8. Delapan : Rencana Darian

 

Darian

Erick menggoda salah satu karyawan baru di kantornya. Gadis itu menolak dan mengatakan akan melaporkan Erick. Erick marah lalu memukul gadis itu, beberapa kali, membuat gadis itu mendapatkan beberapa luka dan lebam.

 

Marsden

Erick makin keterlaluan. Dia seharusnya menemui psikiater untuk mendapatkan pertolongan.

 

Darian

Aku juga berpikir begitu. Kita akan membicarakan itu nanti. Saat ini, prioritas kita membantu  Erick, menghindarkan dia dari ancaman hukum.

 

Marsden

Gadis itu, sungguh akan menuntut Erick?

 

Darian

Aku yakin begitu. Gadis itu membuat keributan sebelum pergi ke rumah sakit untuk visum. Karena itu Erick langsung meneleponku. Dia bingung dan takut.

 

Marsden

Sudah sewajarnya Erick merasa seperti itu. Dengan hasil visum, kesaksian beberapa orang yang melihat kejadian itu, beberapa tuntutan hukum yang diajukan padanya, bisa jadi Erick akan mendekam dalam penjara. Atau, dia harus memberikan kompensasi dalam jumlah besar untuk menyelesaikan masalah ini dengan damai.

 

Darian

Erick tidak akan masuk penjara atau mengeluarkan uang kompensasi untuk damai. Karena aku sudah menemukan rencana sempurna untuk membebaskan Erick dari jerat hukum.

 

Marsden

Secepat ini?

 

Darian

Aku cerdik, Mars.

 

Marsden

Kalau kamu yakin rencanamu akan berhasil. Langsung saja lakukan. Tidak perlu menunggu aku.

 

Darian

Aku memerlukanmu untuk bermain dalam skenario yang aku buat. Karena itu aku meneleponmu, Mars.

 

Marsden

Kenapa aku?

 

Darian

Karena aku mempercayaimu, Mars.

 

Marsden

(Menghela napas pendek, berat)

Untuk kali ini, bisakah kamu tidak mempercayai aku, Ian? Sungguh, aku tidak ingin terlibat dengan Erick dan tindakan bodohnya.

 

Darian

Maaf, Mars. Tidak ada pilihan lain.

 

Marsden menghela napas panjang.

 

Darian

Sampai bertemu di kantor Erick.

 

Marsden menyalakan mesin, melajukan mobilnya meninggalkan halaman kantor, menuju kantor Erick dengan rasa enggan.

CUT

 

20.     Rumah Sakit – Ruangan Dokter – Sore

 

Erick menempelkan tangan ke tulang pipinya yang memar, beralih ke pelipisnya yang juga memar.

 

Erick

(Menatap Darian dengan sebal)

Kamu tidak perlu memukulkan folder berat itu ke wajah dan bahuku dengan keras, Ian.

 

Darian

(Terlihat santai, tenang)

Itu hanya folder plastik dengan beberapa dokumen, Rick.

 

Erick

Tapi keras dan berat. Sampai saat ini, pipi, bahu dan kepalaku masih berdenyut nyeri karena pukulanmu.

 

Menggunakan cermin yang tadi dia minta dari dokter, Erick mengamati memar-memar di wajahnya.

 

Erick

Memar-memar ini tidak akan hilang dalam semalam. Butuh tiga hingga empat hari hingga memar-memar ini hilang sepenuhnya.

 

Darian

(Mengangguk)

Memang itu tujuannya, Rick.

 

Erick

(Menatap Darian dengan kedua alis yang bertaut)

Ian, apa sih rencanamu?

 

Darian

Untuk meyakinkan semua pihak kalau Anita yang menyerangmu lebih dahulu, secara berulang, hingga kamu terpaksa mendorongnya menjauh serta memukulnya untuk membela diri dan menghentikan Anita, aku harus membuatmu memiliki beberapa memar yang meyakinkan dan terlihat menyakitkan.

 

Erick

(Mendengus)

Bukan berarti kamu harus memukulkan folder itu padaku dengan sepenuh tenaga, Ian.

 

Darian

Tentu saja aku perlu melakukan itu, Rick.

 

Erick

Setidaknya memberitahu aku lebih dulu rencanamu. Dengan begitu aku bisa bersiap-siap.

 

Darian

Jika aku memberitahumu, kamu akan menghindar dan mencoba melindungi wajahmu. Itu akan menyulitkan aku untuk memberimu memar-memar yang terlihat alami seperti ini. (Menyunggingkan senyuman yang membuat Erick kembali mendengus)

 

Erick

Memar-memar ini memang alami, seratus persen alami. Demikian juga rasa sakitnya.

 

Marsden

Rick, seharusnya kamu berterima kasih pada Ian atas memar-memar itu. Memar-memar itulah yang akan membebaskanmu dari tuntutan Anita.

 

Kata-kata Marsden, nada kesal dalam suara Marsden, mengejutkan Erick.

Erick semakin terkejut melihat ekspresi sebal dan marah di wajah Marsden.

 

Erick

Aku bukannya tidak berterima kasih dengan yang Ian lakukan. Aku hanya sedikit merajuk, Mars. Aku selalu seperti ini kalau sakit.

(Mengalihkan pandangan pada Darian)

Ian, kamu tahu aku hanya merajuk kan?

 

Darian

(Menyunggingkan senyum tipis. Menganggukkan kepala)

Aku tahu, Rick. Tapi saat ini, Mars dan aku tidak ingin melihatmu merajuk lagi. Terutama karena sudah saatnya kita meninggalkan tempat ini.

 

Erick

Aku tidak perlu menginap disini?

 

Darian

Tentu saja tidak.

 

Erick

Menginap semalam di rumah sakit akan lebih meyakinkan, membuktikan kalau Anita memukuli aku dengan cukup parah.

 

Darian

Rick, laki-laki berbobot delapan puluh kilogram sepertimu, tidak akan perlu menginap di rumah sakit hanya karena beberapa pukulan seorang perempuan berbobot enam puluh kilogram.

 

Erick

Masalahnya, yang memukuli aku dengan folder berat bukan seorang perempuan, tapi seorang laki-laki yang tinggi dan sama besarnya denganku.

 

Marsden menatap Erick dengan dingin. Wajahnya tidak menunjukkan sedikitpun simpati.

 

Marsden

Turun dari tempat tidur itu, Rick. Kami akan mengantarmu pulang. Setelah itu Ian dan aku akan kembali ke kantor.

 

Darian mendorong kursi roda ke arah Erick.

 

Erick

Aku tidak perlu kursi roda.

 

Marsden

Duduk sajalah dan lakukan yang Ian katakan.

 

Darian menahan senyum lebarnya melihat Erick langsung melakukan perintah Marsden.

 

Darian

Nanti, jika ada yang mengajukan pertanyaan, jangan kamu jawab. Biar Mars atau aku yang menjawab. Sampai kita meninggalkan rumah sakit, terus tundukkan kepalamu. Sesekali, kamu boleh mengangkat wajah untuk melihat sekitar dan para reporter yang mengikutimu. Tapi pastikan tidak ada sedikitpun senyum di wajahmu. Mengerti, Rick?

 

Erick

(Mengangguk)

Ya. Aku mengerti

 

Darian

Siap?

 

Erick menganggukkan kepala.

Marsden membuka pintu ruangan, menahannya hingga Darian mendorong Erick keluar dari sana.

Marsden berjalan di depan kursi roda. Memudahkan jalan Darian dan Erick, sekaligus menghalangi para reporter yang ingin mengambil foto Erick. Bukan untuk Erick. Melainkan Darian.

Selama itu pula Marsden memasang wajah dingin.

CUT

 

21.     Perkampungan – Sekitar Rumah Kila – Dalam Mobil – Malam

 

Dari dalam mobil yang sengaja dia sewa, Marsden mengamati rumah Kila.

 

Marsden

Ini hari minggu, seharusnya ada orang di rumah. Paling tidak, motor Kila, atau adiknya, atau kakaknya, diparkir di halaman rumah. Tapi ini….”

 

Marsden mengamati halaman yang kosong dan kotor, tanaman-tanaman yang kering dan tidak terawat, serta beberapa mainan plastik yang berserakan di sekitar pintu dan rak sepatu.

 

Marsden

Yang aku tahu, tidak ada anak kecil di keluarga Kila.

(Mengernyit)

Apa keluarga Kila menyewakan rumah ini?

(Mata Marsden melebar)

Atau mereka menjual rumah ini, untuk membayar perusahaan Erick?

(Menghela napas panjang)

 

Sambil bersandar di kursi, Marsden kembali mengamati rumah kecil dan sederhana yang beberapa kali dia datangi, satu tahun lalu.

 

Beberapa lama kemudian, Marsden duduk tegak

 

Marsden

Aku tidak akan mendapatkan apa-apa dengan hanya diam dan mengamati seperti ini.

 

Marsden mengamati sekitar, mencari seseorang untuk bertanya.

Mata Marsden berhenti lampu sebuah minimarket.

Marsden meraih topi baseball berwarna abu-abu gelap di atas dashbor, melesakkan topi itu untuk menutupi sebagian wajahnya. Kemudian, Marsden keluar dari mobil, berjalan menuju minimarket sambil menundukkan kepala.

CUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar