MORE THAN LOVE
8. Bagian 8

59. IN. RUANG KERJA — MALAM


RENA, IREN, BAYU


Hari sudah malam dan keadaan ruang kerja sudah tidak seramai tadi siang. Hanya terdapat beberapa orang menghadap layar komputer dan sebagian mulai berkemas untuk pulang.

Tampak Rena masih fokus dengan layar computer dihadapannya.

IREN

Rena duluan ya dek.

(Rena menoleh dan tersenyum)

RENA

Iya mbak.

(Kembali menghadap komputer dan mencatat beberapa hal penting pada sebuah sticky notes)

BAYU

Belum selesai kerjaan Ren ?

(menhadap sumber suara}

RENA

Belum mas Bayu. Ini masih ada sedikit kerjaan yang belum selesai.

BAYU

Yasudah hatu-hati soalnya.

(mendekatkan wajah pada Rena)

Kata karyawan disini ada penunggnya.

(Bayu kembali keposisi semula sambil tertawa)

RENA

Iya banyak penunggunya. Ada mas Bayu, mbak Iren dan staf lainnya termasuk akukan ?

(Bayu tertawa dan Rena memasang wajah sebal)

BAYU

Yasudah mas Bayu duluan ya.

(pergi meninggalkan Rena)

RENA

Iya mas Bayu hati-hati diculik penunggu pos satpam didepan.

Rena menggelengkan kepala dan kembali memegang mouse dan mengetik pada keyboard komputernya.

Setealah beberapa menit kepergian Bayu, Rena menempelkan sticky notes pada pojokan layar komputernya dan pada buku agenda kecil yang ada dimeja.

RENA

Alhamdulilah sudah selasai.

Rena mengangkat tangan dan menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri untuk menghilangkan rasa pegal. Sejenak Rena terdiam dan memegang perutnya.

RENA

Lembur buat perutku lapar.

(Rena mengambil tas dan berdiri)


CUT TO


60. IN. MINI MARKET — MALAM


RENA, DEWA


Rena berjalan menyamping dan memperhatikan beberapa baris berbagai roti yang ada dirak. Suara musik didalam mini market terdengar samar. Sembari memilih Rena juga menjinjing tas hitam ditangan kirinya, sedangkan tangan kanan menunjuk beberapa roti yang dia inginkan. Setelah dirasa cukup akhirnya dia menetukan pilihan dan hendak mengambil sebuah roti.

Setelah Rena hendak mengambil roti pilihannya, ternyata roti itu juga diminati seseorang yang berdiri disamping kanannya. Akhirnya tangan mereka bertemu sebelum berhasil mencapai roti yang mereka inginkan.

Karena terkejut Rena menoleh kearah kanan dan melihat sosok yang bersentuhan dengan tangannya. Ketika Rena melihat sosok tersebut, dia justru terpanah dan terkejut.

RENA

Kak Dewa.


CUT TO


61. IN. CAFFE — MALAM


RENA, DEWA


Rena dan Dewa duduk berhadapan didalam sebuah caffe bernuansa putih. Diatas meja terdapat dua cangkir putih berisi cappuccino dan dua piring kue. Suara musik samar terdengar ditelinga.

Rena menikmati kue dengan garpu sementara Dewa menikmati cappuccino dengan menyeruputnya.

DEWA

Kamu apa kabar dek ?

RENA

Alhamdulilah baik. Kalau kak Dewa gimana kabarnya ?

(Rena menghentikan aktivitasnya menikmati kue)

DEWA

(Tersenyum)

Alhamdulilah kak baik juga.

(kembali meyeruput cappuccino dan meletakkan gelas diatas meja)

Kapan kamu pulang dek ?

RENA

Sudah hampir tiga bulan kak Rena pulang.

(memuatar pelan garpu)

DEWA

Kakak dengar kamu udah kerja ya ?

(Rena menghentikan garpu yang dia putar dengan sedikit wajah terkejut)

RENA

Kok kakak tau kalau Rena sudah kerja ?

(Dewa sedikit terkejut dengan pertanyaan Rena)

DEWA

Oh itu. Kakak sempat lihat postingan Sella sama kamu di sosmed dek. Kayaknya lagi kerja soalnya pakai id card.

RENA (dalam hati)

(Raut wajah Rena sedikit kecewa)

Aku kira kak Dewa cari tahu tentang aku.

DEWA

Dek.

(Rena terkejut)

RENA

Oh… iya kak itu… Rena memang kerja satu kantor sama Sella. Rena kerja disalah satu stasiun TV lokal kak. Cuma kita beda divisi. Sella dibagian keuangan sedangkan Rena di Divisi Program kak.

DEWA

Oh…

(menganggukkan kepala)

RENA

Kalau kakak ?

(Rena memperhatikan Dewa)

DEWA

Kalau kakak kerja di perusahaan fast food kemasan dek bagian pemasaran. Kakak sudah kerja disana sejak masih kuliah dan alhamdulilah sampai sekarang walaupun belum jadi karyawan tetap.

(menyeruput cappuccino)

Tapi alhamdulilah sih dek bisa kerja disana buat bantu ekonomi kerluarga. Sekalian nabung buat masa depan.

(meringis)

Rena tersenyum dan tiba-tiba diam memperhatikan Dewa yang memakan kue. Kedua tangan Rena saling merepas jari-jarinya dan bibirnya seakan ingin mengatakan sesuatu.

RENA

Tentang…

(Rena diam dan Dewa memperhatikan Rena)

Tentang mbak Ajeng. Apakah kakak masih sama mbak Ajeng ?

Rena menunduk dan tangannya yang disembunyikan dibawah meja sedikit bergetar karena memberanikan diri untuk bertanya tentang hal ini.

DEWA

(dengan tenang menjawab)

Kakak sudah lama gak sama Ajeng lagi dek.

Rena mengangkat wajahnya dan menatap Dewa yang tersenyum. Hatinya begitu bahagia mendengar kabar Dewa sudah tidak bersama Ajeng lagi. Rena melihat senyum Dewa membuatnya ikut tersenyum seakan harapan itu hadir kembali.

Tapi…

Dewa mengangkat tangan kirinya sejajar dengan wajah dan disitu terlihat cincin melingkar dijari manisnya.

Kakak sudah bertunangan dengan orang lain.

Deg…  Senyum Rena seketika memudar dan dadanya tersa sangat sesak mendengar hal itu keluar dari mulut Dewa. Badannya terasa panas dingin dan bibirnya mulai bergetar namun ditahan dengan menggigitnya agar air mata tidak jatuh.

Kakak belum lama sih kenal sama dia. baru enam bulan lalu saat kakak ada tugas dari kantor. Pertemuan kami juga tidak sengaja karena waktu itu dia meminta tolong kakak untuk mengambilkan barang dimini market yang letaknya terlalu tinggi.

Dewa tersenyum dan padangannya dipenuhi dengan bayangan Mira tunangannya.

Walaupun baru kenal tapi kakak merasa nyaman dengan dia hingga akhirnya kakak putuskan untuk lebih serius dengan dia.

(menatap Rena)

RENA

(suaranya sedikit bergetar namun tidak disadari oleh Dewa)

Oh… begitu ya kak. Pasti dia adalah wantia yang sangat beruntung.

DEWA

Ah… kamu bisa aja dek.

(diam sejenak)

Kakak berharap dia adalah wanita yang tepat dan niat baik ini diberikan jalan dan kelancara sama Allah.

RENA

Aamiin…

Dewa tersenyum bahagia sedangkan Rena mencoba tersenyum meski menahan airmatanya yang akan jauh.

VO RENA

Apakah ini jawaban dari doaku ? apakah akan berakhir seperti ini kisah yang selalu kubayangkan berakhir bahagia ? Meski begitu aku tidak pernah merasa menyesal. Aku justru bahagia jika dia bisa bahagia bersama pilihannya. Melihatnya bahagia sudah cukup membuatku bahagia.


FADE OUT


62. IN. KAMAR RENA — MALAM


RENA


Rena duduk diatas kursi bewarna putih. Meja yang begitu rapid dan terdapat beberapa barang penunjang pekerjaanya. Beberapa buku dengan berbagai ukuran tersusun rapi diatas rak diatasnya. Tempat pulpen dan beberapa tumpuk kertas tersusun rapi diatas meja. Rena menghadap sebuah laptop hitam yang masih tertutup. Setelah beberapa saat duduk dan berpikir, Rena mengarahkan tangannya pada laptop hitam dan membukanya. Setelah laptop terbuka jari telunjuk Rena menekan tombol power.

Laptop menyala dan jari Rena sudah berada diatas keyboard siap untuk mengetik sesuatu. Rena mulai mengetik dan fokus pada layar monitor.

VO RENA

Jika cintaku berjalan tidak begitu mulus, setidaknya aku masih punya cita yang harus aku rampungkan. Meski cinta yang membuatku bertekat untuk menulis mungkin telah menemukan jalannya, tapi citaku tidak boleh berhenti karena ini adalah sebuah mimpi yang harus aku raih. Biarlah cinta ini tetap diam, namun cita ini harus dilaksanakan. Biarlah cinta ini kuungkapkan lewat tulisan yang mungkin akan menjadi sebuah kenangan diakhir cerita.


FADE OUT


63. IN. CAFFE — MALAM


RENA, SELLA


SELLA

Hah ? Beneran Ren ?

(Sella terkejut)

Sella dan Rena sedang berada di caffe biasa mereka menghabiskan jam istirahat. Sella duduk dihadapan Rena dengan sbuah piring dan dua gelas jus alpukat.

RENA

Iya bener.

(Rena menyeruput jus alpukat)

SELLA

Kapan kamu ketemu kak Dewa ?

RENA

Semalam waktu pulang lembur.

(Rena meletakkan gelas diatas meja)

SELLA

Udah Ren. Sekarang semua sudah jelas jadi kamu harus lupain kak Dewa. Aku gak mau kalau sahabat aku terus kecewa, sedih tapi orang yang disedihin gak pernah ngerti.

(Rena hanya diam dan memandang gelas air mineral diatas meja)

Lupain Ren. Selama ini kamu selalu mikirkan kak Dewa tapi kak Dewa juga gak pernah mikirin kamu. Buat apa ?

Rena tetap diam menatap gelas dengan tatapan kosong. Sella hanya bisa menatap sahabatnya dengan penuh keprihatinan.

RENA

Jika dari dulu aku berani jujur, kira-kira apakah hal ini akan tetap terjadi ?

Rena menatap Sella yang hanya bisa diam mendengar pertanyaan Rena.


SELLA

(Menalan makanan yang ada pada mulutnya)

Coba deh belajar lupain Ren.

RENA

Kamu ingat aku pernah bilang sama kamu kalau semakin aku pengen lupa justru semesta selalu mengingatkanku padanya ?

(Sela mengangguk)

Sampai saat ini masih sama Sel. Bukan aku gak coba, tapi memang belum bisa. Sebenarnya selama ini aku sudah sangat berusaha untuk melupakan kak Dewa Sel. Mulai cari teman baru sampai sibuk dengan keluarga dan pekerjaanku. Tapi hasilnya tetap nihil. Aku benar-benar pengen lupa Sel. Bahkan jika Allah mau ganti rasa cinta ini menjadi rasa benci pun aku terima kalau itu bisa buat aku lupa sama kak Dewa.

(meneteskan air mata)

SELLA

Suttt…. Gak boleh ngomog gitu Ren.

RENA

Sebenarnya aku sudah lelah Sel. Kak Dewa selalu menjadi bayang-bayang dalam hidupku yang sebenarnya aku tidak mau. Kak Dewa seperti menyetir hidupku walupun dia tidak pernah melakukan itu. Hatiku seakan tertutup untuk siapapun dan seprti ada benteng kuat yang selalu hadir jika aku ingin mulai membuka hati untuk orang lain.

(mengusap air mata)

Jika boleh meminta aku juga gak mau dikasih ujian perasaan seperti ini. Semua ini sungguh sangat berat jika harus selalu menahan rasa rindu dan juga pengharapan yang hampa. Sangat salah Sel jika aku berharap kepada manusia. Meksi aku tahu pada akhirnya akan kecewa tapi aku justru tetap bertahan dan diam ditempat menunggu kekecewaan itu datang.

SELLA

Ren, kamu sendiri yang pernah bilang ke aku kalau Allah gak akan ngasih ujian hambanya lebih dari kemampuannya. Jadi Allah tahu kalau kamu kuat dan kamu bisa lewati semua ini. Hanya saja kamu harus menambah sabar dan ikhlasmu agar semuanya tersa lebih ringan. Dan satu lagi yang harus kamu tahu bahwa kamu tidak sendiri Ren. Ada aku yang selalu mau dengar apa yang pengen kamu ceritaan. Selain itu ada Allah yang pasti bisa membuat hatimu jauh lebih besar dan hidupmu lebih tenang.

(Rena menghapus air matanya)

Jika dibilang perasaanmu ke kak Dewa ini bukan sekedar rasa cinta biasa Ren. Justru aku melihat ini adalah lebih dari cinta.

(mencondongkan badan kedepan)

More Than Love.

(memundurkan badan)

Kamu begitu tulus dan ikhlas mencintai kak Dewa meski dia sama sekali tidak pernah memandang ketulusanmu. Kamu tidak pernah teropsesi untuk memiliki dia dan perasaanmu tetap terkontrol pada jalur yang semestinya. Semua hal tentang kakak Dewa kamu selalu berkomunikasi sama Allah. Kalau kata aku sih kak Dewa bakal ngesel kalau lepasin kamu.

(Rena tersenyum kecut)

RENA

Terima kasih buat kata-katanya. Sangat menghibur.

SELLA

Aku tulus lo Ren. Aku bukan lagi menghibur kamu. Tapi beneran itu yang aku lihat dari kamu.

RENA

Makasih sahabat.

SELLA

Tetap kuat ya sahabat.

(mereka berdua sealing tersenyum)


FADE OUT


64. IN. GEDUNG KANTOR SELLA DAN RENA — SIANG


SELLA, RENA, DEWA


Rena dan Sella sedang berjalan masuk kedalam gedung. Mereka saling berbicara dan sesekali tertawa. Ketika sampai didalam gedung, langkah mereka terhenti ketika melihat Dewa dan temannya hendak keluar dari gedung dimana mereka bekerja. Rena dan Sella saling menoleh.


CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar