6. Enam : Maaf

 

Dengan kedua matanya membelalak, hati yang berdegub cepat, dan punggung sekaku papan karena tegang, Kila menengok ke belakang, ke asal suara.

Kedua mata Kila menyipit ketika mendapati Marsden, berada beberapa langkah darinya, berdiri dengan kedua tangan berada dalam saku celana yang disetrika licin.

 

Kila

Kenapa dia ada disini?

 

Kila ingin mengabaikan Marsden. Tapi Sorot iba dan kasihan di mata dan wajah Marsden, membuat Kila marah.

Kila berdiri, menghadap Marsden, menatap Marsden tanpa menyembunyikan rasa tidak suka yang dia rasakan atas kehadiran Marsden, dan campur tangannya.

 

Marsden

(Mengatakan pada benaknya)

Aku tahu, Kila. Aku tahu  kamu tidak menginginkan kehadiranku. Aku juga tidak ingin berada disini. Tapi setelah mendengar percakapanmu dengan penambal ban, tidak mungkin aku pergi begitu saja, tanpa melakukan sesuatu.

 

Marsden melangkah, mendekati Kila, berhenti saat berada dua langkah dari Kila.

 

Marsden

Halo, Kila.

 

Kila tidak menjawab sapaan Marsden. Kila menatap Marsden dengan tajam.

 

Kila

Sudah berapa lama Anda berada disana?

 

Marsden

Tak lama setelah kamu duduk di bangku kayu kecil itu.

 

Kila

(Mata menyipit. Alis hampir bertaut)

Anda mendengar semua percakapan kami?

 

Marsden

(Mengangguk)

Ya, aku mendengar semuanya. Karena itu aku menawarkan diri untuk membelikan ban baru untuk motormu.

 

Kila

(Sedikit mengangkat dagu)

Terima kasih. Tapi saya tidak menerima sumbangan dari Anda.

 

Marsden

(Menggeleng-gelengkan kepala).

Bukan seperti itu, Kila. Aku hanya ingin membantumu. Meringankan bebanmu. Itu saja.

 

Kila

Anda tidak perlu melakukannya. Seperti yang tadi saya katakan, saya tidak menginginkan sumbangan, bantuan, atau apapun dari Anda.

 

Marsden

(Menghela napas panjang)

Kila, jangan terlalu keras kepala. Motormu memerlukan ban-ban baru.

 

Kila

Saya tidak keras kepala.

(Menggelengkan kepala)

Setelah yang Anda dan teman-teman Anda lakukan pada ayah saya, ini reaksi normal yang akan saya berikan pada kalian semua.

 

Marsden

(Menarik satu napas panjang, menghelanya dengan perlahan)

Kila, aku mengerti dan bisa menerima kalau kamu marah padaku, membenciku, tidak ingin apapun dariku. Tapi, demi keselamatanmu, untuk kali ini saja, biarkan aku membantumu, dengan membelikan ban baru untuk motormu.

 

Kila

Kenapa Anda ingin membantu saya?

 

Marsden tidak bisa memberikan jawaban.

 

Kila

Biar aku tebak. Satu. Untuk mengurangi rasa bersalah yang Anda rasakan. Dua. Berharap dosa-dosa Anda berkurang. Tapi sebenarnya, keduanya saling berhubungan.

 

Marsden

Kila….

 

Kila

Atau, Anda merasa apa yang Anda dan teman-teman Anda lakukan pada ayah saya, belum cukup? Hingga Anda ingin mempermalukan saya dengan berpura-pura ingin membantu saya?

 

Marsden

(Menghela napas panjang)

Demi Tuhan, Kila, aku sama sekali tidak mempunyai maksud untuk merendahkan atau mempermalukanmu. Aku hanya ingin membantumu.

 

Kila

(Menggeleng)

Anda berharap saya mempercayai kata-kata, Anda, Tuan Marsden?

 

Marsden

Kila….

 

Kila

(Menggeleng)

Tolong. Pergi. Jangan pernah lagi mengganggu saya dan keluarga saya.

 

Marsden

Kila….

 

Kila

Lain kali Anda melihat atau bertemu saya, abaikan saya, seperti Anda mengabaikan orang asing yang Anda temui di jalan. Karena itu yang akan saya lakukan, jika saya melihat Anda di kemudian hari.

 

Marsden tahu dia layak menerima hinaan dari Kila, dan lebih banyak lagi.

Tapi tetap saja, kata-kata Kila melukai hati Marsden.

Rahang Marsden mengeras. Kedua tangan Marsden yang masih berada dalam saku celana, mengepal. Tak ingin mengatakan sesuatu yang bisa menyakiti Kila, serta dia sesali nantinya, Marsden menarik dan menghela beberapa napas panjang.

 

Marsden

Baiklah, Kila, kamu akan mendapatkan keinginanmu. Aku tidak akan lagi mengganggumu, juga keluargamu. Dan lain kali kita bertemu, aku akan bersikap layaknya orang asing yang tidak pernah melihat, bertemu atau mengenalmu.

 

Kila

(Menganggukkan kepala)

Bagus.

 

Marsden menatap Kila dengan tajam.

Kila membalas tatapan tajam Marsden.

Selama beberapa saat, mereka berdua saling beradu pandang.

Hingga Marsden memutuskan untuk mengalah.

 

Marsden

Selamat tinggal, Kila.

 

Marsden menunggu beberapa detik, menunggu Kila mengatakan sesuatu padanya. Saat menyadari Kila tidak akan mengatakan apa-apa, Marsden berbalik, meninggalkan Kila dalam langkah panjang dan cepat.

 

Kila

Dia benar-benar marah. Kata-kataku mengenai egonya.

(Diam sejenak)

Baguslah. Dia dan egonya memang layak mendapatkan itu.

 

Penambal Ban

Mbak?

 

Kila berbalik, menghadap penambal ban.

 

Kila

Iya, pak?

 

Penambal Ban

Ban-nya jadi ditambal?

 

Kila

(Mengangguk)

Jadi, Pak.

 

Kila kembali duduk di bangku kayu kecil, menatap penambal ban yang memotong-motong karet untuk menambal ban motornya.

Kila melingkarkan kedua tangan di tas punggung yang ada di pangkuannya. Dagu Kila menempel disana.

 

Kila

Seharusnya aku lebih mengendalikan emosi. Seharusnya, aku berpikir panjang sebelum mengatakan semua itu pada Marsden.

(Menghela napas berat)

Terlambat. Aku sudah mengeluarkan semuanya. Semoga saja, dia tidak melakukan sesuatu yang akan menimbulkan masalah baru untukku.

(Menghela napas panjang)

 

Penambal Ban

Mbak?

 

Kila mengangkat kepala, menatap penambal ban yang menatapnya dengan campuran kasihan dan bingung.

Kila

Iya, pak?

 

Penambal Ban

Mbak baik-baik saja?

 

Kila

(Menganggukkan kepala, memberikan senyum tipis pada penambal ban)

Iya, pak. Saya baik-baik saja. Terima kasih.

 

Penambal ban menatap Kila sesaat, lalu melanjutkan pekerjaannya, menambal beberapa sobekan di ban dalam motor Kila.

 

Kila kembali meletakkan dagu di atas tas punggung yang dia peluk.

 

Kila

Setidaknya, setelah ini, aku tidak perlu lagi memikirkan atau mengkawatirkan apa yang akan terjadi kalau aku bertemu lagi dengan Marsden. Jika aku harus mengantarkan pesanan makanan untuk Marsden, seperti tempo hari, aku akan bersikap hormat namun menjaga jarak.

(Menganggukkan kepala)

Yah, aku akan melakukan itu, dan semuanya akan baik-baik saja.

(Menghela napas panjang)

Semoga.

CUT

 

16.     Kantor – Ruangan Marsden dan Darian – Pagi

 

Marsden memasuki ruangan, dengan wajah masam dan kaku.

 

Darian

Mood-mu sedang jelek.

 

Marsden

(Menatap Darian sejenak, menggumamkan)

He-em.

 

Jari-jari Darian mempermainkan highlighter berwarna kuning di tangan kanannya. Mata Darian mengamati Marsden yang melangkah ke mejanya, duduk, mengeluarkan laptop dari tas berwarna coklat tua, dan menyalakannya.

 

Darian

Apa yang kamu alami pagi ini hingga wajahmu begitu masam dan mood-mu jelek?

 

Marsden menggelengkan kepala, isyarat untuk Darian kalau dia tidak mau membicarakan, kejadian menyebalkan yang dia alami, sekitar satu jam lalu.

 

Darian

Begitu Wina memberitahu kalau kamu sedikit terlambat, tapi tidak memberitahu alasannya, aku jadi khawatir. Takut terjadi sesuatu yang buruk padamu, atau Marshall, atau keluargamu lainnya. Aku langsung meneleponmu. Tapi kamu tidak menjawab teleponku. Kamu juga tidak balik meneleponku. Semua pesan yang aku kirimkan, tidak ada satupun yang kamu balas. Sekarang, kamu muncul dengan wajah masam dan mulut terkatup rapat. Tidak mau memberi sedikit penjelasan, bahkan untuk meredakan kekhawatiranku.

 

Marsden

Maaf, Ian. Aku sungguh tidak ingin membicarakan apa yang aku alami pagi ini.

 

Darian

(Menganggukkan kepala)

Baiklah. Aku tidak akan mengganggumu. Kamu bisa mulai bekerja.

(Menunjuk tumpukan berkas di atas meja)

Demikian juga aku.

 

Di sela-sela pekerjaannya, Darian menyempatkan diri mengamati Marsden yang bekerja dengan begitu serius.

 

Darian

(Mengatakan pada benaknya)

Apa yang Mars alami tadi pagi hingga dia semarah ini? Aku yakin bukan tentang pekerjaan. Tapi, apa?

 

Sebuah nama memasuki benak Darian.

Detik berikutnya, bibir Darian menyunggingkan senyum lebar.

CUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar