RETORIKA IBU
4. 4. Ayah Siuman

12.   INT. RUANG INAP – DAY

Dara hampir tiba di depan ruang inap. Seorang dokter keluar dari ruang ayahnya dirawat. Dara berhenti sejenak menunggu dokter itu pergi. Setelah Dokter pergi Dara melangkah masuk ke ruangan. Ibu Dara menoleh. Dara merebahkan diri di sofa dan melepas tasnya.

IBU DARA

 Nggak jadi pulang?

DARA

 Nggak!

                (menghela napas)

 Tadi dokter ngapain, mak?

IBU DARA

Periksa.

 

Dara bangkit dari duduknya dan mendekati ibunya yang ada di dekat ranjang ayah. Dara menatap ke wajah ayahnya yang tertidur.

DARA

Jadi ayah kekmana sekarang?

 

IBU DARA

Alhamdulillah, kata dokter udah lebih sehat.

Besok bisa pulang.

Nanti palingan check aja yang rutin.

Gula ayah tinggi kali kata dokter.

DARA

Kalo gula keknya emang dari dululah.

Laen apa lagi mak ada dibilang dokter?

IBU DARA

Ya, paling makananlah disuruh pantang.

Minuman, kek kopi.

Air putih aja ayah nggak bisa banyak-banyak minum.

DARA

          Kok kek gitu? Tuh gara-gara ginjal, mak?

IBU DARA

Iyaa, kan fungsi ginjal ayah cuma

lima belas persen lagi sisanya. Jadi nggak kuat tampung dia.

Dara mengangguk-angguk.

DARA

Jadi si Tiara mana, mak?

IBU DARA

Nggak tahu, dari tadi nggak balek-balek dia.

 Mana mamak mau pulang. Belum mandi dari pagi.

DARA

Yaudah, mamak pulanglah dulu.

Biar ayah Dara yang jaga.

Sekalian tu mamak telpon si Tiara.

Abes nangis dia tadi.

IBU DARA

 Nangis kenapa?

DARA

Biasalah, sama si Ronny tu!

IBU DARA

 (mengernyit)

 Diapain dia sama si Ronny?

DARA

Mamak tanyak ajalah sama dia sendiri.

IBU DARA

Oh, yaudah. Kalau kek gitu mamak pulang dululah, ya?

Jagain ayah, ya.

DARA

 Iya, mak. Hati-hati, ya.

Dara bangkit. Ia membantu ibunya membawakan tas dan mengantar ibunya sampai ke depan pintu ruang inap. Dara mencium tangan ibunya.

IBU DARA

 Assalamu’alaikum.

DARA

 Wa’alaikumsalam.

Ibu Dara pergi. Dara menutu pintu dan hendak kembali duduk di sofa.

AYAH DARA

Dar...

(suaranya memelas)

Dara menoleh ke arah ranjang, ia berjalan mendekat.

DARA

 Eh, ayah udah bangun. Kenapa, yah?

AYAH DARA

Minum.

DARA

Oh, iya.

Dara membantu membenarkan bantal supaya lebih tegak, kemudian membantu ayahnya bersandar. Dara mengambil botol minum air mineral. Dara menuangkannya ke gelas. Ia memberikan air itu kepada ayahnya.

DARA

Ni, yah! Pelan-pelan minumnya.

Ayah Dara meminumnya.

CUT TO :

13.   EXT. LORONG RUMAH SAKIT – CONTINUOUS

Ibu dara menutup pintu ruangan. Ia berjalan menyusuri Lorong rumah sakit. Kepalanya celingak-celinguk.

IBU DARA

          Mana anak itu. Kutelpon ajalah dulu.

 

Ibu Dara merogoh tasnya. Tiara datang menghampiri. Yuna menyapa dengan cara mengagetkan ibunya Dara.

TIARA

 Mak!

 

IBU DARA

   (kaget)

   Astaghfirulallahalaziiim!!

 Alamak jang, anak ini!

Ibu Dara menepuk pundak Tiara. Mengurut dadanya.

IBU DARA

Ih, kau ya! Copot jantung aku!

 

TIARA

Kaget mamak rupanya?!

 

IBU DARA

 Menurut kau?!

 

TIARA

    Maaf ya mak kalau kekgitu.

Tiara mencium tangan Ibunya.

IBU DARA

          

 Yaudah kumaafin. Trus kau dari mana?

 

TIARA

Dari taman tadi aku.

IBU DARA

Kau nangis, ya?

Ibu Dara memperhatikan wajah mata Tiara yang sembab.

Tiara

Mana Ada! Nggak ada aku nangis.

Tiara mengelap-ngelap wajahnya.

IBU DARA

Kakak kau bilang kau nangis.

Diapain kau sama Si Ronny?

Tiara terdiam, ia membuka mulutnya ingin berbicara.

IBU DARA (CONT’D)

Udahlah, kau nggak usah deket-deket lagi sama dia.

Udah putus kelen, kan?

Biar kakak kau aja. Emang jatah dianya tu.

Tiara mengangguk.

IBU DARA (CONT’D)

          Yaudah kalau kek gitu. Lupain aja dia.

TIARA

 Mak, tapi kenapa harus...

IBU DARA

Ah, udahlah yok!

Mau pulang nggak?

Mamak mau pulang ni.

Tiara mengangguk, ia putus asa. Matanya berkaca-kaca.

IBU DARA

Ini tas kau.

Tiara mengambil tas yang ada pada ibunya. Ia memakainya. Tiara dan Ibu Dara pergi meninggalkan Lorong.

CUT TO :

14.   INT. RUANG INAP - DAY

Dara meletakkan gelas yang diberikan ayahnya di atas meja. Ia melangkah menuju sofa.

AYAH DARA

 Dar...

Dara menoleh, ia menghentikan langkah dan kembali ke ayahnya.

DARA

 Kenapa, yah? Mau minum lagi?

Ayah Dara menggeleng. Ia mengambil tangan Dara dan menggenggamnya.

AYAH DARA

Maafin ayah, ya.

DARA

Kenapa ayah minta maaf?

AYAH DARA

(menghela napas)

Ayah sekarang jadi beban untuk semua orang.

Untuk mamak kau, untuk kau, sama adek kau.

DARA

  Eh, ayah kok ngomong kekgitu?

 (menggeleng)

Nggak, nggak! Nggak ada beban-beban.

Kita kan keluarga, nggak mungkinlah beban.

Yang namanya udah sakit, kan dikasih Allah.

Bukan kita yang mau.

AYAH DARA

Maksud ayah, kalau ayah nggak sakit, kau nggak harus kekgini.

Deket-deket sama si Ronny cuma karena mamak bilang dia udah baik sama kita.

Kau nggak perlu musuhan sama adek kau.

Kalau ayah sehat, udah ayah tonjok dia,

kenapa berani main-mainin anak perempuan orang kek gitu.

Dulu kau disakitin trus dia pacaran sama adek kau.

Sekarang adek kau diputusin trus kau yang didekatinya lagi.

Dimana otak dia coba?!

(menghela napas)

Ayah mau bilang ke mamak sebenarnya.

Tapi taulah mamak kau kekmana.

DARA

Udah-udah lah, yah. Ayah jangan marah-marah!

Pingsan lagi nanti.

(terkekeh)

Ayah Dara tersenyum.

AYAH DARA

   Bercanda aja anak, nih.

DARA

Yah, Dara mau bilang sesuatu, boleh?

AYAH DARA

Boleh, bilanglah.

DARA

Dara... mau ikut beasiswa dan kuliah ke Jakarta.

DARA

 Oh ya? Baguslah.

Dara menuju sofa. Ia merogoh tasnya. Ia mengambil selebaran di tasnya. KETUKAN PINTU TERDENGAR. Ayah dan Dara menoleh ke arah pintu.

AYAH DARA

Cak kau buka bentar!

DARA

  Iya.

Dara meletakkan selebaran beasiswa di atas meja dan melangkah ke arah pintu, ia membuka pintu. Ronny masuk. Wajah Dara tampak kaget. Mereka saling menatap tajam untuk beberapa detik.

RONNY

Boleh abang masuk?

DARA

Masuklah.

Ronny masuk melangkah masuk. Dara menutup pintu. Suasana menjadi hening.

RONNY

 Om, gimana sekarang?

AYAH DARA

 Udah enakan.

Ronny mengangguk. Ronny melangkah ke sofa. Ia merebahkan diri disana. Ia melihat selebaran tersebut. Ronny membacanya.

RONNY

Punya siapa, nih? Serius adek mau ke Jakarta.

 Tapi mamak adek nggak kasih, kan?

Dara menarik selebaran yang ada di tangan Ronny.

DARA

  Bukan urusan kau, ya!

Dara menuju sisi ranjang ayahnya. Ronny beranjak bangun. Ia melihat Ayah Dara menatapnya tajam hingga akhirnya Ronny mengurungkan niatnya. Ronny kembali duduk. Ia diam sejenak. Lalu bangkit lagi.

RONNY

    Yaudahlah, ya om. Ronny balik dulu.

 Kalau ada apa-apa nanti suruh Dara aja yang hubungi Ronny.

Dara menatap kesal Ronny.

DARA

Ogah!

AYAH DARA

 Yaudah, pulanglah kau sana.

Hati-hati, ya.

RONNY

Iya, om. Besok Ronny jemput.

Ronny menatap Dara.

AYAH DARA

 Kok tau kau om bisa pulang besok?

RONNY

 Dikasih tahu sama tante tadi.

AYAH DARA

 Ooo..

Ronny keluar dari ruang inap.

CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar