarkan)

Wajah Dara berubah pucat. Dara mematikan gawai.

TIARA

 Kenapa, kak?

DARA

Ayah sesak lagi.

Di rumah sakit sekarang.

Tiara langsung bangkit dan menarik tangan Dara. Mereka pergi.

CUT TO :

50.   INT. RUANG INAP – THE NEXT DAY

 

(SEMINGGU KEMUDIAN)

Ayah Dara terbaring di atas ranjang. Tiara menunggu ayahnya di sebelah ranjang memperhatikan Dara yang sudah rapi baju sekolahnya. Dara memeriksa tasnya dan kemudian memakainya. Matanya sedikit sembab. Ibu Dara mendekati Dara.

 

IBU DARA

Kau santai aja ya tesnya. Mamak doakan kau lulus.

Kau tenang dan fokus aja.

DARA

 Tapi ayah kekmana?

Air mata Dara menetes. Ibu Dara mengelap air mata Dara.

IBU DARA

Udah, udah, kau tenang aja.

Kita serahkan semua sama Allah.

Kau berangkat sekarang nanti telat.

Dara mencium tangan dan memeluk ibunya. Ia melangkah ke arah Tiara dan memeluk Tiara erat.

TIARA

          Semangat ya, kak! Aku tau kau bisa.

     Buat ayah bangga sama kau.

 

Untuk beberapa saat, Dara memandangi wajah ayahnya. Ia menggenggam tangan ayahnya dan menciumnya.

DARA

   Ayah...

Dara minta izin mau tes ujian beasiswa.

   Doain Dara bisa tenang dan fokus.

Dara menggenggam erat ayah lalu melepaskannya. Air matanya menetes. Dara melangkah keluar dari ruang inap. Ia menatap ayahnya yang terbaring tak berdaya itu. Dara keluar dan menutup pintu.

CUT TO :

51.   INT. DEPAN RUANG INAP – CONTINUOUS

Yuna, Sandi dan pak guru melihat Dara yang baru keluar. Mereka mendekati Dara.

SANDI

   Kau kuat, Dar?

Dara mengangguk.

PAK GURU

         Kalau nggak sanggup, nggak pa-pa, Dar.

Kau susulan aja. Pihak beasiswa udah kasih keringanan buat kau.

YUNA

Iya, Dar.

DARA

   (menggeleng)

 Enggak. Yok!

Ketiganya melangkah pergi.

CUT TO :

52.   EXT. PARKIRAN RUMAH SAKIT – DAY

Dara, pak guru, Sandi dan Yuna tiba di parkiran rumah sakit. Sandi dan pak guru menyalakan motornya. Yuna dibonceng Sandi dan Dara bersama pak guru. Motor perlahan meninggalkan area parkiran.

TIARA

 KAAAAK!!!!

Tiara berlari dan berteriak. Dara yang mendengar, menoleh. Dara menyuruh pak guru berhenti. Sandi dan Yuna juga ikut berhenti. Dara turun dari motor dan berlari ke arah Tiara. Tiara menangis.

TIARA (CONT’D)

  Kaak, ayah, kaak..

Wajah Dara panik tiba-tiba.

          

DARA

 Ayah, kenapa?!

 Tiara menangis. Ia tak bisa menjawab.

 

DARA (CONT’D)

    Ayah, kenapa, Ti?!! Kenapa?!!

 

TIARA

          Ayah...

                (menangis)

          Ayah nggak ada lagi, kak.

 

Dara syok. Ia tak mampu berkata-kata. Ia meneteskan air matanya dan menangis.

DARA

    Ayah...Ayah...

    CUT TO/ FADE OUT :

 

53.   EXT. KUBURAN – DAY

Ibu Dara dan Tiara menangis di pusara ayah Dara. Hujan mulai turun rintik-rintik. Ibu Dara, Tiara dan gerombolan orang-orang berbaju hitam satu persatu meninggalkan pemakaman. Dara baru tiba dan masih dengan baju sekolahnya. Ia menangis tersedu-sedu. Di belakang Dara, beberapa langkah di belakang Dara Yuna dan Sandi ikut menemani Dara. Hujan turun semakin Deras. Dara menangis histeris di makam ayahnya. Yuna dan Sandi menatapinya dengan kasihan. Yuna ingin mendekati Dara, Tapi Sandi menahannya, ia menggeleng agar Yuna tak kesana.

CUT TO :

 

54.   INT. RUMAH DARA – KAMAR DARA – THE NEXT DAY

Dara melamun di sudut ranjang. Air matanya masih saja keluar. Ia menghapusnya, tapi terjatuh lagi. Dara sedih. Gawainya berdering, Dara hanya menoleh dan mengabaikannya. Pintu kamar Dara terbuka. Tiara datang, matanya juga sembab. Dara menyeka air matanya.

 

TIARA

 Dipanggil mamak.

 

Tiara menutup pintu. Dara menenangkan Diri dan beranjak dari ranjang. Tak sengaja Dara menjatuhkan buku-buku yang ada di sisi meja. Dara memungutnya. Selebaran beasiswanya terjatuh. Dara melihat selebaran itu cukup lama. Air matanya menetes lagi. Ia menangis, air matanya membasahi selebaran itu. Dara terdiam beberapa saat.

 

DARA (V.O)

 Mimpi itu tlah sirna,

   Harapku hanya tinggal sia-sia,

 Semuanya sudah tiada berguna.

 

Mimpi itu lebur

     Hancur berkeping-keping.

Bukan membereskan,

     Aku malah meratapnya diam tak bergeming.

 

        Siapa yang harus kusalahkan?

    Aku yang egois

atau takdir yang sedang berjalan

Dara meremas kertas itu dan melemparkan sembarang ke dinding kamar. Dara menghela napas dan menyeka air mata. Dara keluar dari kamarnya.

THE END

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar