2. Dua : Peristiwa Itu

 

3.     Apartemen - Sudut Halaman Apartemen – Malam

 

Kila melompat ke atas motor yang menjadi teman baiknya hampir sembilan tahun.

Kila menempelkan dahi di kaca speedometer, menarik satu napas panjang, dalam, lalu menghembuskannya dengan cepat. Kila melakukannya sekali lagi, mengulanginya lagi, sampai ketegangan yang dia rasakan lumayan berkurang dan dadanya tidak terlalu sesak.

 

Kila

(Bebicara dengan suara lirih)

Kalau saja aku tahu orang yang memesan adalah pengacara itu, aku akan meminta tolong Limar untuk mengantarkan pesanan tadi.

(Menarik satu napas panjang melalui hidung, menghembuskannya lewat mulut)

Syukurlah sudah selesai. Semoga, ini terakhir kalinya aku melihat dan bertemu dengan pengacara itu. Juga pengacara yang satu lagi.

 

Kila mengangkat kepala, menengadahkan wajah hingga matanya bisa menatap gelapnya langit malam.

 

Kila

Tuhan, Engkau tahu apa yang aku rasakan pada kedua pengacara itu, juga orang yang membayar mereka, karena apa yang mereka lakukan pada bapak. Dan bagaimana aku tidak ingin melihat mereka lagi. Karena itu, Tuhan, biarkan pertemuan tadi menjadi terakhir kalinya aku bertemu mereka. Tolong, Tuhan, kabulkan permintaanku ini.

 

Ditemani segumpal gelisah yang menolak pergi dari hatinya, Kila meninggalkan komplek apartemen. Bersama motor yang lumayan butut, Kila menembus jalanan yang lumayan padat. Masih ada dus paket makanan yang harus Kila kirimkan.

CUT

 

4.     Apartemen – Ruang Tamu Apartemen Marsden – Malam

 

Di ruang tamu apartemen, Marsden duduk di sofa suede berwarna abu-abu tua. Mata Marsden tertuju ke meja kaca di depannya, pada tiga kotak makanan di atasnya.

Perut Marsden berulang kali bergemuruh, menyuarakan rasa lapar. Tapi Marsden tidak beranjak dari sofa untuk meraih makanan di hadapannya.

Rasa lapar Marsden telah hilang sepenuhnya. Demikian juga keinginan Marsden untuk menikmati makan malam dengan nyaman bersama Marshal, sambil menonton TV. Semua ini karena pertemuan tak terduga dengan Kila.

Kini, yang memenuhi benak Marsden adalah, berbagai pertanyaan tentang Kila.  

 

Marsden

Kenapa Kila bekerja di Tasty en Cozy?

Apa dia tidak lagi bekerja di kantor sekuritas itu? Kenapa?

(Marsden mengernyit saat satu kemungkinan memasuki benaknya)

Apa Kila, tidak lagi bekerja di sana, karena kasus ayahnya?

(Menghembuskan napas berat nan panjang, saat menyandarkan kepala di sandaran sofa)

Atasan dan rekan-rekan kerja Kila kawatir, kasus hukum yang menjerat ayah Kila, akan mencoreng nama baik kantor mereka. Entah apa yang mereka lakukan, atau katakan pada Kila, hingga membuat Kila mengundurkan diri. Dan terpaksa bekerja di Tasty en Cozy,

sebagai pengantar makanan.

 

Marsden

Sejak sidang terakhir itu, pasti banyak hal tidak menyenangkan, buruk, berat yang harus kamu hadapi. Itu sebabnya kamu kehilangan banyak berat badan. Aku, punya andil besar atas semua itu.

 

Marsden menghembuskan napas berat nan panjang. Melakukannya beberapa kali lagi.

 

Marsden

(Mendengus, sambil tersenyum kecut)

Beberapa helaan napas panjang tidak akan bisa mengurangi apalagi menghilangkan rasa bersalahmu, Mars. Atau rasa sesak di rongga dadamu. Satu-satunya yang bisa menghilangkan semua itu adalah pemberian maaf dari keluarga Kila. Tapi, Mars, beranikah kamu menemui keluarga Kila, meminta maaf pada mereka? Jika mereka memintamu melakukan sesuatu sebagai syarat pemberian maaf, dan sesuatu itu bisa menghancurkan masa depanmu, karirmu, keluargamu, terutama Ian, sanggupkah kamu melakukannya?

(Menggeleng-gelengkan kepala)

Tidak. Aku tidak bisa.

(Menghela napas berat dan panjang)

 

Marsden membaringkan diri di sofa. Menggunakan satu bantal sofa berbentuk bulat, untuk menutupi wajah.

 

Marsden

(Berbicara pada benaknya)

Lupakan pertemuan tadi, Mars. Lupakan Kila, keluarganya, segala sesuatu yang berhubungan dengan mereka. Seperti yang kamu lakukan selama enam bulan ini. Lupakan mereka kalau kamu tidak ingin mendapatkan masalah besar yang bisa menghancurkanmu. Mengerti, Mars?

(Menggerakkan kepala, seperti mengangguk)

Ya.

CUT

 

5.     Gedung Pengadilan - Ruang Sidang – Siang

 

Kila berdiri dengan punggung tegak. Jemari tangannya memegang kayu pembatas kursi pengunjung sidang dengan begitu erat hingga membuat ujung-ujung jemarinya begitu pucat. Mata Kila menatap lurus ke depan.

Tidak sedikitpun Kila memberikan perhatian untuk ibu, adik atau kakaknya yang berdiri di sampingnya. Kila tidak melihat bagaimana jemari ibu dan adiknya saling bertaut, bibir keduanya yang tanpa henti menggumamkan untaian doa, atau wajah mereka berdua yang dipenuhi rasa cemas, sekaligus harapan.

Kila juga tidak memperhatikan kakaknya yang berdiri dengan tangan mengepal erat dan rahang terkatup rapat.

Kecuali Hakim Ketua yang sedang membacakan keputusan pengadilan, segala sesuatu yang ada dalam ruang sidang menjadi samar bagi Kila.

Kila tidak menyadari sepasang mata kelam yang sedari tadi menatapnya, mengamatinya, tidak teralihkan walau sekejap.

 

Hakim Ketua

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, serta pernyataan dari para saksi. Pengadilan memutuskan, menyatakan terdakwa Yanuar terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah menurut hukum karena telah menyalahgunakan wewenang dan melakukan tindak pidana Penggelapan Dalam Jabatan. Karena itu, pengadilan memberikan hukuman pidana pada terdakwa Yanuar dengan hukuman penjara selama dua tahun delapan bulan dikurangi masa tahanan….

 

Kila terkulai. Tubuhnya meluncur cepat ke lantai.

 

Marsden berlari ke arah Kila.

 

Terlambat. Tubuh Kila sudah membentur lantai keramik ruang sidang, dengan bunyi ‘duk’ keras.

 

Marsden

Kila!

CUT

 

6.     Apartemen – Ruang Tamu Apartemen Marsden – Malam

 

Marsden terbangun. Mendapati dirinya berbaring di sofa ruang tamu apartemen.

Marsden melempar bantal sofa yang menutupi sebagian wajahnya, lalu duduk. Sedikit membungkuk dan menunduk.

 

Marsden

Hanya mimpi buruk. Syukurlah.

(Menghela napas lega)

 

Marsden menempelkan punggung ke sandaran sofa, menyandarkan kepala, lalu menatap satu titik di langit ruang tamu yang berwarna putih.

 

Marsden

Pertemuan tak sengaja tadi, memunculkan kembali ingatanku akan sidang terakhir Yanuar. Tapi, di sidang terakhir itu Kila tidak pingsan.

(Menggelengkan kepala. Bibir Marsden membentuk senyum miring)

Kila tidak pernah pingsan di semua sidang Yanuar.

 

Sambil menatap satu titik di langit ruang tamu, benak Marsden mengulang kembali apa yang terjadi di sidang terakhir Yanuar, ayah Kila, hampir tujuh bulan lalu.

CUT

 

7.     Gedung Pengadilan - Ruang Sidang – Siang

 

Hakim Ketua membacakan putusan pengadilan yang memutuskan Yanuar bersalah dan dijatuhi hukuman.

Ibu Kila jatuh pingsan.

Suasana ruang sidang menjadi gaduh.

Kegaduhan mereda setelah Arya, kakak Kila, membopong ibunya meninggalkan ruang sidang, dibantu dua pengunjung sidang.

Tiara, adik Kila, sambil terisak dan airmata terus berjatuhan ke pipinya, berjalan cepat mengikuti rombongan yang membopong ibunya.

 

Sedangkan Kila, dia tidak beranjak dari tempatnya berdiri.

Mata Kila mengikuti rombongan kecil yang meninggalkan ruang sidang. Begitu mereka semua menghilang di balik pintu ruang sidang, Kila mengembalikan pandangannya pada Hakim Ketua, kembali mendengarkan dengan serius putusan pengadilan yang dibaca Hakim Ketua.

 

Kila sama sekali tidak menyadari beberapa pasang mata yang mengamatinya.

 

Marsden

(Berkata pada benaknya)

Kamu menghadapi ini dengan baik, Kila. Kamu berhasil mengendalikan rasa sedih, khawatir, kecewa, kalah dan marah yang kamu rasakan, dan membuat dirimu tetap tegak berdiri. Tidak semua orang bisa melakukannya. Kamu wanita yang hebat dan tegar, Ki.

(Bibir Marsden membentuk senyum tipis. Sementara kedua mata kelamnya menggambarkan rasa bangga, kasihan, serta rasa bersalah yang Marsden rasakan)

 

Mata Marsden tidak beralih dari Kila.

 

Hakim Ketua meninggalkan ruang sidang.

 

Kila mengarahkan pandangannya pada Marsden dan Darian. Menatap keduanya dengan mata yang diselimuti amarah, kebencian.

 

Sorot di kedua mata Kila membuat Marsden tanpa sadar mengambil satu langkah ke belakang. Dan Marsden merasakan firasat tidak enak. Bahwa dia, akan membayar semua ini, dengan mahal.

 

Marsden

(Mendengar bisikan hatinya)

Entah kapan, dengan cara apa, karma akan memaksamu membayar kejahatanmu pada mereka. Dan kamu, Marsden, akan membayarnya dengan sangat mahal.

CUT

 

8.     Apartemen – Ruang Tamu Apartemen Marsden – Malam

 

Marsden

Hah!

(Menghembuskan napas berat dengan cepat. Menegakkan punggung)

Cukup, Mars. Berhenti mengingat peristiwa yang sudah berlalu. Jangan pula menghadirkan Kila, atau keluarganya dalam hidupmu. Hapus segala hal yang berhubungan mereka, seperti yang kamu lakukan selama ini. Jangan biarkan pertemuan tak terduga tadi mengacaukan hidupmu, Mars.

(Mengangguk)

 

Marsden berdiri, berjalan menuju kamarnya, tanpa sedikitpun melirik tiga kotak makanan di atas meja.

Marsden sedang membuka pintu kamarnya saat Marshall keluar dari kamar mandi.

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar