RETORIKA IBU
8. 8. Pertikaian

35.   INT. KANTIN – DAY

Dara tertidur di kantin. Ia bangun, lalu merenggangkan kepalanya. BEL BERBUNYI.

DARA

  Ya Allah, udah ganti jam.

Ketiduran rupanya aku disini.

Dara memijit-mijit dahinya. Ia melamun. Pak guru tiba di hadapannya sembari membawa satu botol minuman dingin.

 

PAK GURU

  Kenapa pulak kau nggak masuk?

Pak Guru menyodorkan minuman itu pada Dara. Dara kaget.

DARA

  Eh..., bapak.

PAK GURU

Tahu kau ujian hari ini?!

Dara menepul jidatnya.

DARA

Ohiya, lupa!

PAK GURU

Yaudah kau minum dululah, capek kali bapak tengok.

Dara mengangguk, ia mengambil botol minuman itu dan meneguknya sekali.

DARA

Dara bisa ikut susulan pak, kan?

PAK GURU

Kau kenapa nggak masuk jadi?

Padahal kau udah ke sekolah.

Dikira cabut nanti kau.

Kenapa?

Apa lagi ada masalah?

Dara diam.

PAK GURU (CONT’D)

Coba kau cerita dulu, Dar!

Dara masih diam.

PAK GURU (CONT’D)

Janganlah kau diam kek gini, nak..

Berantem sama pacarmu, ya?

Dara menapiknya. Ia menggeleng.

DARA

Nggak ada pacar Dara, pak!

PAK GURU

Makanya kau ceritalah! Apa masalahmu?

DARA

Tapi bisa ujian susulan, kan?

PAK GURU

 (menghela napas)

Iya, Dar... Iya.

DARA

Ini lho, pak.

Dara kan mau kuliah ke Jakarta,

tapi nggak dapat izin mamak, karena ayah Dara sakit.

Dan mamak selalu bilang,

kalau ayah kenapa-napa trus Dara jauh kek mana?

Mamak suka kali bahas-bahas kalau ayah tiba-tiba mati kekmana.

Padahal Dara pengen kali, pak.

PAK GURU

 Trus kau kekmana?

DARA

Yaa, Dara jadi sulit ambil keputusan. Bingung.

 

PAK GURU

Kenapa, ya?

Kita terlalu khawatir sama masa depan?

 Padahal Tuhan aja belum bilang selesai.

    Kau tahu nggak kenapa?

Dara menggeleng.

 

PAK GURU (CONT’D)

          Karena manusia nggak benar-benar percaya Tuhan.

Dia takut ini, takut itu, terlalu banyak pertimbangan.

Akhirnya nggak bisa kemana-mana. Nanti pas udah tua baru dia menyesal.

DARA

Tapi kan orangtua, pak. Makanya Dara bingung.

Dara takut disumpah-sumpah jadi anak durhaka.

PAK GURU

Semua pilihan ada di tangan kau, Dar.

Yang menjalani hidup itu, kau.

Mamak bapak kau pun punya jalan hidup sendiri.

Udah ada garisnya masing-masing kita.

Kau yang tahu kau pengennya apa.

Dara mendengar dengan seksama.

DARA

          Tapi, kan pak, kalau Dara nggak nurut..

PAK GURU

                (memotong)

Lagian, ngapain sih mikir terlalu jauh?

Kalau bapak kau mati kekmana, kalau kenapa-napa gimana,

itu Secara nggak langsung kau udah mendahului takdir,

kau udah sok tahu

dan kau juga kaya doain bapak kau sendiri buat cepet mati.

Dara terdiam. Ia merasa tertampar.

PAK GURU (CONT’D)

Harusnya kau berdoa, supaya bapak kau sehat lagi kaya semula.

Bukan doa yang jelek-jelek.

Kalau kau mau, kau ngomong lagi sama mamak kau.

Dara mengangguk.

DARA

     Iiya, pak.

PAK GURU

Yaudah, kau masuklah.

Jam bapak bentar lagi habis.

Kalau kau nggak masuk lagi, nanti masuk BP kau.

Nggak malu kau nama kau di BP?

DARA

Trus ujiannya, pak?

PAK GURU

 Jam istirahat jumpai bapak.

DARA

    Makasih banyak, ya, pak.

PAK GURU

   Iya. Itu minumnya bawa aja.

Dara mengangguk. Ia permisi pada pak Guru. Dara pergi.

CUT TO :

36.   INT. RUANG KELAS – DAY

Dara masuk ke kelas, ia melangkah menuju tempat duduknya. Teman-teman sekelasnya menoleh ke arahnya dengan tatapan heran. Yuna yang sedang mengobrol dengan temannya yang lain ikut menoleh. Yuna menghampiri Dara.

 

YUNA

Darimana aja, kau?! Bagus kali ya nggak masuk.

 

DARA

  Di kantin tadi, malas masuk aku. Sandi mana?

 

Yuna menoleh ke kanan dan kiri. Sandi masuk ke kelas. Yuna memanggil Sandi.

 

YUNA

 Itu dia! San, sini! 

Sandi menghampiri Dara dan Yuna.

SANDI

    Eh, kemana aja kau? Kenapa nggak masuk.

DARA

Ih, kelen sehati kali, ya.

Pertanyaanya sama.

Jangan-jangan jodoh pulak kelen.

SANDI

          Ih, janganlah! Rusak nanti rumah tangga aku.

Yuna mengepalkan tangannya dan siap meninju Yuna.

YUNA

Kau pikir, aku mau jadi istri, kau?!

SANDI

Mana tahu.

DARA

 Udah, udah. Bercanda aku.

Nggak usah berantem ,woi.

SANDI

Jadi semalam kenapa juga nggak kau angkat telepon aku?

Khawatir kali aku semalam.

DARA

  Udah tepar itu.

Yuna menggenggam tangan Dara.

YUNA

Dar, kami minta maaflah, ya.

Gara-gara kemarin kau jadi kena marah sama mamakmu.

DARA

Iya, nggak pa-pa.

Mau ditutup-tutupin kalipun, nanti pasti mamak aku bakal tau juga , kan?

Pas ke Jakarta pasti aku bakal minta izin.

Lagian lebih cepet tahu, lebih bagus.

Aku jadi punya waktu lebih banyak buat merayu mamak aku.

 

SANDI

     Jadi kau tetap lanjut, Dar?

DARA

    (bercanda)

 Kalau aku nggak?

YUNA

Ya, kami juga enggak.

Dara tertegun.

DARA

  Kalian serius?

Yuna mengangguk.

YUNA

Iyalah. Kami berdua nggak keberatan kok buat berhenti.

Dari awal kan kita niatnya sama-sama.

DARA

Kalian nggak harus kek gitu, we!

SANDI

Harus kekgitu, Dar!

Kami nggak mau kau sendiri yang berhenti.

DARA

Trus, kalau kita lanjut tapi akhirnya aku tetap nggak lulus tes?

YUNA

Itu beda ceritalah, kuyang!

 Itu udah hasil kerja keras kita.

DARA

  Yaudah. Aku mau lanjut.

YUNA, SANDI

 Yes!!

DARA

Tapi kalian mau bantu aku, nggak?

SANDI, YUNA

Apa?!

Dara tersenyum.

DARA

Hmmm..

Yuna dan Sandi penasaran.

CUT TO :

37.   EXT. RUMAH DARA- RUANG TAMU – DAY

Dara tiba di rumah. Ia membuka pintu dan menutupnya. Rumah tampak sepi.

DARA

 Assalamu..

 

TERDENGAR PECAHAN KACA. Dara kaget.

 

DARA (CONT’D)

‘alaikum.

 

Dara menghela napas. Dara mendengar suara ibunya setengah menangis. Dara berhenti di depan pintu kamar. Ia mendengar percakapan ayah dan ibunya.

 

IBU DARA (O.S)

   Capek kali, aku...

 Kenapa abang nggak pernah dengar?

 Sabar, bang. Sabar aku bilang!

  Yang mau sakit siapa?!

 

AYAH DARA (O.S)

 Jadi hidup ini Cuma buat sabar-sabar, aja?!

 

IBU DARA (O.S)

  Ya, Allah, abang...

  Kenapa kek gitu ngomong, bang?!

 

AYAH DARA (O.S)

    Jadi aku harus ngapain?!

          Semua-semua nggak boleh!

          Tiap-tiap hari aku sabar, sabar, sabar.

 Sampek kapan?!

  Aku juga capek, Dek!

 

IBU DARA (O.S)

Capek apanya?!

          Kau kerjapun enggak lagi sekarang, ya?

 Aku yang kerja!

          Kau dengar aku ngomong apa salahnya?

Anak-anak udah pada besar.

Nggak lama lagi mereka dewasa, trus harus menikah.

Kalau kau nggak ada lagi nanti siapa yang jadi wali nikah orang ini?!

Adek kau?!

Ditengoknya aja nggak pernah!

AYAH DARA (O.S)

Kau ya!

IBU DARA (O.S)

 Bang, jangan bang!!

Perasaan Dara jadi tak enak. Dia mengurungkan niat masuk ke kamar. Dara keluar dari rumahnya. Ia membanting pintu. SUARANYA CUKUP KERAS.

CUT TO :

38.   INT. RUANG MAKAN - DAY

Bantingan pintu mendiamkan ayah dan ibu Dara. Area meja makan sedikit berantakan dengan peralatan makan, obat-obatan, tumpahan air mineral dan pecahan gelas kaca. Raut wajah ayah dan ibu Dara penuh emosi. Mereka saling bertatapan tajam. Keduanya duduk di kursi dan meratapi apa yang terlihat di depan mata.

CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar