63. INT. RUMAH ARCHEN. LABORATORIUM - PAGI
Reffrain sedang membereskan peralatannya. Dia terlihat murung.
ARCHEN
Kenapa masih di sini?
Semuanya udah beres, kan?
REFFRAIN
Ya.
Cuma nge-check kalau ada yang kelupaan.
Aku nggak mau ngerepotin profesor kalau sampai ada yang salah.
ARCHEN
(mengangguk)
Aku tunggu di depan ya.
REFFRAIN
(mengemasi peralatannya, tidak melihat Archen)
Ya.
Archen agak heran melihat Reffrain, lalu pergi.
CUT TO :
64. INT. BANDARA. RUANG TUNGGU KEBERANGKATAN - PAGI
Reffrain duduk tak jauh dari Archen, masih sedih.
JUMP CUT TO :
Rombongan Archen melewati pintu keberangkatan, tapi Reffrain diam-diam mundur, lalu bergegas pergi.
FADE OUT & FADE IN :
REFFRAIN (V.O)
Aku kabur dari Archen.
(jeda)
Beberapa hari sebelumnya, Detektif Arsa menemuiku di rumah.
Bilang kalau dia detektif yang diminta ayah menyelidiki klien Archen.
Dia juga kasih tau bukti kecurangannya.
Beberapa dokumen palsu terkait proyek di gua.
Aku mau bantu penyelidikan dengan mencari informasi apapun itu di ruang kerja Archen.
DISSOLVE TO FLASHBACK :
65. INT. RUMAH ARCHEN. RUANG KERJA ARCHEN - MALAM
Reffrain menyelinap ke dalam ruangan yang gelap gulita, lalu menggeledah lemari Archen. Dia melihat berkas menggunakan senter kecil.
REFFRAIN (V.O)
Ada banyak dokumen identitas palsu.
Reffrain memotret dokumen itu menggunakan ponsel.
REFFRAIN (V.O)
Tapi besoknya, ponselku hilang.
CUT TO :
66. INT. RUMAH ARCHEN. KAMAR REFFRAIN - PAGI
Reffrain mencari ponsel, tapi tidak juga menemukannya. Dia terduduk di tempat tidur, mencoba mengingat.
REFFRAIN (V.O)
Dan aku nggak punya salinan kontak detektif itu.
Aku lumayan sering kehilangan barang karena lupa naruhnya.
Tapi waktu itu, aku pikir itu ulah anak buah Archen.
FADE OUT & FADE IN :
REFFRAIN
Oh iya. Gimana keadaan Detektif Arsa?
DEVA
Udah baikan.
Anne cuma bius dia sebelum kabur.
(bersandar di kursinya)
Tapi Anne nggak ikut menyerah sama Tomy.
Tomy bilang dia kabur dari Anne, waktu mereka nunggu orang yang bantu siapin identitas baru.
Rencananya mau pergi lewat pelabuhan.
(jeda)
Tomy tahu Anne nggak mungkin setuju sama idenya,
Anne lebih suka cari aman.
Mungkin dia pikir Tomy kabur buat ngejar kamu lagi.
Lebih baik buat Tomy kalau Anne mengira dia masih ada di pihak Archen.
Karena keputusan Tomy menyerah risikonya tinggi, kalau sampai Archen tau dia yang bongkar kejahatannya.
Reffrain mengerti, lalu tampak ingin mengatakan sesuatu tapi menahannya.
ANDIEN
Tentang transaksi ilegal,
Seberapa banyak yang kamu tau?
REFRRAIN
Itu ...
(memikirkannya, lalu melihat Andien dan Deva sebentar)
Sebenernya aku bohong.
Semua tersentak penuh tanya melihat Reffrain.
REFFRAIN
Aku cuma mengarang ceritanya.
Itulah kenapa polisi nggak nemuin apapun.
DEVA
Maksud kamu—
REFFRAIN
Tapi aku memang lihat plat nomor mobil yang mau pergi lewat jalur itu.
ANDIEN
Buat apa bohong?
(masih tidak mengerti dengan pemikiran Reffrain)
REFFRAIN
(menghela napas)
Aku kabur dari bandara,
Aku pikir Archen nggak akan ngejar karena udah beli tiketnya.
(jeda)
Aku udah rencanain itu sebelumnya.
Tapi tentang telfonnya, baru hari itu.
Aku pikir aku harus buat alibi.
DEVA
Alibi?
REFFRAIN
Ya.
(menghela napas lagi, mencoba menenangkan perasaannya, melihat Deva)
Aku orang dibalik insiden kembang api itu.
Deva, Andien dan Lucky tersentak.
DEVA
Maksudmu ...
Kamu yang rencanain itu semua?
Reffrain mengangguk.
DEVA
Dan melakukan sabotase?
Reffrain mengangguk lagi.
DEVA
(masih tidak mengerti, berubah waspada)
Kenapa?
REFFRAIN
574 korban tewas karena Elevenium.
Apa kakak pernah lihat mayatnya?
DEVA
Seenggaknya aku pernah lihat itu di TV.
REFFRAIN
Artinya cuma lihat gambarnya?
DEVA
Ya. Tapi pihak rumah sakit mengonfirmasi beritanya, kan?
REFFRAIN
Yang jelas ada 574 orang.
Apa yang kakak pikirkan tentang 574?
DEVA
Jumlah korban?
REFFRAIN
Lebih spesifik lagi.
Lucky tercekam melihat perubahan ekspresi di wajah Reffrain.
ANDIEN
Angka.
(lalu melihat Reffrain)
REFFRAIN
(tersenyum)
Angka.
Siapapun bisa bermain-main sama angka.
ANDIEN
Kamu memanipulasi datanya?
REFFRAIN
Bukan.
Tapi aku kenal orang yang bisa lakuin itu.
Deva masih menunggu kata-kata selanjutnya dari Reffrain.
REFFRAIN
Dokter Harris.
DEVA
(tersentak)
Kepala dokter yang bertanggung jawab atas kasus Elevenium?
REFFRAIN
(mengangguk)
Dokter Harris pernah nawarin aku kerja di lab-nya.
Penelitian terbaru yang berhubungan sama radioaktif.
Dia dengar cerita tentang Elevenium dari ayah.
Dokter Harris ragu sama kegiatan Archen waktu itu,
Jadi ayah menyewa Detektif Arsa untuk menyelidikinya.
(terenyak sedih, mengingat ayahnya)
Aku nggak terima tawaran dari Dokter Harris.
Karena udah nyaman di lab. Archen.
Lucky memikirkannya.
REFFRAIN
Tapi setelah ayah meninggal ...
Aku nggak bisa nemuin ponsel ayah.
Dan tiba-tiba semua seperti ada hubungannya.
Kalau Archen bisa menyembunyikan semua kecurangannya,
Mungkin juga nggak sulit buat dia nyembunyiin pembunuhannya.
DEVA
Pertanyaannya, kenapa kamu bohong ke semua orang?
Kalau mayat-mayat itu palsu.
Gimana sama Radiasi?
Apa kamu juga punya kenalan orang yang ngukur radiasinya?
REFFRAIN
Jumlah radiasi yang terukur itu asli.
Dan yang meledak itu memang Elevenium.
Cuma beda dari yang dijual Archen.
Sewaktu masih di udara Elevenium itu sama berbahayanya.
Radiasi yang terukur akurat.
Tapi waktu mencapai tubuh manusia, sistem tubuh manusia itu sendiri yang melemahkannya.
Dokter Harris yang bantu aku buat itu.
DEVA
Oke.
Mungkin buat orang sehat nggak seberbahaya itu.
Gimana sama orang yang pertahanan tubuhnya lemah?
REFFRAIN
(lalu melihat Deva)
Bahkan buat orang yang sakit parah pun efeknya nggak akan lebih dari bercak kemerahan.
DEVA
Syukur kalau itu emang ada di penelitian kamu.
Eleveniummu itu buat kami pingsan di pinggir jalan.
Reffrain tersentak, menyesalinya.
ANDIEN
Ada yang meninggal karena coba cegah pemabuk keluar ke jalan raya.
REFFRAIN
Itu di luar skenarioku.
Kami cuma minta dia keluar, tapi dia malah mabuk.
DEVA
Dan alkohol bisa memperparah bercaknya?
REFFRAIN
Tapi dia selamat.
Aku tau kakek itu meninggal.
Ada hal-hal yang kadang buat aku merasa bersalah.
DEVA
Kamu menipu banyak orang, Reffrain.
REFFRAIN
Karna Archen udah nipu aku habis-habisan.
(mengalihkan pandangan, kesal)
DEVA
Kalau gitu Archen yang seharusnya kamu tipu, bukan kami.
Atau warga ibukota.
Presiden.
(tidak habis pikir melihat Reffrain)
REFFRAIN
Jadi aku bakal dipenjara karena penipuan?
Apa nggak ada yang lihat gimana Archen menipu negaranya sendiri?
Menambang dengan izin palsu sama dengan mencuri.
Deva terenyak.
ANDIEN
Dan berapa tepatnya tim yang kamu bentuk buat kekacauan ini?
Siapa yang bayar orang-orangnya?
REFFRAIN
Sebagian Dokter Harris yang ngurus.
Tapi orang-orang yang menyabotase dan memasang peluncur kembang api di kota, aku nggak perlu bayar.
Deva tampak lelah untuk menebak apa yang selanjutnya dikatakan Reffrain.
REFFRAIN
Orang seperti Archen nggak mungkin nggak punya musuh.
Untungnya, mereka mau kerjasama buat jatuhin Archen.
Tapi aku udah janji nggak akan kasih tau namanya.
Hening.
REFFRAIN
(melihat Deva dan Andien bergantian)
Pasti sekarang kalian pikir aku udah gila.
Andien tersentak.
REFFRAIN
Mungkin aku memang gila karena kehilangan ayah.
(menahan air matanya)
DEVA
Gue juga kehilangan orang tua karena kecelakaan.
Reffrain lalu melihat Deva.
DEVA
Tapi bukan berarti kita bisa melampiaskan semuanya ke orang lain.
Apalagi yang nggak ada hubungannya sama permasalahan kita.
REFFRAIN
Sekarang terserah.
Kalau kalian mau nangkap aku.
(berdiri, menghampiri pintu, lalu berhenti menoleh melihat Deva)
Aku nggak akan kabur.
(lalu pergi ke luar ruangan)
POV ANDIEN : Reffrain bersandar di pagar yang menghadap ke jalan.
ANDIEN
(lalu melihat Deva)
Lo harus inget, dia masih lima belas tahun.
DEVA
Siapa yang inget dia anak lima belas tahun dengan rencana sebesar itu?
Gue bakal maklum kalau itu sekedar rencana.
Mungkin dia bisa jadi penulis novel.
Andien tidak habis pikir, tapi masih terlihat sedih.
DEVA
Dia eksekusi rencananya.
Bahkan memengaruhi orang sekelas Dokter Harris.
ANDIEN
(mengalihkan pandangan)
Mungkin itu emang kelasnya.
Deva masih tidak setuju.
SFX : Dering ponsel Deva.
Deva menjawab panggilan itu tanpa melihat penelfonnya.
DEVA
Halo.
MAHENDRA (O.S)
Deva.
DEVA
(tersentak melihat ponselnya sebentar)
Ya, Pak.
(melihat Andien yang juga melihatnya, lalu beranjak dari duduk mengambil jarak)
MAHENDRA
Bawa anak itu ke sini sekarang.
Deva tersentak.
CUT TO :
Deva mencabut bunga plastik dari busa berwarna hitam di dalam pot, lalu mengambil alat penyadap. Dia terenyak melihatnya.
CUT TO :
DEVA
Gue ...
Sebenernya gue masih agen aktif BIN.
Andien terenyak memikirkannya.
DEVA
Maaf.
Gue bisa jelasin ini nanti—
ANDIEN
Bahkan lo juga bohongin gue, Deva.
(tidak habis pikir melihat Deva)
Deva tidak tahu lagi harus berkata apa.
CUT TO :
67. EXT. KOMPLEK PERKANTORAN. KORIDOR - MALAM
Andien, Deva, Lucky dan Reffrain berjalan bersama.
REFFRAIN
Kakak nggak punya borgol?
DEVA
Ada.
Reffrain melihat Deva sebentar.
DEVA
Tapi ada dua orang yang harus diborgol sekarang.
Andien masih terlihat kesal.
CUT TO :
68. EXT. KOMPLEK PERKANTORAN. TEMPAT PARKIR - MALAM
Andien, Deva dan Reffrain masuk ke dalam mobil Deva.
DEVA
(heran melihat kursi belakang)
Mana Lucky?
(lalu melihat Lucky masuk dan duduk di kursi di sampingnya)
Lucky menutup pintu dari dalam.
DEVA
(melihat botol minuman di tangan Lucky)
Lo beli kopi?
LUCKY
(lalu melihat Deva)
Sekali aja.
DEVA
Siapa yang bilang lo boleh minum kopi?
LUCKY
Aku juga mau kerja malam.
(bersandar di kursi, membuka tutup botol di tangannya)
DEVA
Nggak nggak.
Buat gue aja.
Deva meraih kopi dari tangan Lucky, tapi Lucky menjauhkannya.
LUCKY
(memohon pada Deva)
Sekali aja, Kak.
Cuma kopi juga.
DEVA
Gue bilang nggak ya nggak.
Lucky sewot.
Andien melihat Lucky menutup lagi botol kopi, lalu memberikannya pada Deva.
Deva meletakkan kopi itu di sisinya.
CUT TO :
69. EXT. JALAN RAYA. MOBIL DEVA - MALAM
Deva menyetir, sambil melihat Lucky sebentar.
Lucky tampak sedih, menyandarkan kepala di jendela.
Deva mengetukkan sebotol kopi di tangan Lucky. Lucky melihat kopi itu lalu Deva.
CUT TO :
Lucky menghabiskan kopinya.
LUCKY
Enak juga.
Deva melirik Lucky sebentar.
LUCKY
Masa mau bilang nggak enak?!
DEVA
Pasti ini bukan yang pertama.
Andien tersenyum saja mendengarnya, sementara Reffrain memperhatikan Deva dan Lucky bergantian.
LUCKY
Udah kayak aku minum-minuman keras aja ngomongnya.
DEVA
(sambil fokus menyetir)
Lo pikir kopi itu nggak keras?
Nggak baik buat lambung lo.
Lucky mengangguk sok mengerti.
DEVA
(melihat Lucky sebentar)
Kalo lo nggak doyan makan siapa juga yang susah?
LUCKY
(hampir tertawa)
Bukannya seneng?
Nggak perlu ngomel lagi aku makannya banyak.
DEVA
(tersenyum geli)
Buat apa gue kerja kalo lo nggak mau makan.
Lucky tersenyum melihat keluar jendela.
CUT TO :
70. INT. RUANGAN MAHENDRA - MALAM
Deva dan Reffrain duduk di kursi seberang, sementara Mahendra di kursi putarnya.
MAHENDRA
Jadi kamu Reffrain itu.
Reffrain melihat Mahendra sebentar, tapi tidak menjawab.
MAHENDRA
Kamu suka hal-hal yang memacu adrenalin?
Reffrain tersentak melihatnya.
MAHENDRA
Bagimu ini seru? Membuat keributan di seluruh kota?
Deva terdiam.
REFFRAIN
Apa maksud, Bapak?
MAHENDRA
Sedikit sekali orang yang mau mengambil risiko sebesar ini.
Tapi departemen kami selalu butuh orang-orang yang berani melakukan hal-hal seperti itu.
Deva melihat Reffrain yang tampak tidak mengerti.
MAHENDRA
(menyodorkan berkas pada Reffrain)
Kalau kamu tanda tangani berkas itu,
Nggak akan ada publikasi tentang kejadian yang sebenarnya.
Reffrain melihat berkas itu, lalu Mahendra.
MAHENDRA
Apapun yang berkaitan dengan Elevenium dan kamu.
Akan jadi rahasia kita.
Deva memikirkannya.
Reffrain menghela napas, meredakan kecemasannya, membuka halaman berikutnya.
MAHENDRA
Lupakan dendam pada Archen.
Dia akan dihukum untuk penambangan dan perdagangan ilegal.
(teringat sesuatu)
Tapi dia tidak akan pernah dihukum untuk insiden malam tahun baru.
Reffrain membuka lembar berikutnya.
MAHENDRA
Dan satu lagi.
Pembunuhan ayahmu.
Reffrain kembali melihat Mahendra.
MAHENDRA
Detektif itu bilang saksinya memang palsu.
Tapi mereka mengungkap kejadian yang sebenarnya biar kamu percaya sama detektifnya.
Jadi Archen juga akan dihukum untuk itu.
Reffrain memikirkannya.
MAHENDRA
Kalau kamu setuju.
Tugas pertamamu, membereskan kekacauan yang sudah kamu buat.
Terus terang, saya nggak suka bercak merahnya.
REFFRAIN
Saya benar-benar minta maaf, Pak.
MAHENDRA
(memundurkan kursinya)
Apa rencanamu untuk itu?
REFFRAIN
Saya pikir rekening Archen akan dibekukan?
Elevenium yang dia jual jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang saya kirim ke ibukota.
MAHENDRA
Jadi kamu mau membereskannya dengan uang Archen?
REFFRAIN
Saya rasa dia memang harus membayarnya.
Mahendra tertawa, sementara Deva menahannya.
MAHENDRA
Bagaimana tepatnya?
Kamu tahu berapa jumlah penduduk Jakarta?
REFFRAIN
Saya dan Dokter Harris sudah buat terapi gen untuk menghilangkan bercak merah itu, dan mencegahnya muncul lagi.
Semuanya akan kembali normal.
Mahendra memikirkannya, lalu melihat berkas di meja.
MAHENDRA
Bagaimana kalau tanda tangani itu dulu?
CUT TO :
71. INT. GEDUNG BIN. KORIDOR - MALAM
Deva berjalan bersama Reffrain.
DEVA
Gue sekolah bertahun-tahun biar bisa jadi agent.
Dan lo cuma buat kerusuhan beberapa bulan bisa dapetin posisi itu?
REFFRAIN
Dunia kadang nggak adil, kan?
DEVA
Lo bahkan berhasil buat gue kelihatan bodoh.
REFFRAIN
Di depan siapa tepatnya?
Deva menghentikan langkah, melihat Reffrain.
REFFRAIN
(ikut berhenti, lalu tersenyum melihat Deva)
Kak Andien?
Deva tersentak melihat Reffrain yang kini melanjutkan langkah. Dia tidak tahu harus berkata apa.
CUT TO :
72. INT. RUMAH SAKIT. RUANG RAWAT - MALAM
Tampak dari belakang : Seorang pasien yang duduk di tempat tidur menghadap seseorang berseragam putih yang merawat luka bakar di wajahnya.
Dalam baskom di meja dekat perawat itu terdapat kulit kemerahan yang mengelupas.
SFX : Dering ponsel Dokter Harris.
Dokter Haris (45 thn) yang berada tak jauh dari pasiennya, beranjak mengambil ponsel di meja.
DOKTER HARIS
(berbicara di telfon)
Apa?
Semuanya udah berakhir?
Pasien dan perawat bersamaan melihat Dokter Harris yang berjalan menjauh.
Kulit sintetis berwarna kemerahan yang menempel di wajah pasien itu jatuh.
Perawat itu mengambilnya, lalu merekatkannya lagi pada wajah pasiennya, menambahkan warna merah untuk menutupi sambungannya.
PASIEN
Apa Anda masih baru?
PERAWAT
Maaf, aku cuma kelelahan.
Pasienku banyak.
Baru?
(mundur untuk mengamati hasil karyanya dari jauh)
Aku profesional.
Setelah ini selesai aku akan bergabung dengan PH besar.
(sambil membereskan peralatannya)
Menggarap film zombie.
(lalu melihat pasiennya)
Kuperingatkan, jangan banyak tertawa.