LOCKDOWN
6. Enam

63. INT. RUMAH ARCHEN. LABORATORIUM - PAGI

Reffrain sedang membereskan peralatannya. Dia terlihat murung.

 

ARCHEN

Kenapa masih di sini?
Semuanya udah beres, kan? 


REFFRAIN 

Ya. 
Cuma nge-check kalau ada yang kelupaan. 
Aku nggak mau ngerepotin profesor kalau sampai ada yang salah. 


ARCHEN

(mengangguk)

Aku tunggu di depan ya.


REFFRAIN

(mengemasi peralatannya, tidak melihat Archen)

Ya.

 

Archen agak heran melihat Reffrain, lalu pergi.

 

CUT TO :

64. INT. BANDARA. RUANG TUNGGU KEBERANGKATAN - PAGI

Reffrain duduk tak jauh dari Archen, masih sedih.

 

JUMP CUT TO :

 

Rombongan Archen melewati pintu keberangkatan, tapi Reffrain diam-diam mundur, lalu bergegas pergi.

 

FADE OUT & FADE IN :

 

REFFRAIN (V.O)

Aku kabur dari Archen.

(jeda)

Beberapa hari sebelumnya, Detektif Arsa menemuiku di rumah.
Bilang kalau dia detektif yang diminta ayah menyelidiki klien Archen.
Dia juga kasih tau bukti kecurangannya.
Beberapa dokumen palsu terkait proyek di gua.
Aku mau bantu penyelidikan dengan mencari informasi apapun itu di ruang kerja Archen.

 

DISSOLVE TO FLASHBACK :

 

65. INT. RUMAH ARCHEN. RUANG KERJA ARCHEN - MALAM

Reffrain menyelinap ke dalam ruangan yang gelap gulita, lalu menggeledah lemari Archen. Dia melihat berkas menggunakan senter kecil.

 

REFFRAIN (V.O)

Ada banyak dokumen identitas palsu.

 

Reffrain memotret dokumen itu menggunakan ponsel.

 

REFFRAIN (V.O)

Tapi besoknya, ponselku hilang. 

 

CUT TO :

66. INT. RUMAH ARCHEN. KAMAR REFFRAIN - PAGI

Reffrain mencari ponsel, tapi tidak juga menemukannya. Dia terduduk di tempat tidur, mencoba mengingat.

 

REFFRAIN (V.O)

Dan aku nggak punya salinan kontak detektif itu.
Aku lumayan sering kehilangan barang karena lupa naruhnya.
Tapi waktu itu, aku pikir itu ulah anak buah Archen.

 

FADE OUT & FADE IN :

 

REFFRAIN

Oh iya. Gimana keadaan Detektif Arsa?

 

DEVA

Udah baikan.
Anne cuma bius dia sebelum kabur. 

(bersandar di kursinya)

Tapi Anne nggak ikut menyerah sama Tomy. 
Tomy bilang dia kabur dari Anne, waktu mereka nunggu orang yang bantu siapin identitas baru. 
Rencananya mau pergi lewat pelabuhan. 

(jeda)

Tomy tahu Anne nggak mungkin setuju sama idenya,
Anne lebih suka cari aman. 
Mungkin dia pikir Tomy kabur buat ngejar kamu lagi. 
Lebih baik buat Tomy kalau Anne mengira dia masih ada di pihak Archen. 
Karena keputusan Tomy menyerah risikonya tinggi, kalau sampai Archen tau dia yang bongkar kejahatannya. 

 

Reffrain mengerti, lalu tampak ingin mengatakan sesuatu tapi menahannya.

 

ANDIEN

Tentang transaksi ilegal,
Seberapa banyak yang kamu tau?

 

REFRRAIN

Itu ...

(memikirkannya, lalu melihat Andien dan Deva sebentar)

Sebenernya aku bohong.

 

Semua tersentak penuh tanya melihat Reffrain.

 

REFFRAIN

Aku cuma mengarang ceritanya.
Itulah kenapa polisi nggak nemuin apapun.

 

DEVA

Maksud kamu—

 

REFFRAIN

Tapi aku memang lihat plat nomor mobil yang mau pergi lewat jalur itu.

 

ANDIEN

Buat apa bohong?

(masih tidak mengerti dengan pemikiran Reffrain)

 

REFFRAIN

(menghela napas)

Aku kabur dari bandara,
Aku pikir Archen nggak akan ngejar karena udah beli tiketnya.

(jeda)

Aku udah rencanain itu sebelumnya.
Tapi tentang telfonnya, baru hari itu.
Aku pikir aku harus buat alibi.

 

DEVA

Alibi?

 

REFFRAIN

Ya.

(menghela napas lagi, mencoba menenangkan perasaannya, melihat Deva)

Aku orang dibalik insiden kembang api itu.

 

Deva, Andien dan Lucky tersentak.

 

DEVA

Maksudmu ...
Kamu yang rencanain itu semua?

 

Reffrain mengangguk.

 

DEVA

Dan melakukan sabotase?

 

Reffrain mengangguk lagi.

 

DEVA

(masih tidak mengerti, berubah waspada)

Kenapa?

 

REFFRAIN

574 korban tewas karena Elevenium.
Apa kakak pernah lihat mayatnya?

 

DEVA

Seenggaknya aku pernah lihat itu di TV.

 

REFFRAIN

Artinya cuma lihat gambarnya?

 

DEVA

Ya. Tapi pihak rumah sakit mengonfirmasi beritanya, kan?

 

REFFRAIN

Yang jelas ada 574 orang.
Apa yang kakak pikirkan tentang 574?

 

DEVA

Jumlah korban?

 

REFFRAIN

Lebih spesifik lagi.

 

Lucky tercekam melihat perubahan ekspresi di wajah Reffrain.

 

ANDIEN

Angka.

(lalu melihat Reffrain)

 

REFFRAIN

(tersenyum)

Angka.
Siapapun bisa bermain-main sama angka.

 

ANDIEN

Kamu memanipulasi datanya?

 

REFFRAIN

Bukan.
Tapi aku kenal orang yang bisa lakuin itu.

 

Deva masih menunggu kata-kata selanjutnya dari Reffrain.

 

REFFRAIN

Dokter Harris.

 

DEVA

(tersentak)

Kepala dokter yang bertanggung jawab atas kasus Elevenium?

 

REFFRAIN

(mengangguk)

Dokter Harris pernah nawarin aku kerja di lab-nya.
Penelitian terbaru yang berhubungan sama radioaktif.
Dia dengar cerita tentang Elevenium dari ayah.
Dokter Harris ragu sama kegiatan Archen waktu itu,
Jadi ayah menyewa Detektif Arsa untuk menyelidikinya.

(terenyak sedih, mengingat ayahnya)

Aku nggak terima tawaran dari Dokter Harris.
Karena udah nyaman di lab. Archen.

 

Lucky memikirkannya.

 

REFFRAIN

Tapi setelah ayah meninggal ...
Aku nggak bisa nemuin ponsel ayah.
Dan tiba-tiba semua seperti ada hubungannya.
Kalau Archen bisa menyembunyikan semua kecurangannya,
Mungkin juga nggak sulit buat dia nyembunyiin pembunuhannya.

 

DEVA

Pertanyaannya, kenapa kamu bohong ke semua orang?
Kalau mayat-mayat itu palsu.
Gimana sama Radiasi?
Apa kamu juga punya kenalan orang yang ngukur radiasinya?

 

REFFRAIN

Jumlah radiasi yang terukur itu asli.
Dan yang meledak itu memang Elevenium.
Cuma beda dari yang dijual Archen.
Sewaktu masih di udara Elevenium itu sama berbahayanya.
Radiasi yang terukur akurat.
Tapi waktu mencapai tubuh manusia, sistem tubuh manusia itu sendiri yang melemahkannya.
Dokter Harris yang bantu aku buat itu.

 

DEVA

Oke.
Mungkin buat orang sehat nggak seberbahaya itu.
Gimana sama orang yang pertahanan tubuhnya lemah?

 

REFFRAIN

(lalu melihat Deva)

Bahkan buat orang yang sakit parah pun efeknya nggak akan lebih dari bercak kemerahan.

 

DEVA

Syukur kalau itu emang ada di penelitian kamu.
Eleveniummu itu buat kami pingsan di pinggir jalan.

 

Reffrain tersentak, menyesalinya.

 

ANDIEN

Ada yang meninggal karena coba cegah pemabuk keluar ke jalan raya.

 

REFFRAIN

Itu di luar skenarioku.
Kami cuma minta dia keluar, tapi dia malah mabuk.

 

DEVA

Dan alkohol bisa memperparah bercaknya?

 

REFFRAIN

Tapi dia selamat.
Aku tau kakek itu meninggal.
Ada hal-hal yang kadang buat aku merasa bersalah.

 

DEVA

Kamu menipu banyak orang, Reffrain.

 

REFFRAIN

Karna Archen udah nipu aku habis-habisan.

(mengalihkan pandangan, kesal)

 

DEVA

Kalau gitu Archen yang seharusnya kamu tipu, bukan kami.
Atau warga ibukota.
Presiden.

(tidak habis pikir melihat Reffrain)

 

REFFRAIN

Jadi aku bakal dipenjara karena penipuan?
Apa nggak ada yang lihat gimana Archen menipu negaranya sendiri?
Menambang dengan izin palsu sama dengan mencuri.

 

Deva terenyak.

 

ANDIEN

Dan berapa tepatnya tim yang kamu bentuk buat kekacauan ini?
Siapa yang bayar orang-orangnya?

 

REFFRAIN

Sebagian Dokter Harris yang ngurus.
Tapi orang-orang yang menyabotase dan memasang peluncur kembang api di kota, aku nggak perlu bayar.

 

Deva tampak lelah untuk menebak apa yang selanjutnya dikatakan Reffrain.

 

REFFRAIN

Orang seperti Archen nggak mungkin nggak punya musuh.
Untungnya, mereka mau kerjasama buat jatuhin Archen.
Tapi aku udah janji nggak akan kasih tau namanya.

 

Hening.

 

REFFRAIN

(melihat Deva dan Andien bergantian)

Pasti sekarang kalian pikir aku udah gila.

 

Andien tersentak.

 

REFFRAIN

Mungkin aku memang gila karena kehilangan ayah.

(menahan air matanya)

 

DEVA

Gue juga kehilangan orang tua karena kecelakaan.

 

Reffrain lalu melihat Deva.

 

DEVA

Tapi bukan berarti kita bisa melampiaskan semuanya ke orang lain.
Apalagi yang nggak ada hubungannya sama permasalahan kita.

 

REFFRAIN

Sekarang terserah.
Kalau kalian mau nangkap aku.

(berdiri, menghampiri pintu, lalu berhenti menoleh melihat Deva)

Aku nggak akan kabur.

(lalu pergi ke luar ruangan)

 

POV ANDIEN : Reffrain bersandar di pagar yang menghadap ke jalan.

 

ANDIEN

(lalu melihat Deva)

Lo harus inget, dia masih lima belas tahun.

 

DEVA

Siapa yang inget dia anak lima belas tahun dengan rencana sebesar itu?
Gue bakal maklum kalau itu sekedar rencana.
Mungkin dia bisa jadi penulis novel.

 

Andien tidak habis pikir, tapi masih terlihat sedih.

 

DEVA

Dia eksekusi rencananya.
Bahkan memengaruhi orang sekelas Dokter Harris.

 

ANDIEN

(mengalihkan pandangan)

Mungkin itu emang kelasnya.

 

Deva masih tidak setuju.

 

SFX : Dering ponsel Deva.

 

Deva menjawab panggilan itu tanpa melihat penelfonnya.

 

DEVA

Halo.

 

MAHENDRA (O.S)
Deva.

 

DEVA

(tersentak melihat ponselnya sebentar)

Ya, Pak.

(melihat Andien yang juga melihatnya, lalu beranjak dari duduk mengambil jarak)

 

MAHENDRA

Bawa anak itu ke sini sekarang.

 

Deva tersentak.

 

CUT TO :

 

Deva mencabut bunga plastik dari busa berwarna hitam di dalam pot, lalu mengambil alat penyadap. Dia terenyak melihatnya.

 

CUT TO :

 

DEVA

Gue ...
Sebenernya gue masih agen aktif BIN.

 

Andien terenyak memikirkannya.

 

DEVA

Maaf.
Gue bisa jelasin ini nanti—

 

ANDIEN

Bahkan lo juga bohongin gue, Deva.

(tidak habis pikir melihat Deva)

 

Deva tidak tahu lagi harus berkata apa.

 

CUT TO :

67. EXT. KOMPLEK PERKANTORAN. KORIDOR - MALAM

Andien, Deva, Lucky dan Reffrain berjalan bersama.

 

REFFRAIN

Kakak nggak punya borgol?

 

DEVA

Ada.

 

Reffrain melihat Deva sebentar.

 

DEVA

Tapi ada dua orang yang harus diborgol sekarang.

 

Andien masih terlihat kesal.

 

CUT TO :

68. EXT. KOMPLEK PERKANTORAN. TEMPAT PARKIR - MALAM

Andien, Deva dan Reffrain masuk ke dalam mobil Deva.

 

DEVA

(heran melihat kursi belakang)

Mana Lucky?

(lalu melihat Lucky masuk dan duduk di kursi di sampingnya)

 

Lucky menutup pintu dari dalam.

 

DEVA

(melihat botol minuman di tangan Lucky)

Lo beli kopi?

 

LUCKY

(lalu melihat Deva)

Sekali aja.

 

DEVA

Siapa yang bilang lo boleh minum kopi?

 

LUCKY

Aku juga mau kerja malam.

(bersandar di kursi, membuka tutup botol di tangannya)

 

DEVA

Nggak nggak.
Buat gue aja.

 

Deva meraih kopi dari tangan Lucky, tapi Lucky menjauhkannya.

 

LUCKY

(memohon pada Deva)

Sekali aja, Kak.
Cuma kopi juga.

 

DEVA

Gue bilang nggak ya nggak.

 

Lucky sewot.

Andien melihat Lucky menutup lagi botol kopi, lalu memberikannya pada Deva.

Deva meletakkan kopi itu di sisinya.

 

CUT TO :

69. EXT. JALAN RAYA. MOBIL DEVA - MALAM

Deva menyetir, sambil melihat Lucky sebentar.

Lucky tampak sedih, menyandarkan kepala di jendela.

Deva mengetukkan sebotol kopi di tangan Lucky. Lucky melihat kopi itu lalu Deva.

 

CUT TO :

 

Lucky menghabiskan kopinya.

 

LUCKY

Enak juga.

 

Deva melirik Lucky sebentar.

 

LUCKY

Masa mau bilang nggak enak?!

 

DEVA

Pasti ini bukan yang pertama.

 

Andien tersenyum saja mendengarnya, sementara Reffrain memperhatikan Deva dan Lucky bergantian.

 

LUCKY

Udah kayak aku minum-minuman keras aja ngomongnya.

 

DEVA

(sambil fokus menyetir)

Lo pikir kopi itu nggak keras?
Nggak baik buat lambung lo.

 

Lucky mengangguk sok mengerti.

 

DEVA

(melihat Lucky sebentar)

Kalo lo nggak doyan makan siapa juga yang susah?

 

LUCKY

(hampir tertawa)

Bukannya seneng?
Nggak perlu ngomel lagi aku makannya banyak.

 

DEVA

(tersenyum geli)

Buat apa gue kerja kalo lo nggak mau makan.

 

Lucky tersenyum melihat keluar jendela.

 

CUT TO :

70. INT. RUANGAN MAHENDRA - MALAM

Deva dan Reffrain duduk di kursi seberang, sementara Mahendra di kursi putarnya.

 

MAHENDRA

Jadi kamu Reffrain itu.

 

Reffrain melihat Mahendra sebentar, tapi tidak menjawab.

 

MAHENDRA

Kamu suka hal-hal yang memacu adrenalin?

 

Reffrain tersentak melihatnya.

 

MAHENDRA

Bagimu ini seru? Membuat keributan di seluruh kota?

 

Deva terdiam.

 

REFFRAIN

Apa maksud, Bapak?

 

MAHENDRA

Sedikit sekali orang yang mau mengambil risiko sebesar ini.
Tapi departemen kami selalu butuh orang-orang yang berani melakukan hal-hal seperti itu.

 

Deva melihat Reffrain yang tampak tidak mengerti.

 

MAHENDRA

(menyodorkan berkas pada Reffrain)

Kalau kamu tanda tangani berkas itu,
Nggak akan ada publikasi tentang kejadian yang sebenarnya.

 

Reffrain melihat berkas itu, lalu Mahendra.

 

MAHENDRA

Apapun yang berkaitan dengan Elevenium dan kamu.
Akan jadi rahasia kita.

 

Deva memikirkannya.

Reffrain menghela napas, meredakan kecemasannya, membuka halaman berikutnya.

 

MAHENDRA

Lupakan dendam pada Archen.
Dia akan dihukum untuk penambangan dan perdagangan ilegal.

(teringat sesuatu)

Tapi dia tidak akan pernah dihukum untuk insiden malam tahun baru.

 

Reffrain membuka lembar berikutnya.

 

MAHENDRA

Dan satu lagi.
Pembunuhan ayahmu.

 

Reffrain kembali melihat Mahendra.

 

MAHENDRA

Detektif itu bilang saksinya memang palsu.
Tapi mereka mengungkap kejadian yang sebenarnya biar kamu percaya sama detektifnya.
Jadi Archen juga akan dihukum untuk itu.

 

Reffrain memikirkannya.

 

MAHENDRA

Kalau kamu setuju.
Tugas pertamamu, membereskan kekacauan yang sudah kamu buat.
Terus terang, saya nggak suka bercak merahnya.

 

REFFRAIN

Saya benar-benar minta maaf, Pak.

 

MAHENDRA

(memundurkan kursinya)

Apa rencanamu untuk itu?

 

REFFRAIN

Saya pikir rekening Archen akan dibekukan?
Elevenium yang dia jual jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang saya kirim ke ibukota.

 

MAHENDRA

Jadi kamu mau membereskannya dengan uang Archen?

 

REFFRAIN

Saya rasa dia memang harus membayarnya.

 

Mahendra tertawa, sementara Deva menahannya.

 

MAHENDRA

Bagaimana tepatnya?
Kamu tahu berapa jumlah penduduk Jakarta?

 

REFFRAIN

Saya dan Dokter Harris sudah buat terapi gen untuk menghilangkan bercak merah itu, dan mencegahnya muncul lagi.
Semuanya akan kembali normal.

 

Mahendra memikirkannya, lalu melihat berkas di meja.

 

MAHENDRA

Bagaimana kalau tanda tangani itu dulu?

 

CUT TO :

71. INT. GEDUNG BIN. KORIDOR - MALAM

Deva berjalan bersama Reffrain.

 

DEVA

Gue sekolah bertahun-tahun biar bisa jadi agent.
Dan lo cuma buat kerusuhan beberapa bulan bisa dapetin posisi itu?

 

REFFRAIN

Dunia kadang nggak adil, kan?

 

DEVA

Lo bahkan berhasil buat gue kelihatan bodoh.

 

REFFRAIN

Di depan siapa tepatnya?

 

Deva menghentikan langkah, melihat Reffrain.

 

REFFRAIN

(ikut berhenti, lalu tersenyum melihat Deva)

Kak Andien?

 

Deva tersentak melihat Reffrain yang kini melanjutkan langkah. Dia tidak tahu harus berkata apa.

 

CUT TO :

72. INT. RUMAH SAKIT. RUANG RAWAT - MALAM

Tampak dari belakang : Seorang pasien yang duduk di tempat tidur menghadap seseorang berseragam putih yang merawat luka bakar di wajahnya.

Dalam baskom di meja dekat perawat itu terdapat kulit kemerahan yang mengelupas.

 

SFX : Dering ponsel Dokter Harris.

 

Dokter Haris (45 thn) yang berada tak jauh dari pasiennya, beranjak mengambil ponsel di meja.

 

DOKTER HARIS

(berbicara di telfon)

Apa?
Semuanya udah berakhir?

 

Pasien dan perawat bersamaan melihat Dokter Harris yang berjalan menjauh.

Kulit sintetis berwarna kemerahan yang menempel di wajah pasien itu jatuh.

Perawat itu mengambilnya, lalu merekatkannya lagi pada wajah pasiennya, menambahkan warna merah untuk menutupi sambungannya.

 

PASIEN

Apa Anda masih baru?

 

PERAWAT

Maaf, aku cuma kelelahan.
Pasienku banyak.
Baru?

(mundur untuk mengamati hasil karyanya dari jauh)

Aku profesional.
Setelah ini selesai aku akan bergabung dengan PH besar.

(sambil membereskan peralatannya)

Menggarap film zombie.

(lalu melihat pasiennya)

Kuperingatkan, jangan banyak tertawa.

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar