Mata Matarri
10. Bagian #10

55  INT. RUANG TENGAH - RUMAH NENEK DADALI - MALAM

Malam hening.

Nenek Dadali duduk di kursi makannya dalam diam.

Keadaan meja makan nampak kosong. Hanya ada piring dan sendok di depannya, tapi di tempat biasanya Matarri duduk, tak ada apa-apa.

Daris sisi duduknya, Nenek Dadali juga melihat suasana kamar Matarri yang sudah kosong dan rapi.

Lalu, Nenek Dadali makan dalam suasana sendirian. Suasana rumah nampak sangat sepi. Dua cicak di atas langit-langit memilih tak begerak.

Di satu jeda, Nenek Dadali menghentikan gerakannya, entah kenapa, matanya pelan-pelan berpaling pada foto besar dua anaknya.

CUT                


56  EXT. RUANG TENGAH RUMAH NENEK DADALI – SIANG - FLASHBACK

Andaru nampak gembira mematut diri di depan kaca. Ia baru saja diterima sebagai pegawai kelurahan.

Manjari memperhatikan dari jauh adiknya.

Lalu terdengar suara Nenek Dadali yang duduk di dekatnya.

NENEK DADALI
Kenapa kamu gak bisa memilih jalan seperti adikmu saja? Kita bukan siapa-siapa, bukan pula orang berpunya. Jangan terlalu memilih jalan hidup yang sulit... yang tak biasa... 

Manjari diam sejenak.

MANJARI
Aku bukan siapa-siapa bila tak menjadi diriku sendiri, Ibu.

NENEK DADALI
Apa kamu juga bepikir adikmu itu bukan siapa-siapa atas apa yang diraihnya sekarang?

MANJARI
Bukan itu maksudku, Ibu!
Ah, sudahlah, bertahun-tahun aku mencoba menjelaskan semuanya pada Ibu, toh juga tak membuat Ibu memahaminya!


Manjari kemudian pergi meninggalkan rumah. Di bawah tatapan Nenek Dadali dan Andaru.

CUT


57  EXT. JALANAN – MALAM - FLASHBACK

Malam menunjukkan waktu 5 tahun lalu.

Kendaraan berlalu lalang. Andaru menuntun sepedanya di tepian jalan, sampai dua buah mobil nampak saling bertabrakan. Salah satu mobil nampak kehilangan kendali, dan secara mengejutkan bergerak mengarah pada Andaru.

Suara decit mobil menggesek tanah.

Andaru hanya bisa terbelalak dan berteriak.

CUT


58  EXT. RUMAH NENEK DADALI – MALAM - FLASHBACK

START OF MONTAGE

1. Bendera lelayu di depan halaman rumah Nenek Dadali.

2. Di halaman rumah Nenek Dadali nampak tratak dan beberapa pengunjung.

3. Foto Andaru di depan pintu.

4. Nenek Dadali duduk dalam diam di sebelah peti mati.

5. Beberapa tamu datang memberi ucapan duka cita.

6. Pak RT mendekati Nenek Dadali

PAK RT
Apakah kita masih akan menunggu Manjari? Ini sudah waktunya disemayamkan, Nek...


END OF MONTAGE

Nenek Dadali masih masuk duduk dalam diam. Beberapa kali ia melempar pandangannya ke arah pintu. Tapi tak ada siapa-siapa lagi yang muncul di pintu.

CUT


59  INT. RUANG TENGAH RUMAH NENEK DADALI - MALAM

Nenek Dadali terdiam. Air matanya jatuh.


SLOW MOTION.

Sendok di tangan Nenek Dadali terlepas ke lantai, disusul jatuhnya tubuh Nenek Dadali...

CUT


60 EXT. JALAN DI DEPAN RUMAH NENEK DADALI – MALAM

Pak RT sedang melakukan ronda dengan Koh Hadi, Bimo (40 tahun) dan Pak Subur (45 tahun).

Mereka berjalan beriringan sambil sesekali memukul kentongan.

BIMO
Malam ini dinginnya gak kira-kira...

PAK SUBUR
Betul, seperti mau hujan deras saja...

Mereka sampai di depan rumah Nenek Dadali.

PAK RT
Eh, kenapa sudah malam begini lampu rumah Nenek Dadali masih menyala?

KOH HADI
Iya, yaaa, gak biasanya...


Keempatnya segera beranjak mendekat ke pagar.

PAK RT
Nek... Nenek Dadali... Apa masih belum tidur?


Tak ada reaksi.

Bimo memutuskan membuka pagar.

BIMO
Nek... Nenek...

KOH HADI
Nek... Nenek Dadali...


Koh Hadi naik ke arah teras, dan melongok ke kaca jendela. Seketika wajahnya langsung kaget    

KOH HADI
Nenek Dadali ada di lantai!


Pak RT membuka pintu. Bimo, Koh, Hadi dan Pak Subur bergegas masuk.


SLOW MOTION

START OF MONTAGE

1. Pak RT Menelefon.

2. Ambulan datang

3. Bimo dan Pak Subur menggotong Nenek Dadali.

4. Beberapa warga nampak keluar dari rumah mereka

5. Ambulan meninggalkan desa

END OF MONTAGE

DISSOLVE TO


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar