1. Satu : Pertemuan Kita Malam Ini

  

1.     Apartemen - Depan Lift Lantai 16 - Malam

 

Film dibuka dengan :

Marsden yang berdiri di depan lift. Telunjuk Marsden terhenti satu sentimeter dari tombol lift berbentuk segitiga yang mengarah ke bawah. Sekian detik kemudian, Marsden menjauhkan telunjuk dari tombol lift. Marsden menyelipkan tangan kanan ke dalam saku celana khaki selututnya. Sementara matanya, tetap menatap tombol lift.

 

Marsden

(Bergumam)

Aneh. Kenapa aku tiba-tiba ragu untuk turun ke lobi?

 

Marden mematung di depan lift. Ujung kedua alisnya hampir menyatu. Kedua mata Marsden masih terpaku pada tombol lift, menatap angka-angka berwarna putih yang terus berubah.

Pintu salah satu lift membuka.

Marsden tetap mematung, tidak bergerak memasuki lift. Marsden tetap saja mematung ketika pintu lift perlahan menutup dan lift bergerak ke bawah.

 

Marsden

Apa yang akan aku temui di lobi? Kejadian tidak menyenangkan? Seseorang yang tidak aku sukai?

(Mengarahkan pandangan ke lorong yang mengarah ke unit apartemennya)

Apa aku minta Marshall untuk turun ke lobi? Naaah.

(Menggeleng)

Marshall baru saja masuk kamar mandi. Kasihan si pengantar makanan kalau harus menunggu Marshall, yang selalu betah berlama-lama di kamar mandi.

(Menggeleng)

 

Marsden menatap tombol-tombol lift. Sesaat kemudian, Marsden mengeluarkan tangan kanan dari saku celana, mengulurkan telunjuk ke tombol lift, menekan tombol segitiga segitiga yang mengarah ke bawah, lalu menunggu.

 

Marsden

Apapun yang menantiku di lobi, aku akan menghadapinya.

 

Satu pintu lift membuka, Marsden melangkahkan kaki, memasuki lift.

Marsden menekan tombol LB, memasukkan kembali tangan kanan ke dalam saku celana, lalu menyandarkan punggung ke dinding lift.

CUT

 

2.     Apartemen – Lobi – Malam

 

Satu pintu lift membuka.

Kila langsung memasang senyum manis di bibir. Senyum itu lenyap seketika takala mata Kila bertemu dengan sepasang mata kelam, milik laki-laki yang baru saja melangkah keluar dari dalam lift. Kila pun membeku di tempatnya berdiri.

 

Kila

(Menggenggam erat tali tas berisi makanan pesanan dengan kedua tangan. Hati dan benaknya membisikkan doa)

Tuhan, aku mohon pada-Mu, jangan dia. Jangan pengacara itu yang memesan makanan ini. Aamiin.

 

Langkah Marsden terhenti saat melihat dan mengenali perempuan yang berdiri di tengah lobi apartemen, mengenakan seragam restoran tempat dia memesan makan malam.

 

Marsden

(Benak marsden, seketika menggemakan nama perempuan itu)

Kila.

 

Dengan cepat, mata Marsden mengamati Kila, yang begitu berbeda dengan terakhir kali Marsden melihatnya, lebih dari enam bulan lalu.

Mata Marsden menyusuri rambut Kila yang kini dipotong super pendek. Mata Marsden beralih ke pipi tirus Kila, lalu berpindah ke seragam Tasty en Cozy, yang kebesaran di badan Kila.

 

Marsden

(Berbicara pada benaknya)

Rambut pendek membuatmu terlihat lebih muda dan segar, Ki. Tapi aku lebih menyukaimu dengan rambut panjang, indah, dan sedikit ikal itu.

(Diam sesaat)

Aku tidak suka melihat kamu….kehilangan banyak berat badan.

(Menghela satu napas pendek. Kembali berbicara pada benaknya)

Terutama karena aku, salah satu penyebabnya.

(Menghela napas pendek)

 

Marsden membawa matanya ke wajah Kila, menatap wajah pucat dan kaku Kila, serta kedua mata coklat indah Kila yang membelalak. Marsden pun menyadari, Kila merasakan hal yang sama dengannya.

 

Marsden

(Berbicara pada benaknya)

Kamu terkejut dan tidak menginginkan pertemuan tak terduga mereka ini kan, Ki? Sama. Aku juga. Tapi kita berdua tidak bisa berbalik dan berjalan pergi begitu saja, kemudian berpura-pura pertemuan ini tidak pernah terjadi. Kita tidak bisa melakukan itu. Kita tidak punya pilihan, Ki. Kita harus menyelesaikan ini.

 

Marsden menghembuskan satu napas yang tidak terlalu panjang.

Ditemani rasa penawasan dan kuatir, Marsden melangkahkan kaki ke arah Kila.

 

Melihat Marsden melangkah mendekatinya, Kila menarik satu napas panjang, menahannya sesaat sebelum menghembuskannya dengan lumayan cepat.

 

Kila

(Berbicara pada benaknya)

Kali ini, Tuhan tidak mengabulkan doaku. Pengacara itulah yang memesan makanan ini.

(Menarik satu napas panjang, lalu menghembuskan secara perlahan)

Ingat, Kila, kamu membutuhkan pekerjaan ini. Sangat membutuhkan. Karena itu, tenangkan dirimu. Dinginkan kepalamu. Lempar semua benci dan marah yang kamu rasakan ke satu ruang di hatimu. Tutup dan kunci rapat ruang itu hingga kamu meninggalkan tempat ini. Sekarang, pasang senyum di bibirmu. Jaga kata-kata dan nada suaramu saat berbicara. Dan bersikaplah sopan dan baik padanya.

(Menghela napas. Mengatakan pada benaknya)

Yah. Aku bisa melakukan semua itu.

 

Kila memaksa bibirnya membentuk senyuman. Berusaha mempertahankan senyum tipis dan kaku itu sambil menatap Marsden yang semakin mendekat.

 

Marsden menghentikan langkah saat dia berada dua langkah di depan Kila.

 

Kila menengadahkan wajah, menatap Marsden yang beberapa sentimeter lebih tinggi darinya.

Kila menelan gumpalan kecil yang tiba-tiba menyumpal tenggorokannya.

 

Kila

(Melebarkan senyum)

Bapak Mars?

 

Marsden

(Mengangguk)

Ya.

 

Kila

(Mengulurkan tas berisi makanan pada Marsden)

Ini makanan yang bapak pesan. Silahkan

 

Marsden

Terima kasih.

(Mengambil tas makanan dari tangan Kila)

 

Kila

Dan ini notanya, Pak.

 

Marsden mengambil selembar kertas kecil berwarna putih dari tangan Kila. Berhati-hati saat melakukannya agar jarinya tidak bersentuhan dengan jari-jari Kila.

Marsden langsung menyelipkan nota ke saku celana selututnya. Marsden tahu berapa yang harus dia bayar, tanpa perlu melihat nota.

Marsden mengulurkan tiga lembar uang seratus ribu yang dia ambil dari saku celaka, memberikannya pada Kila.

 

Marsden

Kamu simpan saja kembaliannya.

 

Senyum Kila lenyap.

Kata-kata Marsden, yang sebenarnya biasa saja dan lumayan sering Kila dengar dari sebagian pelanggan Tasty en Cozy, memberikan efek yang berbeda. Kata-kata Marsden melukai hati Kila. Hingga Kila mengepalkan kedua tangan, untuk mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang akan dia sesali.

Kila menatap Marsden, dengan mata yang menyimpan sisa rasa marah yang tidak berhasil dia sembunyikan dengan sempurna.

 

Marsden melihat kilasan api di sepasang mata coklat indah Kila.

 

Marsden

(Mengernyit. Bertanya pada benaknya)

Kata-kataku membuat Kila tersinggung? Kenapa? Aku hanya bermaksud baik dengan memberikan uang kembalian padanya. Pembeli-pembeli lain, pastinya sering melakukan hal yang sama. Apa Kila juga tersinggung saat mereka mengatakannya?

(Mengernyit)

 

Kila mengambil lembaran uang dari tangan Marsden, memeriksanya sejenak, kemudian menyelipkan ketiga lembar uang ke saku seragam. Kila memaksa bibirnya membentuk senyuman saat menyerahkan uang kembalian yang sudah dia siapkan pada Marsden.

 

Kila

Terima kasih banyak atas kemurahan hati, Anda, pak Marsden. Tapi maaf, saya tidak bisa menerima kebaikan, Anda. Ini uang kembalian, Anda. Silahkan, Anda terima.”

(Memberikan senyum kaku pada Marsden)

 

Marsden

Aku tidak keberatan kamu....

 

Marsden menghentikan kata-katanya saat kilasan api kembali berkelebat di kedua bolat mata Kila.

 

Kila

(Memberikan senyum kaku pada Marsden)

Sekali lagi, terima kasih atas kebaikan, Anda, pak Marsden. Tapi sungguh, saya tidak bisa menerima kebaikan, Anda. Karena itu, tolong, Anda terima uang kembalian ini.

(Sambil menyodorkan uang kembalian pada Marsden)

 

Marsden menatap Kila, senyum kakunya, kilasan api yang masih bertahan di kedua mata Kila. Juga rahang dan kedua pundak Kila yang kaku.

 

Marsden

(Mengatakan pada benaknya)

Kalau aku kembali memintanya menyimpan uang kembalian itu, Kila akan semakin tersinggung, marah.

 

Marsden menghela napas dengan perlahan. Lalu mengulurkan tangan, mengambil lembaran uang dari tangan Kila.

 

Marsden

Baiklah. Terima kasih banyak atas bantuanmu, Ki….

 

Marsden langsung mengatupkan mulut sebelum nama Kila sepenuhnya meluncur keluar dari bibirnya.

 

Kila

Terima kasih kembali, Pak. Selamat menikmati makanannya. Selamat malam.

(Memaksa bibirnya membentuk senyuman. Senyum kaku yang hanya bertahan dua detik)

 

Marsden

Selamat malam.

(Menambahkan dalam hati)

Kila.

 

Marsden tidak beranjak dari tempatnya berdiri saat Kila berbalik, lalu berjalan pergi dalam langkah cepat dan lebar. Mata Marsden terus mengamati Kila, mengikuti setiap langkah Kila. Setelah Kila tidak terlihat lagi, barulah Marsden berbalik dan melangkah menuju lift.

CUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar