Pemimpi, Janda, dan Laki-Laki Paruh Baya
5. #5

 

1.     EXT. HUTAN-SIANG

Terlihat tiga orang laki-laki sedang menebang pohon pinus dengan gergaji mesin.

2.     EXT. AREA BENDUNGAN-WARUNG GADIS-SIANG

Zen menyeduh kopi sembari melirik ke arah warung Maya. Ia melihat Maya duduk seorang diri. Zen kasihan.

CUT TO:

3.     EXT./INT. AREA BENDUNGAN-WARUNG JANDA-SORE

Zen datang ketika Maya sedang berkemas untuk pulang. Wajah Zen terlihat lelah sehabis bekerja di kebun. Ia langsung duduk.

ZEN

Oi!!!

Maya menoleh ke sumber suara. Ia tersenyum.

ZEN (CONT’D)

Es teh manisnya... DOUBLE!!!

MAYA

Siiiap, Tuan!

Tidak lama setelah itu, Maya membawakan segelas es teh manis untuk Zen. Ia duduk di seberang Zen.

MAYA (CONT’D)

Zen, sorry ya soal kemarin...

Zen memasang gestur, “nggak usah dipikirin, santai aja”.

ZEN

Ngomong-ngomong, ide kamu tempo hari boleh juga, May.

MAYA

Yang mana?

ZEN

Soal parkiran.

MAYA

Oh...

ZEN

Tapi! Sepertiga bagian belakang tetap aku mau nyoba berkebun. Nah, selebihnya baru dijadiin lahan parkir.

Maya mengangguk-angguk paham.

MAYA

Ide bagus juga.

ZEN

Besoklah kalau ketemu sama Bang Bobi aku coba sampaikan.

Yang jelas sekarang...

Zen meletakkan, dompet dan HP-nya di atas meja, lalu berdiri dari duduknya.

ZEN (CCONT’D)

Aku mau nyebur dulu. Gerah banget!!!

Zen berlari ke pinggir sungai seraya membuka kaosnya. Ia langsung melompat ke dalam sungai. Zen berenang.

ZEN (CONT’D)

(berteriak)

Kamu tahu, May? Hal-hal seperti ini yang aku rindukan waktu di sana. Tenang, hening... ditemani sautan kodok dan jangkrik.

Zen mengapung gaya punggung.

ZEN’S POV: Kehadiran bulan di tengah-tengah langit biru.

Zen mendekat ke salah satu rakit yang berlabuh di pinggir sungai. Ia duduk di pinggir rakit.

ZEN (CONT’D)

Aku selalu rindu kampung halaman. Masa-masa kecil yang bebas dari segala kemelut. Pikiran yang masih dipenuhi dengan kesenangan. Jiwa yang masih lugu dan belum tersentuh ambisi.

MAYA

(dari dalam warung)

Terus kenapa kamu baru pulang sekarang?

Zen tidak langsung menjawab. Ia terlihat menerawang ke masa lalu.

ZEN

Ada sesuatu, May.

MAYA

Kalau aku boleh tau, sesuatu kamu itu apa?

Lagi-lagi, Zen tidak langsung menjawab.

ZEN

Entahlah...

(beat)

Bagi sebagian orang, rumah adalah suatu tempat yang mereka panggil surga. Bagiku tidak.

Maya mendengarkannya dengan seksama.

MAYA

Karena orang tuamu?

ZEN

Tidak hanya itu, May!

MAYA

Lalu apa?

ZEN

Aku tidak punya tempat untuk mengadu, bercerita, berlari. BEREKSPRESI! Selama ini, aku berusaha menemukan rumahku sendiri.

FLASH BACK TO:

4.     INT. PANGGUNG

INSERT: Zen menari solo salsa diiringi musik mellow dengan sorotan lampu mengiringi setiap gerakannya. Setelah selesai, lampu ruangan menyala. Kita mengetahui Zen berada di sebuah panggung. Lalu terdengar suara tepuk tangan yang meriah. 

ZEN (CONT’D) (O.S)

Aku menemukannya ketika berada di atas panggung. Itu sebabnya, aku terus berusaha untuk membangun panggung itu semegah mungkin.

CUT BACK TO:

5.     EXT./INT. AREA BENDUNGAN-WARUNG MAYA

Zen bangkit dari duduknya, berjalan ke daratan. Ia mengusap wajah serta tubuhnya yang basah dengan kaos yang tadi ia kenakan dengan membelakangi Maya.

ZEN

Dan terkadang... sesuatu yang kita anggap rumah tidak menginginkan kita untuk berada di sana selamanya. Mereka hanya menyediakan tempat persinggahan. Setelah kita nyaman, kita disuruh pergi dengan paksa.

Maya masih mendengarkan Zen. Sedikit demi sedikit, ia mulai memahami kondisi Zen. Di saat yang sama, Maya menyadari bekas luka bakar yang cukup besar di sekitaran punggung bagian kiri dan bahu bagian belakang Zen.

Zen berbalik. Ia melempar senyum ke arah Maya seraya mengenakan kaosnya kembali. Di saat yang sama, Gina datang dengan seragam sekolahnya.

ZEN

Eh, Gina. Sore banget pulang sekolahnya?

GINA

(lesu)

Iya, minggu ini jadwal sekolah siang.

Gina langsung masuk ke dalam warung.

Zen mengikuti dari belakang. Ia memutar sebuah lagu mellow dari HP-nya.

Zen mendekati Maya, meraih tangannya, lalu mengajak Maya berdansa. Maya tertawa. Tawanya yang khas. Ia berusaha mengikuti gerakan Zen, walau pada akhirnya menjadi kacau.

Gina tersenyum-senyum menyaksikan mereka. Seketika mood-nya kembali.

Lagu berganti menjadi lagu up-beat, ternyata yang diputar Zen di HP-nya ialah sebuah medley.

Zen melepas tangannya dari Maya, menari bebas seorang diri.

Maya tertawa terbahak-bahak. Ia berusaha mengikuti, namun ia kewalahan, hingga akhirnya Maya menciptakan gerakannya sendiri. Mereka berdua menari sambil tertawa seperti dua orang gila.

Gina menyaksikan mereka dengan lesu. Ia tidak punya banyak energi untuk tertawa.

Seorang laki-laki paruh baya datang. Kita melihat ILAL di pintu warung.

ILAL

Wah, lagi asyik ternyata.

Zen dan Maya seketika berhenti menari. Tawa mereka pun terhenti. Keduanya salah tingkah.

Tiba-tiba... tawa Gina pecah di tengah-tengah keheningan mereka bertiga.

SESAAT KEMUDIAN

Di salah satu pendopo di pinggir sungai, Ilal duduk bersama istrinya yang bernama ERNA. Keduanya tersenyum melihat pemandangan sungai yang indah dan tenang di depan mata.

ERNA

Tenang sekali di sini, ya, Pak.

Ilal mengangguk. Wajahnya masih menunjukkan keterkaguman.

ERNA

Sejuk... damai... kenapa selama ini kita nggak tahu ya tempat ini, Pak?

ILAL

Aku dulu pernah mancing ke sini sih, Bu, cuma tempatnya belum seluas ini, belum ada warung, terus juga masih banyak pohon-pohon di sekitar sungai.

Ilal memandang ke sekitar sungai.

ILAL (CONT’D)

Aku mau coba ah, Bu!

ERNA

Sekarang? Nggak mau makan dulu?

Ilal langsung berdiri, lalu melakukan peregangan.

ILAL

Nanti aja. Abis berenang, biar segar, terus makan yang hangat-hangat. Uhhh... sedap pasti. Aku pesannya mie rebus, nggak apa-apa kan, Bu?

ERNA

Apa aja, Pak.

Ilal membuka kaos.

Erna meraih kaosnya, lalu melipatnya.

ERNA (CONT’D)

Hati-hati, Pak...

ILAL

Iya...

Ilal langsung mencebur.

Maya datang membawakan dua mangkuk mie rebus serta dua gelas air putih, lalu meletakkannya di atas meja.

Erna melirik penampilan Maya, namun ia tidak berkomentar apa-apa.

ERNA

Terima kasih.

(berteriak ke Ilal) Bapak mau sekalian pesan teh hangat?

ILAL

(berteriak)

Kopi aja, setengah gelas.

ERNA

(ke Maya)

Tambah kopi setengah sama teh manisnya satu, tapi nggak terlalu manis, ya.

ERNA (CONT’D)

Oh ya, di sini aman kan untuk berenang?

MAYA

Aman, Bu.

ERNA

Suami saya disarankan dokter untuk terapi air untuk tulang punggung.

MAYA

Bapaknya kenapa, Bu?

ERNA

Saraf kejepit.

MAYA

Oh, gitu. Aman sih, Bu di sini. Airnya nggak terlalu dangkal, juga nggak terlalu dalam.

ERNA

Oh ya udah kalau gitu, makasih ya.

Maya mengangguk.

Ilal masih berenang. Kali ini pakai gaya punggung. Ketika ia menggerakkan tangannya untuk mengatur daya apung, Ilal merasa kesakitan di bagian pinggulnya.

Ilal tidak kuat menahan rasa sakit. Ia berdiri. Kedalaman air sejajar dengan bahunya.

ERNA (O.S)

(berteriak)

Pelan-pelan dulu, Pak.

ILAL

(sambil memegang pinggangnya) Nyeri, Bu.

Ilal lanjut berenang, kali ini lebih hati-hati.

Maya datang membawakan teh manis dan kopi panas. Erna mengucapkan terima kasih. Di saat yang sama, Ilal datang, duduk, dan langsung menyeduh kopi panasnya.

Erna membalut tubuh Ilal dengan handuk.

ERNA

Kalau aja Rian ikut ke sini, dia pasti bakal suka!

Ilal tidak menjawab, hanya melirik Erna. Tatapannya cukup lama. Hanya dia yang tahu maksud dari tatapannya itu.

ANGLE LAIN:

Di dalam warung, Zen memperhatikan Ilal dan Erna.

6.     INT. RUMAH ILAL-RUANG MAKAN-MALAM

Ilal duduk di salah satu kursi di meja makan. Erna datang membawakan sup ayam dari arah dapur. Ilal terlihat bersemangat.

ILAL

Wah, kesukaan Bapak nih.

Erna duduk di seberang Ilal, ia tersenyum melihat reaksi suaminya. Kemudian, Erna mengambil tiga piring. Satu ia berikan kepad Ilal, satunya lagi untuknya, satunya lagi ia letakkan di kursi sebelahnya. Erna melirik jam dinding.

ERNA

Sudah setengah sembilan, Rian belum pulang juga, Pak.

Ilal melirik, lalu menyendok nasi.

ILAL

Ayo, Bu.

ERNA

Ibu nunggu Rian dulu, Bapak kalau mau duluan, silakan.

Ilal lanjut menyendok nasi. Erna terlihat gelisah.

ILAL

Udah, Bu. Makan dulu aja. Tadi Bintang nelfon Bapak, katanya Rian nginap di sana.

ERNA

Nginap di sana lagi, Pak? Kok dia nggak pernah ngabarin ibu ya?

Erna menyendok nasinya. Wajahnya menunjukkan kesedihan.

DISSOLVE TO:

7.     EXT. AREA BENDUNGAN-ALIRAN SUNGAI TIMUR-PAGI

Terlihat sebuah mobil truk di tengah-tengah sungai Timur dengan aliran air yang dangkal. Tiga pemuda mengambil bebatuan lalu melemparkannya ke dalam bak truk.

8.     EXT. AREA BENDUNGAN-LOKET-SIANG

Tiga orang pemuda sedang memberikan karcis kepada pengunjung-pengunjung yang mulai ramai berdatangan.

9.     EXT. AREA BENDUNGAN/MONTAGE

Aktifitas objek wisata dengan keramaian pengunjung dan kesibukan pengurusan serta pedagang di area bendungan.

10. EXT. KEBUN ZEN-SIANG

Zen dan Bayu berdiri di pinggir jalan menghadap kebun Zen. Kondisi kebun Zen berubah 180 derajat dari terakhir Bayu kunjungi.

BAYU

Parah... parah... baru seminggu ditinggal udah sejauh ini perubahannya.

ZEN

Makanya, kamu jangan remehin aku, Bay.

Bayu menangguk-angguk sambil bertepuk tangan.

BAYU

Terus gimana kabarmu? Sekarang, udah terlihat lebih semangat dan hidup dari terakhir kali kita ketemu.

Zen tertawa.

ZEN

Hm... jauh lebih baik.

Zen dan Bayu mengobrol sambil berjalan ke dalam kebun.

BAYU

Kamu jatuh cinta, ya?

Zen kaget.

ZEN

Lah, kok jadi jatuh cinta, sih?

BAYU

Ya... biasanya orang kalau tiba-tiba bahagia tanpa alasan itu, ya... kenapa lagi kalau bukan karena jatuh cinta?

Zen tertawa lagi.

ZEN

Hm... mungkin kamu benar. Aku jatuh cinta dengan tempat ini.

(beat)

Setelah sekian lama, hari-hariku terasa lebih lega aja, Bay. Pikiranku tentang angan-anganku sudah tidak begitu mengganggu. Aku merasa sudah menemukan rumahku kembali. Ya, walaupun bukan di RUMAH sendiri, tapi... di tempat ini, aku merasa ada yang berbeda. Nggak tahu kenapa.

Bayu tersenyum bahagia melihat kebahagiaan sahabatnya.

DISSOLVE TO:

11. EXT. AREA BENDUNGAN-LOKET-PAGI

Terlihat sebuah spanduk bertuliskan ‘OBJEK WISATA DITUTUP SENIN-JUMAT KARENA SEDANG DILAKUKAN PROYEK PENGEMBANGAN WISATA. SABTU-MINGGU TETAP BUKA’

12. EXT. AREA BENDUNGAN

Kita melihat sebuah excavator sedang menggali bebatuan dari sungai. Bebatuan itu ditumpuk di bibir bendungan agar mampu menahan air sungai melewati bendungan, sehingga pengerjaan perbaikan bendungan dapat dilakukan dengan leluasa. Sebagai gantinya, aliran air dari arah barat menuju timur dialirkan melalui pintu air sebelah bendungan yang dibuka lebih tinggi dari biasanya. 

13. EXT. AREA BENDUNGAN-AREA PARIT

Aliran air ke pemukiman warga melalui parit juga dihentikan. Terlihat parit yang kering. Kita melihat empat orang pekerja laki-laki memperlebar kondisi parit di sekitar bendungan.

14. EXT. AREA BENDUNGAN-WARUNG GADIS

Lima orang pekerja laki-laki sedang berisitirahat di warung Gadis yang letaknya paling dekat dengan bendungan. Kelimanya mengenakan seragam proyek.

Seorang dari pekerja tersebut bernama GALIH (28 tahun). Ia terlihat bermain mata dengan Gadis.

Galih dan para pekerja sedang berbincang-bincang dengan beberapa pemuda yang kebetulan sedang bersantai di sana.

Di samping Gadis, terlihat adik Gadis bernamaLATIF (8 tahun) sedang mengerjakan PR-nya.

15. EXT. ALIRAN SUNGAI ARAH TIMUR-SORE

Jauh dari bendungan, terlihat kerumunan warga di pinggiran sungai. Mereka sedang memasukkan air ke dalam berbagai macam ember dan galon untuk kebutuhan sehari-hari. Ada yang mengangkut dengan gerobak, sepeda motor, maupun mobil pick up.

Ibu-ibu mencuci pakaian. Anak-anak memanfaatkan momen tersebut untuk berenang di aliran sungai timur yang tidak biasanya sedalam itu.

DISSOLVE TO:

16. EXT. AREA BENDUNGAN-PAGI

Kita melihat beberapa pemuda sedang membersihkan area bendungan: jalan setapak, tepi sungai, sampah-sampah area bendungan dan sungai, serta membangun tempat sampah dari kayu.

17. EXT. AREA BENDUNGAN-SUNGAI UTARA

Andri dan beberapa pemuda membuat ayunan di atas sungai.

18. EXT. AREA BENDUNGAN-HUTAN PINUS

Beberapa pemuda membersihkan semak belukar.

Beberapa pemuda lainnya membuat meja dan kursi.

Di salah satu pohon pinus, dua orang pemuda membangun rumah pohon. 

19. EXT. AREA BENDUNGAN-BENDUNGAN

Kita melihat para pekerja proyek sedang bekerja. Satu di antaranya Galih.

20. EXT. AREA BENDUNGAN-PARKIRAN

Terlihat beberapa pekerja proyek sedang membangun toilet.

21. EXT. KEBUN ZEN

Zen dibantu oleh Bobi serta beberapa pemuda sedang meratakan tanah, ada yang menggunakan mesin, ada juga yang manual.

22. EXT./INT. AREA BENDUNGAN-WARUNG MAMA-SIANG

Para pemuda terlihat sedang beristirahat. Mama menyediakan minum dan makan.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar