Pemimpi, Janda, dan Laki-Laki Paruh Baya
3. #3

 

1.     INT./EXT. AREA BENDUNGAN-WARUNG JANDA-SIANG

Maya duduk di dalam warung. Wajahnya masih menahan emosi. Adiknya mengemas barang belanjaan, lalu memasukkannya ke dalam laci.

ANDRA

Udah aku bilang sama kakak, kalau ke pasar itu pakaiannya ya biasa aja.

Maya melirik tersinggung, tidak menyangka adiknya sendiri masih menyalahkannya atas kejadian tadi.

MAYA

Kamu serius ngomong kayak gitu?

ANDRA

Ya... serius. Lagian kenapa sih kakak harus pakai baju kayak gitu, dandan kayak gitu? Nggak salah kalau dia bilang—

MAYA

Bilang apa?

Andra tidak menjawab.

MAYA (CONT’D)

Bilang apa!? Janda? Lonte?

Andra tidak menjawab. Ia tidak menyangka reaksi Maya akan seperti itu.

MAYA (CONT’D)

Apa urusannya sama dia kalau kakak kamu ini penampilannya kayak gini?

ANDRA

Dulu sebelum kakak cerai, bahkan sebelum nikah pas masih jadi TKW, penampilan kakak biasa aja. Kenapa sekarang harus tiba-tiba berubah drastis kayak gini? Ya, wajarlah orang nomong yang nggak-nggak soal kakak. Lagian... tadi dia ngajak ngomong, kakaknya cuekin aja—

Maya berdiri dari duduknya. Emosinya semakin tersulut.

MAYA

Ooh... jadi kamu nyalahin saya?

ANDRA

Ya, nggak gitu juga.

MAYA

Eh! (menunjuk-nunjuk dada Andra) Kamu... kalau bukan karena saya, kamu nggak bakal bisa kuliah sampai sekarang. Kakak kamu yang dua lagi mana, saya tanya?

Andra lagi-lagi tidak bisa menjawab.

MAYA

Habis nikah, trus pindah rumah, padahal nggak jauh-jauh banget, mereka nggak pernah pulang, hubungi kamu, apalagi ngirimin duit buat sekolah kamu. Siapa yang masih peduli sama kamu!?

Andra diam, tidak berkutik.

Maya pun mulai kasihan. Ia berusaha meredakan emosinya.

MAYA (CONT’D)

Pokoknya mulai dari sekarang, kamu nggak usah urusin urusan pribadi saya. Kuliah aja yang benar!

Andra mengangguk, lalu pergi.

Di luar warung, ia papasan dengan Zen.

Zen masuk ke warung. Ia merasa datang di saat yang tidak tepat.

Zen bingung antara duduk atau pergi lagi.

Maya menoleh dan menangkap kebimbangan Zen.

ZEN

(gelagapan)

Aku... balik aja.

MAYA

Kamu mau makan apa minum?

Zen bingung, tidak tahu mau jawab apa.

SESAAT KEMUDIAN

Suasana berubah 180 derajat. Tidak ada sedikit pun ketegangan yang tersisa. Zen dan Maya tertawa terbahak-bahak.

Di atas meja, terlihat sepiring kosong bekas makan Zen dan setengah penuh cangkir kopi.

ZEN

Joroknya... minta ampun. Kalau makan dan nggak habis, plastik bekas makannya ditaruh di laci meja. Sampai berhari-hari! Kan bau! Mana nggak mau ngaku lagi pas ditanya guru.

Tawa Maya semakin keras.

MAYA

Malah lempar kesalahannya ke Intan. Terus Intannya... karena emang takut sama dia, ya ngaku, padahal dia nggak salah apa-apa.

ZEN

Nahhh!

(beat)

Gila emang si Anita ya. Dari dulu nggak berubah-berubah. Kelakuannya masih kayak gitu. Mulutnya itu loh... (geram) suka fitnah orang, ngomongin guru di belakang.

MAYA

Tapi yang herannya, orang masih pada mau temanan sama dia.

ZEN

Padahal teman-temannya itu... ya korban fitnahnya dia juga.

MAYA

Padahal dia pintar dan juara kelas, tapi kelakuannya itu loh...

Maya memasang muka jijik tanpa melanjutkan kata-katanya.

Tidak lama setelah itu, ia tersenyum seketika mengingat kembali masa-masa kecil. Maya dan Zen saling tatap, menyadari bahwa mereka telah salah menilai satu sama lain.

DISSOLVE TO:

2.     EXT. PERKEBUNAN-PAGI

Seorang petani laki-laki sedang menyiram berbagai macam tanaman di kebunnya.

3.     EXT. KEBUN ZEN-SIANG

Zen dan tiga pekerja lain telah menyelesaikan pekerjaan mereka. Sekarang, kebun Zen sudah terlihat sangat luas dan lega. Beberapa pohon tua, seperti pohon damar, kelapa, dan manggis dibiarkan berdiri kokoh sebagai pelindung dari terik matahari.

BOBI (O.S)

(pre-lap)

Perhatian... untuk semua pengurus maupun pelaku objek wisata...

4.     EXT. AREA BENDUNGAN-WARUNG MAMA

BOBI (32 tahun), ketua pemuda yang bertugas sebagai kepala pengurus objek wisata memberikan pengumuman melalui speaker toa.

BOBI

Sehubungan dengan proposal yang kita usulkan kepada provinsi mengenai pengembangan desa berpotensi wisata,...

5.     INT. AREA BENDUNGAN-WARUNG GADIS

Dua orang laki-laki dan dua orang wanita dewasa sedang bermain kartu di dalam warung.

BOBI (O.S)

Hari ini, kita semua mendapatkan kabar bahagia bahwa desa kita terpilih menjadi satu dari tiga desa yang akan mendapatkan pendanaan untuk pengembangan lebih lanjut...

6.     EXT. AREA BENDUNGAN-PARKIRAN

Beberapa sepeda motor terparkir. Seorang penjaga parkir duduk di atas salah satu sepeda motor.

BOBI (O.S) (CONT’D)

Kabar baiknya lagi, selama masa pengerjaan, agar tidak menjatuhkan perekonomian kita semua, objek wisata dapat tetap dibuka di akhir minggu...

7.     EXT./INT. WARUNG JANDA-SIANG

Tiga orang pemuda terlihat santai di salah satu pendopo. Mereka mendengarkan pengumuman dari Bobi dengan seksama. Raut wajah bahagia melekat di wajah mereka.

BOBI (O.S) (CONT’D)

Dalam satu minggu ke depan, pengerjaan proyek sudah bisa dilaksanakan. Untuk itu dimohon...

Maya yang sedang berdandan di dalam warung memberhentikan aktivitasnya. Ia tersenyum bahagia. Di sana juga terlihat Zen sedang menyeduh secangkir kopi.

BOBI (O.S) (CONT’D)

...kepada seluruh pelaku maupun pengurus objek wisata agar dapat menjaga kebersihan dan ketertiban dimulai hari ini. Sekian dari saya, terima kasih dan selamat untuk kita semua.

MAYA

Akhirnya...

Zen turut tersenyum melihat kebahagiaan orang-orang di sekitarnya.

ZEN

Itu... emang agenda dari pemerintah, May?

MAYA

Iya, tiga tahun terakhir provinsi memang kasih pendanaan untuk desa potensi wisata. Desa kita baru ajuin proposal kali ini, karena beberapa bulan yang lalu bendungan dan beberapa warung banyak yang hancur karena badai.

ZEN

Badai?

MAYA

Iya, beberapa tahun terakhir, sering terjadi badai di sini. Dan yang paling parah yang terakhir ini. Kita rugi banyak. Pengunjung juga turun drastis. Soalnya, dana desa nggak cukup banyak buat memperbaiki bendungan. Warung-warung juga dibangun kembali dengan dana seadanya.

Zen mengangguk-angguk paham.

ZEN

Ooh... tapi kalau kayak gitu, apa artinya objek wisata kita ini diambil alih oleh pemerintah?

Di luar warung, Bobi datang. Ketiga pemuda yang duduk di pendopo menyapa mereka dengan bersemangat. Bobi masuk ke dalam warung memesan secangkir kopi.

BOBI

Eh, ada Zen. Apa kabar, Zen?

ZEN

Kabar baik, Bang. Bang Bobi gimana?

Bobi duduk di kursi seberang Zen.

MAYA

Itu kamu sama tanya Bang Bobi aja langsung. Dia lebih paham

BOBI

Apa tuh, Zen? (ke Maya) Oh ya, kopinya satu ya, May.

ZEN

Soal pengumaman yang Abang sampaikan tadi. Kalau kayak gitu, apa artinya objek wisata kita diambil alih oleh pemerintah, Bang?

BOBI

Jadi gini, Zen, proyek ini emang diadakan oleh pemerintah provinsi untuk pengembangan objek-objek potensi wisata yang ada di provinsi kita. Gunanya untuk kemajuan provinsi kita sendiri. Sebagai daya tarik pelaku wisata lokal, nasional, maupun internasional.

Zen mendengarkan dengan seksama.

BOBI (CONT’D)

Mengingat provinsi kita memiliki kekayaan alam yang beragam, mulai dari gunung, sungai, pantai, pulau, dan sebagainya, tiga tahun belakangan ini, pemerintah provinsi mencanangkan kemajuan provinsi melalui pengelolaan alamnya.

Zen mengangguk-angguk paham.

ZEN

Ooh... gitu, Bang. Berarti objek wisata ini nggak diambil oleh pemerintah, kan, Bang?

BOBI

Oh, nggak. Pihak provinsi hanya membantu pendanaan. Setelah selesai, kita jalan sendiri lagi kayak biasanya. Nah, untuk provinsi sendiri, pemasukannya ialah dari kunjungan-kunjungan turis.

ZEN

Paham... paham, Bang.

BOBI

Oh ya, aku lihat-lihat, beberapa hari terakhir, kamu sibuk rapihin tanahmu, ada rencana berkebun, Zen?

ZEN

(nyengir)

Rencana sih, Bang.

BOBI

Baguslah kalau begitu. Mau tanam apa rencananya, Zen?

ZEN

Belum tahu juga sih, Bang. Kemarin Pak Anton dan yang lain-lain sempat kasih saran juga tanam cabai merah atau cabai rawit, tapi belum pasti juga.

Maya datang membawakan secangkir kopi untuk Bobi.

MAYA

Gimana kalau kamu jadiin lahan parkir aja, Zen? Kebetulan, kita emang kekurangan lahan parkir sih. (ke Bobi) Ya kan, Bang Bob?

BOBI

(antusias)

Nah benar banget! Lahan parkir sekarang kamu lihat sendiri kan, kalau udah akhir minggu, sesaknya minta ampun. Rencananya, mau diganti sama toilet. Kebetulan kan lahan kamu berbatasan langsung dengan parkiran yang sekarang. Insyaallah, nanti setelah proyek ini selesai, objek wisata kita akan berkali-kali lipat lebih ramai.

Zen mulai tertarik, ia mendengarkan dengan seksama.

BOBI (CONT’D)

Itu juga... kalau kamu mau sih.

ZEN

Kalau seperti itu, bagi hasilnya gimana, Bang?

BOBI

Wah, gampang kalau soal itu. Penghasilannya murni ke kamu pribadi, tinggal nanti kita bisa atur soal sumbangsih ke desa.

Zen mengangguk-angguk paham. Ide bagus, pikirnya.

CUT TO: 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar