Mata Matarri
9. Bagian #9

49  INT. RUANG TENGAH – RUMAH NENEK DADALI – MALAM

Nenek Dadali menyelesaikan makannya tanpa bicara. Demikian juga dengan Matarri.

NENEK DADALI
Padra sudah menemukan panti asuhan yang cocok untukmu. Besok ia kan mengantarmu ke sana.


Matarri menghentikan gerakannya. Ia hanya mengangguk.

NENEK DADALI
Kamu mungkin berpikir aku jahat. Tapi sudah kukatakan, aku benar-benar terlalu tua untuk tinggal dengan seseorang. Aku tak ingin direpotkan hal-hal lain, dan juga tak ingin.. merepotkan siapa pun!


Matarri mengangguk lagi.

Nenek Dadali kemudian bangkit dan meninggalkan ruangan.

CUT


50 EXT. DEPAN PANTI ASUHAN TRIBUDI – PAGI

Padra dan Matarri berdiri di depan Panti Asuhan yang merupakan sebuah rumah lama yang tak terawat. Cetnya lusuh dan halamannya nampak tak terurus.

PADRA
Mungkin aku perlu menjelaskan sedikit keadaannya padamu. Rumahnya sudah agak tua, catnya lusuh papan namanya juga sudah tak terlalu terlihat. Nampaknya memang... hmmm, sedikit tak terurus.
Tapi percayalah, aku sudah mencari di sekitar desa kita, dan yang mau menampung sementara, memang hanya panti asuhan ini saja.

MATARRI
Tak apa-apa kalau jelek, Om Padra. Toh aku juga tak bisa melihatnya.


Padra tersenyum.

Lalu membimbing Matarri untuk masuk ke dalam panti.

CUT


51  INT. RUANG TAMU - PANTI ASUHAN TRIBUDI – PAGI

PETUGAS PANTI
Mari saya antar ke kamarnya.


Petugas berjalan dahulu. Padra menggandeng Matarri agar untuk mengikutu petugas itu.

PETUGAS PANTI
Panti Asuhan Tribudi ini sudah berdiri sejak lama, lamaaaa sekali. Tapi saya sendiri lupa kapan tepatnya, karena saya sendiri baru 2 tahun bekerja di sini.


Padra membuat huruf O di mulutnya.

PETUGAS PANTI
Di sini Nak Matarri akan bertemu dengan kawan-kawan dari berbagai daerah. Mereka juga anak-anak yang tidak beruntung, tapi memiliki semangat yang kuat seperti Nak Matarri...


Bertepan itu terlihat di salah satu kamar, terlihat beberapa anak nampak bermalas-malasan. Dari wajah mereka sekali bila mereka tidak berbahagia, beberapanya bahkan nampak berwajah nakal.

Padra diam-diam hanya menyentuh dadanya.

Mereka kemudian sampai di sebuah kamar.

PETUGAS PANTI
Nah, ini kamarnya. Silakan langsung masuk saja, Nak Matarri.


Padra menggandeng Matarri masuk. Ia mengamati sekelilingnya. Ada 4 tempat tidur di dalam kamar. Semuanya nampak acak-acakan. Hanya 1 yang nampak sudah dirapikan.

PETUGAS PANTI
Maafkan kami kalau keadaannya tak terlalu rapi. Tahun ini kami kehilangan banyak donatur, sehingga tak bisa membayar petugas bersih-bersih. Harap maklum...


Padra hanya bisa mengangguk.

Petugas Panti kemudian meninggalkan Padra dan matarri berdua saja.

Padra sempat mengecek kamar mandi, jendela dan lainnya. Sebelum akhirnya membimbing Matarri duduk di tepi pembaringannya.

PADRA
Kamar mandi ada di sebelah kirimu! Jendela ada di belakang, tapi kamu gak bisa membukanya karena sudah dimatikan engselnya. Semuanya, hmmm, walau tak terlalu sempurna, cukup... baik...


Matarri mengangguk.

MATARRI
Aku merasa tempatnya pasti menyenangkan. Makasih, Om Padra.


Padra hanya bisa diam.

PADRA
Oya, kalau kamu membutuhkan sesuatu hubungi saja Om. Ini nomornya.
(Padra menyerahkan kartu namanya)


Matarri menerimanya, dengan gestur ragu.

MATARRI
Apakah... aku boleh meminjam hp Om Padra? Aku belum mengabari Ayah kalau pindah ke sini...

PADRA
Tentu.
(Langsung mengeluarkan ponsel dari jaketnya)
Kamu ingat nomornya?

MATARRI
Nomornya? Aaah... aku mencatatnya di rumah di Jakarta, tapi tak membawanya ke sini...

PADRA
Sama sekali gak ingat?

MATARRI
Mungkin... aku bisa menghubungi media sosialnya saja. Walau Ayah tak terlalu aktif, tapi kadang ia membukanya...


Padra membuka Facebook, lalu mencarinya.

PADRA
Sudah kutemukan akunnya. Manjari, penulis, 45 tahun, tinggal di Jakarta....

MATARRI
Betul, betul, Om...
(Mengangguk-angguk)
Bisakah Om mengirimkan pesan untukku?


PADRA
Kamu bilang saja, nanti Om langsung mengetiknya untukmu.

MATARRI
(Berpikir sejenak)
Ayah aku sudah tidak tinggal di rumah Nenek. Aku di panti Asuhan Tribudi. Bila urusan Ayah sudah selesai, segera jemput aku ya...


Padra mengetikkannya.

PADRA
Sudah?


Matarri mengangguk.

PADRA
Kalau begitu Om kirim sekarang. Nah, sudah terkirim. Semoga ayahmu segera membacanya.


Matarri tersenyum senang.

CUT


52  EXT. DEPAN RUMAH NENEK DADALI – SIANG 

Dengan sepedanya masing-masing, Upis dan Momoa datang ke rumah Nenek Dadali. Mereka memanggil-manggil Matarri. Tapi sampai beberapa kali panggilan, tak ada sahutan sama sekali.

Tak lama, Nenek Dadali yang keluar.

NENEK DADALI
Matarri tak lagi tinggal di sini! Ia sudah pindah ke panti asuhan!

           

Upis dan Momoa saling pandang tak percaya.

Mereka nampak ingin bertanya lagi, tapi Nenek Dadali kadung kembali masuk ke dalam rumahnya.

UPIS
Yaaah, kasian banget Matarri. Kamu tahu kan di panti asuhan itu makannya dibatasi, kadang makan cuma makan nasi sama kecap.

MOMOA
Aku juga sering makan nasi pakai kecap.

UPIS
(Menatap tak percaya)
Serius?

MOMOA
Iya makan nasi pakai kecapnya aja, ntar ayamnya dijambal belakangan...

UPIS
Ih, Momoa! Kamu ya! Di panti gak pake ayam! Tempe juga gak ada!


Mulut Momoa terbuka nampak tak percatya.

MOMOA
Trus sekrang kita gimana dong?


CUT


53  INT. RUANG TAMU - PANTI ASUHAN TRIBUDI – SIANG

Mamao dan Upis datang ke panti asuhan. Mereka menemui Pengurus Panti

PENGURUS PANTI       
Karena ini hari pertama Nak Matarri, kalian masih boleh menemuinya sekarang. Tapi nanti kalau sudah berjalan waktu sekolahnya, kalian tak bisa seenaknya datang ke sini!


Upis dan Momoa mengangguk

CUT


54  EXT. HALAMAN PANTI ASUHAN TRIBUDI – SIANG

Matarri, Upis dan Mamao duduk di kursi taman yang tak terawat. Pohon-pohon nampak layu dan kolam ikan di depan mereka nampak sudah setengah airnya dengan menyisakan ikan-ikan kecil saja.

UPIS
Kenapa kamu setuju pindah ke sini?

MOMOA
Iya, kenapa?

UPIS
Padahal aku dengar-dengar, katanya Nenek Wanda mau kog kamu tinggal di rumahnya.

MATARRI
(Tersenyum)
Gak papa kog. Yang penting gak ada yang direpotankan karena aku.

UPIS
Apa kamu sudah punya teman di sini?

MOMOA
(Setengah berbisik)
Aku tadi melihat anak-anaknya serem-serem.

MATARRI
(Tersenyum)
Kalau belum kenal ya memang keliatan agak serem, tapi nanti aku yakin semua akan baik-baik kog.

UPIS
Kami akan sering-sering ke sini!

MATARRI
Jangan! Jaraknya kan jauh dari desa, nanti orang tua kalian...

UPIS
Dekat kog! Aku dan Momoa sudah sering bersepeda sampai ke sini...

MOMOA
Asal pulangnya mampir makan batagor!
(Nyengir lebar)


CUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar