Penyulam Harapan
9. Babak 9 (Scene 46-50)

46. INT – RESTORAN PUJI - RUANG KERJA PUJI – PRESENT

 

Kita melihat Puji memalingkan wajah dari tatapan Bimo. Satu tangan Puji menutup mulut. Matanya berkaca-kaca, makanya dia tidak bisa balik menatap Bimo. Puji tidak suka terlihat lemah.

 

BIMO
Kamu enggak ingat semua itu, Puj?
Bagaimana kita dulu melewati semua kegetiran itu?
 
PUJI
(Tertawa sinis, dia mengucek mata untuk menghapus air mata yang hampir menetes)
Aku yang mestinya bertanya seperti itu, apa kamu enggak ingat? Sampai hati kamu main kasar sama aku, sama Nana.

 

Puji menegakkan punggung, dia kesal dan marah setiap kali teringat pertengkaran besar yang terjadi terakhir kali antara dia dan Bimo.

 

PUJI (CONT’D)
Lalu kamu dengan gampangnya keluar dari rumah tanpa bilang apa-apa.
Sikapmu itu seolah ….
 
BIMO
Seolah apa?
 
PUJI
Seolah aku ini sudah enggak berharga dan aku merasa enggak dicintai lagi.
Lalu bisa-bisanya kamu menuduh aku punya orang lain. Heh, mestinya aku yang mengatakan tuduhan itu lebih dulu.
 
BIMO
Aku enggak pernah satu kali pun berkata, kamu dan anak-anak tidak berharga.
 
PUJI
Memang enggak pernah bilang apa-apa soal perasaanmu sekarang, tapi caramu bersikap yang mengatakannya dengan jelas.
 
BIMO
Kamu salah paham, Puj.

 

PUJI
Hah, aku?
(Puji menunjuk dadanya sendiri)

 

Puji berdiri, lalu menunjuk pintu keluar dengan tangan kanan. Bimo membuka mulut mau bicara, tapi tidak jadi.

 

Bimo pun berdiri, dia mengalah. Dia berjalan menuju pintu ruang kerja Puji.

 

BIMO
Sampai kapan pun, aku enggak akan rela berpisah dari kalian. Ingat itu, Puj.

 

Puji menelengkan kepala, menunjuk pintu keluar lagi. Bimo pun berlalu.

DISSOLVE TO:

 

 

47.  INT – RESTORAN PUJI - RUANG UTAMA RESTORAN PUJI – SIANG

 

Nana menahan napas ketika Bimo keluar dari ruangan Puji. Nana membuka mulut, ingin menyapa, tapi dia takut. Nana melirik sekilas pada pintu ruang kerja mamanya, tidak ada tanda-tanda Puji akan keluar. Nana akhirnya tersenyum kecil.

 

Bimo membalas senyum Nana, lalu berjalan mendekati putrinya. Tanpa mengatakan apa-apa, Bimo memeluk Nana yang tengah duduk di kursi kasir. Bimo mengusap-usap punggung Nana.

 

Nana merindukan pelukan itu, pelukan papanya yang sejak kecil selalu menenangkan. Nana menangis. Dia memeluk pinggang Bimo kuat-kuat.

 

CUT TO:

 

48.  EXT – SEKOLAH NANA SD - DEPAN SEKOLAH NANA - SIANG (FLASHBACK)

 

Kita melihat anak-anak kecil berseragam SD keluar dari gerbang sekolah. Bimo yang tadinya setengah bersandar di jok motor, buru-buru menegakkan badan lalu celingak-celinguk mencari keberadaan Nana.

 

Dari arah berlawanan, Nana tersenyum lebar ketika melihat sang papa menjemput. Dia berlari menghampiri Bimo sambil merentangkan kedua tangan. Keduanya berpelukan.

 

NANA
Papah, aku tadi dapat nilai 100 dua kali.
 
BIMO
(Mengusap puncak kepala Nana)
Pinter anak papah, sekarang ayok pulang. Mendung, takutnya nanti hujan.
 
NANA
(Mengangguk, lalu dia melihat tas kresek besar menggantung di motor)
Papah, apa itu, Pah?
 
BIMO
Tas yang Nana pengen kemarin itu.
(Tersenyum lebar, lalu mencubit hidung Nana)

 

Nana berbinar-binar senang, buru-buru menyentuh tas kresek dan berusaha mengintip isinya. Lalu dia balik menatap Bimo.

 

NANA
Tas yang warna biru, Pah? Nana boleh lihat sekarang nggak?
 
BIMO
Nanti aja di rumah, kan mau hujan ini.
 
NANA
Oh iya, ayok, Pah. Nana enggak sabar.

 

Bimo naik ke motor, Nana membonceng di belakang. Nana berpegangan kuat-kuat di kaus papanya. Sepanjang jalan, Nana menempelkan kepalanya di punggung Bimo. Nana senyum-senyum sendiri, senang karena dibelikan tas baru yang diinginkannya.

 

NANA
Nana sayang Papah.
(Dia berbisik, lalu memejam)

 

DISSOLVE TO:

 

 

49.  INT - RUMAH KONTRAKAN PUJI – RUANG TENGAH – SIANG (FLASHBACK)

 

Kita melihat Puji berlari hendak membukakan pintu untuk Bimo dan Nana. Puji mengenakan celemek warna pink pudar, rambutnya sedikit berantakan karena memasak pesanan dalam jumlah banyak sejak pagi.

 

PUJI
Syukurlah, kalian sudah sampai. Mendungnya gelap, takut kehujanan di jalan.
 
BIMO
Iya, tadi juga aku buru-buru pulang takut hujan. Kenapa pintunya dikunci, Vino lagi main, ya?
(Bimo celingukan mencari Vino, tetapi tidak ada)

 

PUJI
Vino tidur, takutnya dia bangun lalu keluar rumah. Makanya, lebih baik pintunya kukunci.
(Puji melihat Nana yang membawa sesuatu, anak itu terus tersenyum sendiri)
 
NANA
Mamah, papah punya tas baru buat Nana. Yeaay.
(Nana berlari masuk sambil mendekap kresek hitam berisi tas)

 

Puji berbalik menatap Bimo. Dia berkerut dahi.

 

PUJI
Mas enggak bilang punya uang untuk membelikan Nana tas baru.
(Puji protes sambil menutup pintu)
 
BIMO
Rencananya uang itu mau aku pakai untuk servis motor. Tapi aku enggak tega lihat tas lama Nana sudah kusam dan warnanya pudar, kemarin ketika dia ikut ke pasar, Nana bilang pengen tas baru. Ya sudah, servis motornya nanti kalau ada uang lebihan lagi.

 

Puji tersenyum kecil, tidak mengatakan apa-apa. Tanpa Puji dan Bimo sadari, Nana mendengarkan pembicaraan mereka. Dia menunduk memandangi tas itu lalu bersembunyi di belakang tembok kamarnya, keceriaan Nana hilang.

 

DISSOLVE TO:

 

5O.  INT - WARUNG MAKAN KECIL MILIK PUJI – SORE (FLASHBACK)

 

Tampak beberapa tempat lauk yang isinya kosong. Puji tengah duduk menghitung hasil keuntungan yang didapat hari itu. Bimo berdiri tak jauh dari Puji sambil membersihkan meja-meja yang kotor.

 

Bimo mengangkat gelas dan piring ke tempat pencucian piring di belakang warung, lalu dia kembali ke depan menghampiri Puji. Vino yang masih kecil, tengah bermain mobil-mobilan di lantai beralaskan tikar motif binatang.

 

BIMO
Kenapa, Puj? Kok mukanya enggak senang begitu?
(Bimo menyentuh pundak Puji)

 

Puji menoleh sekilas, tersenyum pada Bimo. Puji menggeleng. Bimo bingung dengan sikap Puji yang aneh, dia berkerut kening karena tengah berpikir.

 

PUJI
Enggak apa-apa kok, Mas. Ini kelebihan uangnya masih belum cukup untuk membayar uang sekolah Nana. Dia sebentar lagi kan mau ada study tour SD. Kan enggak mungkin juga kita membiarkan Nana pergi sendiri tanpa pendampingan. Paling enggak, Mas harus ikut biar Nana enggak bingung sendiri nanti pas kegiatan. Apalagi, aku lihat banyak orang tua yang mendaftar untuk satu keluarga.

 

BIMO
Kapan memangnya terakhir pendaftaran dan pembayarannya, Puj?
 
PUJI
Tiga hari lagi, Mas. Tapi warung lagi sepi, ini juga aku masaknya kan lebih sedikit, karena kemarin beberapa kali lauknya enggak habis.
 
BIMO
Nanti aku usahakan ada uangnya, bilang saja nitip uang dulu ke wali kelasnya Nana.
 
PUJI
Bilang gimana, Mas?

 

BIMO
Bilang kalau kita mndaftar untuk satu keluarga, tapi nitip dulu seadanya. Kita semua harus berangkat, termasuk kamu dan Vino. Kapan lagi kita rekreasi keluarga, kayak dulu pas Nana masih TK.
 
PUJI
Tapi, Mas …

 

BIMO
Sudah, percaya aja sama aku.

 

Bimo langsung pergi menghampiri Vino yang tengah menarik-narik ban mobil mainannya. Bimo mengambil mobil itu, lalu membuat gerakan kepala menggeleng, pertanda Vino tidak boleh merusak mainan.

 

BIMO
(Menggerakkan mobil mainan Vino)
Begini mainnya, Vin. Jangan ditarik-tarik, nanti lepas terus rusak mainnya.

 

Puji tersenyum kecil, memandangi Bimo dan Vino yang tengah bermain.

 

DISSOLVE TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar