Rentang Kisah Paling Dalam
2. 2, PULANG KAMPUNG, scene 5-7

 

5.  EXT. JALAN DEKAT AREAL PERKEBUNAN – SIANG

PEMAIN: AJIDARMA ( 25 TAHUN) 

Ajidarma berjalan sambil membetulkan letak ransel, kemudian ia memperhatikan pohon-pohon tembakau yang tumbuh dengan suburnya. Tampak daun-daun itu bergoyang tertiup angin. Ajidarma menghirup wangi tembakau.

 

CUT TO

 

6.  EXT. DEPAN RUMAH SEMI PERMANEN – SIANG

PEMAIN: AJIDARMA ( 25 TAHUN), LARASATI (45 TAHUN) 

Ajidarma tiba di rumah. Ajidarma memberisalam. Ibu keluar dari dalam rumah.

 

AJIDARMA

Assalamualaikum…

 

Larasati keluar dari dalam dan menyambut kedatangan Ajidarma.

 

LARASAI

Waalaikumsallam…

Kamu udah sampai?

 

Ajidarma menyalami Larasati

 

AJIDARMA

Sudah, Bu.

 

Ajidarma kemudian duduk di kursi kayu yang terletak di teras depan. Ajidarma membuka sepatunya dan meletakkan di samping kursi.

  

LARASATI

Istirahatlah dulu, Ji.

Ibu buatkan teh dan cemilan.

 

Larasati kemudian berlalu ke dapur. Ajidarma bangkit dari tempat duduk dan menuju halaman belakang.

 

CUT TO

 

7.  EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH – SIANG

PEMAIN: AJIDARMA ( 25 TAHUN), LARASATI, AYU (18 TAHUN), SALVINIA (20 TAHUN) 

Ajidarma memperhatikan perkebunan tembakau dan bangsal-bangsal yang masih berdiri kokoh di sana. Kemudian Larasati datang.

 

LARASATI

Kamu melamun lagi?

Ini teh melati buatan ibu. Minumlah.

Kamu kan lelah setelah perjalanan jauh.

 

Larasati meletakan cangkir di atas meja kecil.

 

AJIDARMA

Aku hanya membayangkan kejadian berpuluh tahun lalu, Bu. Bagaimana desa ini dulunya dan cerita apa yang tersimpan tempo dulu?

 

 

Larasati menarik nafas dengan berat dan menghembuskannya perlahan. Pandangannya juga ke arah perkebunan.

 

LARASATI

Untuk apa kamu mengungkit cerita itu, Ji?

Tidak ada untungnya. Yang ada malah kamu nanti yang disalahkan warga. Warga disini sudah cukup menderita atas kejadian masa lalu

dan biarkan mereka melupakan kejadian itu.

 

Larasati mengangkat pakaian yang sudah kering. Kemudian duduk di samping Ajidarma.

 

AJIDARMA

Aji cuma ingin tahu aja, Bu. Aji mau menggali cerita tentang perkebunan tembakau ini. Akhir-akhir ini Aji tertarik dengan cerita masa lalu, untuk bahan tulisan.

 

 LARASATI

Sudahlah… kamu tidak perlu tahu cerita itu. Ibu sudah cukup tenang dengan keadaan seperti ini.

 

Larasati masuk sebentar ke dalam rumah. Ajidarma terpaku sambil memperhatikan areal perkebunan.

 

O.S AJIDARMA

Perkebunan ini punya sejarah. Sejarah yang tak pernah kami lupakan. Kakek dan nenekku ternyata pernah menjadi kuli di perkebunan itu. Mereka dari pulau Jawa dan diiming-iming gaji yang besar. Nyatanya mereka malah terperangkap di desa ini dan tak bisa kembali ke Jawa. Nenekku pernah mengalami pelecehan seks oleh laki-laki berkulit putih dan menjadi gundik seorang serdadu sebelum menikah dengan kakekku. Tapi hanya berlangsung dua tahun dan tidak memiliki anak. Laki-laki kulit putih itu meninggalkan nenekku begitu saja karena ia pulang ke negaranya.

 

Larasati keluar dari rumah dan kembali menemui Ajidarma.

 

LARASATI

Apa yang kamu lamunkan? Kejadian itu sudah berlalu.

(sambil duduk di samping Ajidarma)

Andai saja kejadian itu tidak pernah terjadi, mungkin kakekmu juga masih hidup. Untung saja ibu dan ayahmu selamat. Ibu sangat ketakutan waktu itu. Umur ibu baru 7 tahun. Ada seorang pribumi yang menjadi antek-antek Belanda. Dia membunuh anak-anak tak berdosa dengan memotong lehernya. Sadis, Ji. Ibu bersembunyi ketakutan. Nenekmu juga bersembunyi di perkebunan tembakau. Dia diselamatkan Nek Melur.

 

AJIDARMA

Nek Melur? Siapa nek Melur?

 

LARASATI

Nenek yang dudlu kamu takuti karena cerewetnya.

Nek Melur dulu gundik kapten Belanda.

 

 AJIDARMA

Masih hidup? Kenapa ibu tidak pernah cerita selama ini?

 

LARASATI

Untuk apa? Mengungkit masa lalu yang kelam? Tidak, Ji. Itu terlalu menyakitkan. Sudahlah ibu mau masak untuk makan malam.

 

Larasati bangkit dari tempat duduknya dan menuju dapur.

 

Ajidarma meneguk teh buatan Larasati dan kembali memperhatikan hamparan tembakau di kejauhan sana. Tiba-tiba seseorang menyapanya.

 

INTER CUT

AYU

Mas Aji… baru nyampek?

 

Ayu menyalami Ajidarma. Ajidarma melihat teman Ayu dengan terpukau. Kemudian Ajidarma menarik tangan Ayu dan mendekatkan bibirnya ke telinga Ayu.

 AJIDARMA

Siapa temanmu itu?

(berbisik)

 

Ayu menarik tangannya dan dengan polos memperkenalkan Ajidarma. Ajidarma tampak malu dan grogi.

AYU

Salvinia, mas Aji mau kenalan.

 

 

Ajidarma semakin salah tingkah. Salvinia yang duduk di pojokan terlihat malu-malu. Wajahnya tampak memerah dadu ketika Ajidarma menatapnya. Wajahnya cantik. Kulitnya putih bersih dan bibirnya merah. Salvinia bangkit setelah Ayu mengamit lengannya dan menghampiri Ajidarma.

 

SALVINIA

Salvinia.

(sambil mengulurkan tangan.)

 

Ajidarma mengulurkan tangan dengan gerogi.

 

AJIDARMA

Ajidarma. Udah semester berapa?

( basa-basi.)

 

SALVINIA

Semester akhir, Mas.

(sambil mengulas senyum yang manis.)

C.U seyuman

 

AJIDARMA

Tinggal dimana?

 

SALBINIA

Di desa sebelah. Tapi saya ngekost dekat kampus, Mas.

Kalau dari rumah ke kampus sangat jauh. Enggak keburu.

 

AJIDARMA

Oh…

(manggut-manggut.)

 

AYU

Dulu kakeknya tinggal di desa ini.

Zaman kolonial Belanda.

 

AJIDARMA

Ohhh… Berarti tahu sejarah desa ini?

(antusias)

  

AYU

Tanya aja kakeknya.

 

Salvinia diam dan memperhatikan mereka sambil mengumbar senyum tipis.

 

 AJIDARMA

Kakeknya di mana?

 

AYU

(kesal)

Di kuburan!

 

Ayu kembali menimpali sambil mencibirkan bibirnya.

 

AYU

Nanyak kok kayak polisi, Mas.

 

Salvinia hanya tertawa kecil. Ajidarma pun terkekeh keci.

 

AYU

Kenapa nyari kakeknya?

 

AJIDARMA

Mas mau bikin tulisan, novel tepatnya.

Tentang sejarah desa ini.

 

AYU

Tanya mbah google aja. Gitu aja kok repot.

 

Ajidarma memerotkan bibir ke kanan menyatakan apes kalau ngobrol sama Ayu. Tak banyak yang kami obrolkan, setelah itu mereka pamit kembali ke kampus.

 

SALVINIA

Saya pamit dulu, Mas. Mau ke kampus.

 

 Salvinia bangkit dari tempat duduknya.

  

AJIDARMA

Oh, ii iya… Besok main kesini lagi ya.

 

SALVINIA

Insyaallah, Mas. Saya pamit dulu, Mas..

 

Salvinia berlalu dan melambaikan tangan.

 

AYU

Nanti malam jangan kemana-mana, Mas.

Ayu mau masak buat mas Aji.

 

Ajidarma mengangguk dan memperhatikan kepergian mereka. Hatinya terasa raib.

 

CUT TO

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
hahahaha
3 tahun 2 bulan lalu
ninggalin jejak. biar tahu kalau yg ini udah dibaca ... hehehehe
3 tahun 2 bulan lalu