Penyulam Harapan
3. Babak 3 (Scene 11-15)

11. INT – PENGADILAN NEGERI AGAMA - RUANG SIDANG PENGADILAN NEGERI AGAMA - SIANG

Hakim ketua membaca sekilas kertas di hadapannya lalu kembali memandang Puji. Kita melihat panitera yang baru selesai menulis catatan di kertas. Lalu hakim ketua menoleh pada Bimo.

 

HAKIM KETUA
Bapak Bimo selaku tergugat. Saya ingin menanyakan apakah ada poin yang dirasa memberatkan atau dirasa tidak benar dari apa yang ditulis oleh Ibu Puji?
 
BIMO
(Mengangguk satu kali)
Ada, Pak Hakim.
 
HAKIM KETUA
Silakan dikatakan, Pak Bimo.

 

BIMO
Istri saya menyatakan bahwa kami tidak lagi cocok. Juga kami tidak lagi saling mencintai. Itu tidak benar, Pak.
 
HAKIM KETUA
Dengan kata lain, Anda menyatakan bahwa Anda masih mencintai istri Anda, Ibu Puji.

 

BIMO
Masih, Pak.
(Bimo mengangguk)

 

Puji menggigit bibirnya sendiri, geram dengan sikap Bimo. Hakim ketua berpaling pada Puji.

 

HAKIM KETUA
Ibu Puji, apakah pernyataan Anda sungguh-sungguh? Apakah Anda yakin sudah tidak mencintai Pak Bimo dan tidak ingin lagi melanjutkan pernikahan kalian?
 
PUJI
Saya yakin, Pak Hakim.

 

HAKIM KETUA
(Sekilas memandang Bimo)
Tetapi Pak Bimo menyatakan sebaliknya, bahwa dia masih mau melanjutkan pernikahan kalian. Bukan begitu, Pak Bimo?
 
BIMO
Benar, Pak.
 
HAKIM KETUA
(Menoleh ke samping pada panitera, keduanya saling mengangguk pelan)
Agenda mediasi hari ini saya tutup. Sidang selanjutnya akan diadakan minggu depan, di hari dan jam yang sama.

 

Puji seketika berdiri, membuka mulut hendak mengatakan sesuatu. Akan tetapi, hakim ketua telanjur mengetok palu tanda sidang ditutup. Puji menggerutukan gigi, berbalik menatap Bimo tajam penuh amarah.

 

CUT TO:

 

12. EXT - TEPI JALAN DEKAT KAMPUS TERNAMA – DEPAN SEBUAH GEDUNG KAMPUS - SIANG (FLASHBACK)

 

Kita melihat beberapa MAHASISWA berbaris tiga lajur, mereka mengenakan seragam biru tua. Mahasiswa-mahasiswi tengah berlari-lari kecil sambil bernyanyi yel-yel lalu masuk ke sebuah kampus. NANA kecil (6), Puji, dan Bimo berdiri di depan gerbang melihat para mahasiswa yang berlari-lari itu. Ada beberapa keluarga lain di dekat mereka, karena Nana dan keluarganya tengah mengikuti acara study tour taman kanak-kanak yang bertujuan untuk pengenalan profesi.

 

NANA
(Menunjuk ke arah para mahasiswa)
Mama, mereka itu siapa?
 
PUJI
(Mendekatkan wajahnya ke telinga Nana yang tengah digendong Bimo)
Mereka itu anak-anak yang sekolah, tapi dibiayai oleh perusahaan minyak. Jadi, nanti kalau mereka sudah lulus langsung bisa kerja di tempat orang yang membiayai mereka.

 

NANA
(Menoleh pada Puji, lalu pada Bimo)
Nana bingung.

 

BIMO
(Tertawa kecil)
Kenapa bingung, Nak? Mereka itu anak-anak pintar, tahu tidak kalau dibiayai artinya orang tua mereka tidak perlu membayar sekolah. Sekolah di perminyakan itu mahal sekali.
 
NANA
Gitu, Mah?

 

Nana menoleh pada Puji. Puji mengangguk sambil tersenyum.

 

NANA
Kalau gitu, Nana nanti pengen sekolah perminyakan juga. Biar bisa kayak mereka. Boleh kan, Mah?
 
PUJI
(Mengusap puncak kepala Nana)
Boleh dong, Sayang. Tapi Nana harus sekolah yang rajin dan pintar. Karena untuk daftar ke sekolah perminyakan itu nilai-nilai sekolahnya harus bagus.

 

Nana mengangguk, tanda dia mengerti. Lalu Nana menoleh lagi, memandang kagum pada gedung kampus di depannya.

 

DISSOLVE TO:

 

13. INT. KAMAR BIMO DAN PUJI. MALAM (FLASHBACK)

 

Kita melihat VINO yang masih bayi (1) tidur pulas di kasur. Puji dan Bimo duduk di dekat Vino. Puji memegang BPKB motor satu-satunya yang mereka miliki.

 

PUJI
Kita jual saja bagaimana?
(mengusap-usap lalu membolak-balik BPKB motor di tangan)
 
BIMO
Jangan, Puj. Nanti kita ke mana-mana naik apa? Kita perlu motor untuk belanja ke pasar, juga mengantar Nana ke sekolah.
 

PUJI

Tapi kita hampir kehabisan modal, Mas. Warung makan sedang sepi, belum lagi kita harus membayar semua kebutuhan, kontrakan, juga Nana yang sebentar lagi masuk SD. Aku ingin dia masuk ke sekolah yang bagus.

 

BIMO
Iya, aku paham. Nanti aku cari jalan keluarnya, ya.

 

PUJI
(Mengangguk pelan sambil masih menunduk)
Bagaimana kalau kamu pinjam sama ayah, Mas?
 
BIMO
(Menghela napas dalam)
Kamu kan tahu, Puj. Aku sudah janji enggak mau merepotkan ayah dan ibuku lagi. Aku malu, karena semestinya aku bertanggung jawab penuh sama kamu juga anak-anak.

 

PUJI
Iya, aku ngerti.
(Puji menunduk, merasa bersalah)
Maaf, ya, Mas.

 

Bimo menggeser duduknya mendekat, lalu memeluk Puji.

 

Mereka saling diam tidak menyadari keberadaan Nana yang berdiri di balik pintu kamar yang setengah terbuka.

 

BIMO
Aku juga minta maaf. Aku janji akan segera menemukan jalan keluar. Kamu doakan aku ya.

 

Nana tidak jadi masuk ke kamar orang tuanya. Dia berbalik, lalu kembali ke kamar.

 

DISSOLVE TO:

 

14. INT - KAMAR PUJI – KAMAR KONTRAKAN DULU - SORE (FLASHBACK)

 

Bimo masuk ke kamar, duduk lalu melepas tas selempangnya. Bimo membuka risleting tas selempang kecil di atas kasur. Puji yang tengah menggendong Vino segera duduk sambil melihat isi tas itu, isinya uang.

 

Puji seketika mendongak, alisnya bertaut.

 

PUJI
Ini uang apa, Mas?
 
BIMO
Ini aku dapat pinjaman dari kawan lama. Dia ….

 

Nana berlari masuk, karena pintu kamar terbuka. Puji dan Bimo terkejut melihat Nana, tetapi kemudian Bimo menyambut putrinya dengan merentangkan kedua tangan.

 

Nana berhambur ke pelukan Bimo.

 

BIMO
Sayang belum tidur?
(Memangku Nana)
 

Puji buru-buru menutup tas selempang, lalu berdiri. Puji memasukkan tas itu ke lemari pakaian.

 

NANA
Nana mau tidur sama Papah sama Mamah, boleh?
 
BIMO
(Menoleh pada Puji)
Kenapa Nana mau tidur sama Mamah sama papah? Kan Nana sudah besar?
 
NANA
Biar aja, masa yang tidur sama Mamah, sama Papah cuma Vino.
Itu enggak adil.
(Nana cemberut)

 

PUJI
Ya, sudah, tapi Nana tidurnya jangan banyak gerak. Nanti adik Vino ketimpa kaki Nana bagaimana?
 
NANA
Asik, boleh tidur sama Mamah Papah lagi.
(Nana memeluk Bimo erat-erat)

 

DISSOLVE TO:

 

5. EXT - PASAR TRADISIONAL – SIANG  (FLASHBACK)

 

Kita melihat Bimo memegang kantong sayur belanjaan untuk warung makannya. Satu tangannya menggandeng Nana. Nana tiba-tiba berhenti ketika melihat toko peralatan sekolah, dia memandangi tas baru yang dipajang toko itu.

 

BIMO
(Berjongkok, kemudian memandangi Nana dari samping)
Nana ingin beli apa?
 
NANA
(Menggeleng)
Enggak ada, Pah.

 

BIMO
(Tersenyum, sambil mengusap punggung Nana)
Nana mau beli apa? Bilang sama papah.
 
NANA
Emangnya boleh, Pah?

 

BIMO
(Mengangguk)
Boleh, khusus buat Nana. Kalau Nana mau sesuatu bilang saja sama mamah atau papah. Nana mau apa, Nak?
 
NANA
Tas sekolah Nana udah sobek sedikit, Pah.

 

BIMO
(Merogoh saku celananya, mengintip sedikit uangnya yang tinggal beberapa lembar pecahan kecil)
Ya sudah, kita tanya-tanya dulu sama mbaknya. Kalau uang papah kurang, besok minggu depan kita balik lagi untuk membeli tas yang Nana mau. Gimana? Oke?
 
NANA
(tersenyum senang, lalu mencium pipi papahnya)
Makasih, Pah.

 

Bimo menggandeng Nana lalu masuk ke toko peralatan sekolah.

 

BACK TO:

 


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar