RETORIKA IBU
1. 1. RENCANA

1.   EXT. DEPAN RUMAH – NIGHT

SUARA DERU MOBIL YANG MELAJU BERHENTI. Pintu mobil setengah terbuka. Kaki kiri menjulur ke tanah.

RONNY (O.S)

Dek, Tunggu dulu!

Menahan pintu mobil dengan tangan kiri.

DARA (O.S)

Apa lagi?!

RONNY (O.S)

Besok pagi abang jemput, ya.

DARA (O.S)

Nggak usah! Aku bisa sendiri.

Menjulurkan kakinya yang satu lagi dan menutup pintu. Mobil itu kembali melaju. Sepasang kaki yang bersepatu sneakers warna abu-abu itu melangkah sampai tiba di depan pintu rumah. Tangan kanannya menyentuh knop pintu. Pintu dibuka perlahan. SUARA DERIK TERDENGAR.

CUT TO :

2.   INT. RUANG TAMU – MALAM

Sepasang kaki melangkah masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu. Dari arah ruang makan terdengar SUARA PIRING BESERTA SENDOK GARPU sedang beradu. Sepasang kaki itu melangkah lagi perlahan.

IBU DARA (O.S)

Gak ada yang mau sakit, bang...

Makanya abang denger apa aku bilang.

Pantang makanan, minum obat!

Itu tuh ginjal abang cuma berfungsi lima belas persen lagi,

yang sebelah emang udah nggak bisa cerna apapun lagi.

makanya kalau abang nggak denger,

nanti dokter nggak mau lagi ngobatin abang!

Sepasang kaki itu berhenti di depan sebuah kamar. Tangannya memutar knop pintu. Pintu terbuka. Ia masuk dan menutup pintu kamarnya.

(Melatarbelakangi CREDIT TITLE)

    CUT TO:

3.   INT. KAMAR DARA – CONTINUOUS

DARA menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Kepalanya dibenamkan. Kedua kaki yang masih mengenakan sepatu digoyang-goyankannya. Pintu kamarnya diketuk. Dara beranjak bangun. Ia membuka pintu kamar. TIARA dihadapannya, wajahnya enggan menoleh ke Dara.

TIARA

Kak, disuruh makan sama mamak.

DARA

              Kakak udah makan tadi di luar.

TIARA

(mengangguk-angguk)

Oooh... Yaudah!

Tiara melangkah pergi.

DARA

Tunggu dulu!

Tiara berhenti, ia menoleh.

TIARA

 Apa?

DARA

  Kau masih marah sama kakak?

Tiara menatap Dara. Ia menghela napas.

TIARA

Kau pikirlah sendiri.

Tiara melongos pergi.

DARA

 Ti!

Tiara tak menghiraukan panggilan Dara. Dara menutup pintu kamarnya.

DARA (CONT’D)

Harusnya aku dulu yang marah sama dia,

bukan dia yang marah sama aku.

 (menghela napas)

Udahlah, males kali aku.

Ia melangkah dan duduk di atas ranjang. Dara melirik ke arah jam yang ada di atas mejanya. Jam menunjukkan pukul sembilan. Dara bangkit dan melangkah ke arah jendela yang masih terbuka. Ia menutup dan menguncinya. GAWAINYA BERDERING. Dara mencari gawai di dalam tas lalu mengangkatnya.

DARA

Ya, kenapa?

(mendengarkan)

 Oh, iya! Lupa aku obatnya!

(mendengarkan)

Hhmmm.. bisa putar balek nggak?

(mendengarkan)

Boleh, boleh.

(mendengarkan)

Oke, aku tunggu. Makasih.

Dara mematikan panggilan teleponnya. Gawainya dilempar sembarang di atas kasur. Ia memijat-mijat kepalanya kemudian menghela napas. Dengan langkah sempoyongan Dara melangkah ke meja belajarnya. Ia menarik kursi lalu duduk. Matanya mengarah pada sebuah buku notes bersampul bunga-bunga. Dara mengambilnya. Ia menarik sebuah pulpen dari kotaknya. Dara membuka buku itu dan mencari lembaran kosong. Ia menulis.

DARA (V.O)

Tentu,

Ia tak akan pernah melewatkan kesempatan ini

Padahal jelas,

Untuknya aku tak ada hati.

Apa .....

Aku harus membuatnya lebih mengerti?

Dara menutup notesnya. Ia mengambil tas sekolah Dan mengecek jadwal. Ia memilih buku-buku dan memasukkannya ke dalam tas. Dara merapikan meja belajarnya, sebuah selebaran jatuh ke lantai. Ia memungutnya.

DARA

Beasiswa...

Oh, iya!

Tiba-tiba ada BUNYI KERAS TERDENGAR. Dara terkejut. Ada sesuatu yang terjatuh dari luar kamar bersahutan dengan SUARA TERIAKAN MINTA TOLONG.

IBU DARA (O.S)

Dara!! Tiara!!Tolong!!

DARA

(matanya terbelalak)

Mamak?!

Dara gelagapan, ia melempar asal selebaran tersebut. Dara bangkit dan keluar dari kamar.

CUT TO :

4.   INT. RUANG MAKAN – CONTINUOUS

Dara tiba di ruang makan. Dara kaget melihat ayahnya jatuh pingsan di pangkuan ibunya. Tiara mencoba menyadarkan ayahnya dengan menggoyang-goyangkan pipi ayahnya dan mendekatkan minyak aroma terapi ke lubang hidung ayahnya.

TIARA

(lirih)

Yah...bangun, yah...

Dara diam terpaku di tempat ia berdiri.

DARA

 Ayah?!!

FADE OUT :

MAIN TITLE IN: RETORIKA IBU

(CREDIT TITLE BERAKHIR)

5.   EXT. KORIDOR SEKOLAH - DAY

FADE IN :

Jam pelajaran usai, ditandai BUNYI BEL PANJANG. PAK GURU keluar dari kelas diikuti para siswa di belakangnya.

PAK GURU

 Hati-hati, ya pulangnya. Jangan keluyuran!

PARA SISWA

   Iya, pak...

Mereka berjalan menuju koridor sekolah dan saling berlomba-lomba siapa yang duluan sampai gerbang. SANDI berhenti. Pak guru menoleh ke arah Sandi.

PAK GURU

 Kenapa berhenti?!

Sandi terkekeh.

SANDI

Capek, pak.

PAK GURU

 Kalau gitu, bapak duluan, ya.

SANDI

Iya, pak.

Pak guru meninggalkan Sandi. Ia duduk di bangku keramik yang ada di koridor sekolah. Yuna dan Dara ikut duduk disana.

SANDI (CONT’D)

Jadi nggak kita kuliah ke luar kota?

Yuna dan Dara bingung, lalu menoleh ke Sandi.

YUNA

Pakek apa? Daun?! Mana adalah uang mamakku.

SANDI

Beasiswalah. Kan kertas yang kemarin aku kasih untuk ngurus beasiswa, Yun.

Nggak kau baca?

YUNA

Belum. Ntah dimana pun kertasnya.

SANDI

Astaghfirullah!!

(menghela napas)

Kau, Dar? Nggak kau baca juga?

DARA

Adalah kubaca.

SANDI

Jadi kekmana? Kapan?

DARA

Apanya?

SANDI

Ya kita belajarlah buat tes pertamanya.

YUNA

Kapan ajalah aku bisa. Sekarang pun bisa.

SANDI

Kau moncong aja banyak gaya. Buktinya yang kukasih aja nggak kubaca.

YUNA

Ya maaflah. Aku nggak sempat. Nanti pulang kucari, kubaca. Tenang aja kau.

SANDI

Yaudah kau baca dulu. Kalau besok, apa bisa kita mulai?

YUNA

Aku sih, yes!

SANDI

Yaudah, aku yes juga.

 Kau kek mana, Dar?

Dara melamun. Yuna menepuk Pundak Dara.

YUNA (CONT’D)

Dar!

Dara kaget.

DARA

              Apaa?! Terkejut aku!

YUNA

Kok melamun?

DARA

              Hah?! Mana ada aku melamun.

      Yaudah yuk, pulang!

       (bergegas bangkit)

SANDI

Kenapa, Dar?

DARA

 (menoleh)

Apa?!

SANDI

Haa, tuh kan melamun.

DARA

  (menggeleng)

Enggak! Mana ada aku melamun.

Yaudahlah yok, pulang!

Dara melangkah. Sandi dan Yuna masih memperhatikan gelagat aneh Dara. Dara merasa diperhatikan, ia menoleh ke Sandi dan Yuna. Dara kesal diperhatikan seperti itu.

DARA

Apa lu kelen?! Pulang nggak?!

Yuna dan Sandi tak menjawab, keduanya memperhatikan Dara.

Dara merasa salah tingkah.

DARA

Alah, kupulang aja sendiri!

Dara menghentakkan kakinya dan melangkah. Sandi dan Yuna terheran.

YUNA

Kenapa dia?

SANDI

 (menaikkan bahu)

Mana kutahulah!

SANDI (CONT’D)

(memekik)

Dar!

Dara berhenti dan menoleh.

DARA

Apa? Pulang nggak?!

SANDI

Tungguinlah kalau pulang! Ngegas aja bisanya.

DARA

Yaudah, cepetlah!

Sandi dan Yuna. melangkah menuju Dara. Ketiga berjalan beriringan meninggalkan koridor.

CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Aku sampe di sini, udah bisa ngebayangin pas scene awal cuma liat visual kaki. 😃😃
3 tahun 1 bulan lalu