LOCKDOWN
1. Satu

1. EXT. LAPANGAN TEMPAT KONSER MUSIK — MALAM

ON SCREEN : 31 Desember 2022

 

Andien dan Deva berada di tengah kerumunan penonton.

 

ANDIEN

(berbicara melalui ear mic)

Lo di mana?

 

DEVA

Arah jam 4.

 

Andien menoleh, tersenyum setelah menemukan Deva.

 

ANDIEN

(kembali melihat sekelompok remaja yang sedang bercanda agak jauh di depannya)

Sebenernya kita ini detektif atau bodyguard?

 

DEVA

(tertawa)

Ini tekhnik pengintaian jangan bilang lo nggak tau.

 

ANDIEN

Ya. Senior.
Jangan ngerusak mood gue.

 

MC

Kita hitung sama-sama ya.

(mengomando penonton dari panggung)

Lima ...

 

SFX : Dering ponsel Deva.

 

Deva menerima telfon dari temannya.

 

MC & PENONTON

Empat ... Tiga ...

 

DEVA

Gue?
Tahun baruan lah. Kenapa?

(lalu tersentak)

 

MC & PENONTON

Satu.

 

SFX : Suara terompet serentak berbunyi.

 

Kembang api meluncur tidak setinggi biasanya, lalu meledak mengesankan penontonnya.

 

CUT BACK TO :

 

ANDIEN

Apa mereka nggak punya warna lain?

 

POV ANDIEN : Rentetan kembang api berwarna toska meledak dan kilauan materinya segera melayang rendah.

 

Seorang artis di panggung bergegas turun, lalu muntah.

Andien melihat remaja yang menjadi targetnya limbung, menimpa temannya yang muntah. Dia sendiri merasa mual. Deva bergegas menghampirinya.

 

DEVA

Andien!

 

Andien lalu melihat Deva.

Deva memakaikan syal pada Andien, menggunakannya untuk menutupi mulut dan hidung. Dia sendiri memakai sweaternya untuk itu, lalu mengajak Andien melewati kerumunan yang mulai tak terkendali karena banyak orang muntah juga pingsan.

 

CUT TO :

 

Deva dan Andien baru saja masuk ke dalam mobil.

 

DEVA

Shit!

(melihat kerumunan orang di depan)

 

ANDIEN

Sebenernya ada apa?

(masih merasa pusing, lalu tidak bisa menahan lagi)

 

Deva melihat Andien keluar dari mobil, lalu muntah di sisi jalan.

Deva memberi Andien air mineral. Andien memakai air itu untuk membersihkan diri.

Andien dan Deva kembali ke mobil.

 

SFX : Sirine mobil polisi.

 

Mobil polisi membubarkan kerumunan penonton. Deva perlahan melajukan mobilnya.

 

CUT TO:

2. EXT. JALANAN - MALAM

Mobil Deva melaju dengan lamban, mencari jalan.

 

DEVA

Barusan gue dapat telfon dari temen.
Ada laporan dari polisi tentang sabotase kembang api.

(jeda)

Pelakunya menukar kembang api yang serupa tapi isinya beda.

 

ANDIEN

(lalu melihat Deva)

Radioaktif?

 

DEVA

Ya. Bener-bener terlambat.
Pengirimannya udah ke seluruh Jakarta.

 

Andien melihat banyak orang terkulai lesu di pinggir jalan. Sementara di sisi lain, petugas berkeras menyuruh mereka yang masih bisa berjalan untuk menjauhi lapangan.

Jalanan mulai lengang. Deva menambah kecepatan mobilnya.

 

CUT TO :

 

LS : Mobil Deva menepi, lalu berhenti.

 

Deva keluar dari mobil, lalu muntah di sisi jalan. Andien hanya bisa memandangnya sayu, lalu pingsan.

 

CUT TO :

3. EXT. JALANAN DI IBUKOTA - MALAM

ESTABLISH—JALANAN DI IBUKOTA LENGANG, TAMPAK SISA-SISA KERUSUHAN ACARA TAHUN BARU

 

Sebuah helikopter diterbangkan untuk menyemprotkan cairan dekontaminasi di jalanan dan bekas panggung hiburan.

 

CUT TO :

4. INT. APARTEMEN DEVA - MALAM

BCU : Siaran berita di TV :

 

PEMBAWA BERITA

Informasi terkini yang didapat dari BAPETEN, tingkat radiasi di setiap zona inti sudah menurun drastis. Yang sebelumnya 1200 mSv, menjadi 800 mSv. Dan diperkirakan akan meluruh total setelah enam jam. Pemerintah menghimbau agar warga Jakarta yang belum dievakuasi untuk tetap berada di dalam rumah.

 

Lucky bersembunyi di balik selimut.

 

LUCKY

Radiasi?

(bergegas menelfon Deva)

 

SFX : Nada tunggu dari nomor Deva.

 

CUT BACK TO DEVA & ANDIEN :

 

Deva dan Andien berada di dalam mobil. Keduanya pingsan.

Mobil ambulance datang. Seorang petugas medis keluar dari sana, menghampiri mobil Deva.

 

PETUGAS MEDIS

Di sini!

(memanggil teman agar membantunya)

 

Petugas lain bergegas mengeluarkan stretcher untuk mengangkat Andien dan Deva ke dalam ambulance.

 

FADE OUT :


LOCKDOWN


FADE IN :

5. EXT. JALANAN IBUKOTA - MENJELANG FAJAR

ON SCREEN : Dua bulan kemudian ...


ESTABLISH : SEORANG WANITA YANG MENGENAKAN JAKET DENGAN TAS BELANJAAN DAN PAYUNG DI TANGAN BERJALAN CEPAT DI TROTOAR—BEBERAPA ROLLING DOOR TOKO MULAI DITUTUP—SUARA SIRINE MOBIL POLISI YANG SEDANG BERPATROLI. DUA REMAJA YANG MELIHAT MOBIL ITU MENDEKAT, BERGEGAS MASUK KE MOBILNYA SENDIRI, LALU PERGI—SEEKOR KUCING MENYEBERANGI JALANAN YANG SEPI.


SFX : Detak jam dinding.


CUT TO :

6. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA. KAMAR ANDIEN - MENJELANG FAJAR

BCU : JAM DINDING MENUNJUKKAN PUKUL 04.55.


Andien melihat jam dinding sambil mencoba menelfon Deva. Tapi panggilannya tidak dijawab. 


ANDIEN

Kenapa belum pulang sih?

(duduk, memandang cemas ke luar jendela, lalu kembali melihat ponsel)


MADAM MARISA (O.S)

Kok baru pulang?


Andien tersentak mendengarnya, lalu melihat Deva dan Madam Marisa dari jendela kamarnya. 


MADAM MARISA

Saya kan udah bilang, lebih dari jam 5 saya nggak mau buka pagar.


DEVA

Maaf, Madam.
Tadi, antriannya panjang di restoran.


CUT TO :

7. EXT. DEPAN RUMAH KOS MADAM MARISA - MENJELANG FAJAR


MADAM MARISA

Harusnya berangkat lebih awal.

(sambil membuka gerbang menggunakan kunci)

Ohiya. Hari ini Deva waktunya bayar kos, kan?


Deva masuk ke halaman, lalu Madam Marisa mengunci gerbang.


DEVA

Saya memang mau bayar.

(mengeluarkan ponsel untuk melakukan pembayaran via online)


MADAM MARISA

Eh. Ayo masuk dulu!

(mengajak Deva, lalu masuk ke rumah kos)

Saya tuh takut kalau terjadi apa-apa.
Makanya buat peraturan seperti itu. 


CUT TO :


Andien menghela napas lega melihat Deva mengikuti Madam Marisa masuk ke rumah kos. 


MADAM MARISA (O.S)

Supaya ingat aja, kalau di luar bahaya.


CUT TO :

8. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA. KAMAR ANDIEN - MENJELANG FAJAR

Deva bermaksud mengetuk pintu kamar Andien. Tapi ternyata pintunya sudah setengah terbuka. 


DEVA

Dien.

(melongokkan kepala ke dalam ruangan, melihat ke kanan-kiri—tidak ada siapapun—lalu masuk, melihat laptop yang menyala di sudut ruangan)


CUT TO :


Deva duduk, terenyak melihat tulisan Andien di laptop.


Andien yang baru saja keluar dari kamar mandi, tersentak melihat Deva. Dia bergegas meraih laptopnya.

Deva lalu melihat Andien.


ANDIEN

Sejak kapan lo di sini?


DEVA

Belum lima menit.


Andien lalu melihat laptop yang dibawanya.


DEVA

Tapi gue baca lumayan banyak.

(lalu menguap, dan bersandar di dinding)


Andien tidak habis pikir, lalu duduk dan meletakkan laptop di meja.


ANDIEN

Jangan sembarangan baca tulisan orang.


DEVA

Menurut lo kalo nggak ada gue laptop lo bakal aman?
Pintu nggak ditutup.


Andien sibuk dengan laptopnya.


DEVA

(masih melihat Andien)

Lo nulis novel atau riwayat hidup?


ANDIEN

(tersentak melihat Deva)

Surat wasiat.


DEVA

(hampir tertawa)

Gue beli sushi.
Tau gitu gue beli vitamin C.
Sama biji bunga ... 
Bunga apa tadi yang lo tulis?


ANDIEN

(menutup laptopnya kesal)

Mana sushinya?


Deva menaruh sekotak sushi di meja. Andien segera membukanya.


DEVA

Lo mau banting stir jadi penulis novel detektif?


ANDIEN

Kenapa nggak?
Nilai bahasa gue waktu SMA lumayan.

(lalu makan)


DEVA

Kenapa nulis kisah hidup sendiri?


Andien tersentak melihat Deva.


DEVA

Sekalipun lo ganti namanya, gue tau itu lo.


Andien mengabaikannya, melanjutkan makan.


DEVA

Detektif mana yang buka identitasnya di depan banyak orang?


ANDIEN

Gue kan nggak bilang itu kisah nyata.


DEVA

Tapi gimana kalo ada orang lain yang tau?


ANDIEN

Gue bakal pake nama pena juga.


DEVA

Lo masih inget semboyan BIN, kan?
Berhasil tidak dipuji.
Gagal dicaci maki.
Hilang tidak dicari.
Mati tidak diakui.


ANDIEN

(tidak habis pikir melihat Deva)

Lo fikir kita agent BIN?


DEVA

Lo sendiri yang bilang,
Harus profesional.
Bahkan kalau kita bukan agent CIA!


Andien terenyak sebentar, lalu melanjutkan makan.


DEVA

Sesuatu kayak Low Latent Inhibition,
Semakin lo ungkapin,
Semakin nggak ada yang bakal percaya.


Andien kembali melihat Deva.


DEVA

Sampe sekarang, lo masih bisa denger suara-suara misterius itu?


ANDIEN

(mengangguk)

Kadang.


DEVA

Lo nggak pengen sembuh?
Gimanapun ini penyakit?


ANDIEN

(lalu melihat Deva)

Lo pikir penyakit kayak gini ada obatnya?
Obat cuma ada kalo udah jatuh ke Skizofrenia.


DEVA

Itu maksud gue.
Gue lihat lo mulai jatuh dengan nulis semua ini.
Ini bukan Andien yang gue kenal.


ANDIEN

(terenyak)

Inilah gue.


Deva masih memerhatikan Andien.


ANDIEN

Setiap hari gue berjuang dengan hal-hal kayak gini.
Suara-suara yang nggak bisa lo denger. 

(lalu melihat Deva)

Pemikiran-pemikiran yang nggak bisa lo mengerti.
Dan yang lo kenal selama ini itu cuma versi terbaik diri gue.


Deva terenyak.


CUT TO :

Deva baru saja keluar dari kamar Andien, lalu berbalik melihat Andien bermaksud menutup pintu kamarnya.


DEVA

Selama ini gue pikir, hidup itu untuk menjadi versi terbaik diri kita.


Andien tersentak.


DEVA

(tersenyum)

Dan kita berdua aktor.
Bukan penulis.


Andien terenyak melihat Deva melangkah pergi, naik tangga ke lantai tiga.


CUT TO :

Andien duduk di tempat tidur dengan laptop di pangkuannya.


DEVA (O.S)

Dan kita berdua aktor.
Bukan penulis.


Andien menghela napas panjang, lalu menghapus file novelnya.


CUT TO :

Andien duduk di tempat tidur, menonton video channel YouTube News di ponselnya.


HOST

Seorang pemuda ditemukan tewas terbakar mengenaskan di jalanan di kawasan Jakarta Selatan. Warga yang melihat aksi nekat pemuda yang keluar pada siang hari itu mengaku seorang pria sudah berusaha mencegah. Tapi pemuda itu malah mendorong pria yang hendak menolongnya hingga terjatuh dan mengalami pendarahan yang cukup berat pada kepala.

Beruntung petugas keamanan dan tim medis segera datang setelah mendapat laporan dari warga sekitar. 

Pria malang yang mencoba menolong pemuda tersebut kini masih dalam keadaan kritis, sementara pemuda yang hendak diselamatkannya tidak tertolong. Diduga kuat pemuda tersebut berada dalam pengaruh alkohol saat keluar ke jalanan hingga akhirnya tewas terbakar.

Kematian pemuda berusia 19 tahun ini menambah daftar korban meninggal akibat XP-11 menjadi 574 orang.

Pemerintah menyampaikan pengendalian XP-11 hanya bisa dilakukan dengan menghindarkan penderita dari sinar matahari langsung.

Sejauh ini, obat XP-11 masih belum ditemukan. Pemerintah berharap warga ibukota bisa mematuhi peraturan untuk tidak keluar saat ada matahari dan tidak menebar berita hoaks terkait masalah ini, mengingat hampir seluruh wilayah di ibukota telah terpapar zat radioaktif jenis baru bernama Elevenium.


End of News


Andien meletakkan ponsel, lalu melihat bercak kecil berwarna merah pada lengan kanannya. Dia terenyak, lalu melihat cahaya matahari mulai menerangi ruangan melalui jendela kamar yang berlapis plastik.


XLS : Matahari terbit menyinari kota.


CUT TO :

9. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA - PAGI

Andien keluar kamar untuk membuang sampah di kaleng besar di sudut yang dekat dengan tangga. 


PEREMPUAN 1 (O.S)

Sebenernya mereka pacaran apa gimana sih?
Risih banget gue lihatnya. 


PEREMPUAN 2 (O.S)

Sama. 
Madam Marisa pura-pura nggak tau lagi. 
Mentang-mentang kos bebas. 
Bukan berarti nggak ada peraturan sama sekali, kan? 


Andien kesal, melihat ke asal suara. 


POV ANDIEN : Tidak ada satu pun pintu kamar lain yang terbuka. 


Andien lalu berjalan menuju kamarnya, tapi dia berhenti sebentar, melihat ruang TV. 


POV ANDIEN : Ruang TV juga kosong.


PEREMPUAN 1 (O.S)

Kelihatannya aja polos. 


Andien masuk ke kamarnya, lalu menutup pintu dari dalam. 


CUT TO : 

10. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA. KAMAR ANDIEN - PAGI

Andien menjatuhkan diri di tempat tidur, masih kesal. Tak lama kemudian, dia mengambil kardus kecil vitamin C dari lemari. 


ANDIEN

(membuka kotak vitamin)

Ck!

(melempar kotak kosong itu ke tempat sampah, lalu duduk bersandar di tempat tidur)


Andien mengetik pesan di ponselnya.


BCU : Layar ponsel Andien : Pesan untuk Deva :

Lo nyuruh gue berhenti nulis, apa mau tanggung jawab sama otak gue yang terlalu kreatif?


Send!

CUT TO :

11. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA. KAMAR DEVA - PAGI 

Deva berbaring di tempat tidur, membaca pesan dari Andien. 


DEVA

(hampir tertawa)

Setelah sushi sekarang kasus? 

(mengetik pesan untuk Andien)


CUT BACK TO ANDIEN


SFX : Suara notifikasi pesan masuk di ponsel Andien. 


Andien mengambil ponselnya, melihat pesan dari Deva. Dia lalu mengetik balasan pesan.


BCU : Layar ponsel Andien :

Gimana kalo ntar malem keluar?
Latihan?


Tak lama setelah Andien mengirim pesan, ada pesan masuk lagi. Andien melihatnya. 


BCU : Layar ponsel Andien : Pesan dari Deva : 

Boleh. 


CUT TO :

12. EXT. RUMAH KOS MADAM MARISA. DEPAN KAMAR ANDIEN - MALAM

Deva mengetuk pintu kamar Andien, lalu melihat jam tangan. 

Dia kembali melihat pintu, bermaksud mengetuk lagi saat Andien membuka pintunya. 

Deva terpana melihat Andien tampil cantik dengan riasan wajah. 


ANDIEN 

(heran melihat Deva)

Kenapa?

(menutup pintu di belakangnya)


DEVA

Ng ... nggak. 
Lo bilang tadi latihan, kan?


ANDIEN

Takut bertarung sama cewek cantik?


Deva tersentak.


CUT TO :

13. INT. TEMPAT LATIHAN TAEKWONDO - MALAM

Andien dan Deva sedang latihan Taekwondo. 


DEVA

Banyak penipu berwajah cantik.
Kenapa gue harus takut?

(menyerang Andien)


Andien membalas serangan Deva. Mereka terus berduel. 


CUT TO :

14. INT. CAFE - MALAM

Andien dan Deva makan bersama. 


DEVA

Jadi, lo ngira mereka ngomongin lo? 


ANDIEN

Bukan mereka. 
Tapi diri gue sendiri. 


Deva terenyak.


ANDIEN

Gue benci dipandang sebelah mata.


Deva lalu melihat Andien. 


ANDIEN

Sekalipun mereka nggak pernah bilang apa-apa?


DEVA

Lo tau dari cara mereka ngelihat lo?


ANDIEN

Hmm.


Deva mengangguk sebentar lalu makan lagi. 


DEVA

(kembali melihat Andien)

Ajarin gue. 


ANDIEN

Ajarin apa?


DEVA

Baca pikiran orang. 


ANDIEN 

(tersenyum)

Lo fikir gue paranormal?


DEVA

Tapi kemampuan itu kadang berguna. 


ANDIEN

Gue nggak bisa baca pikiran. 
Cuma nebak.

(lalu melihat seorang laki-laki yang duduk di dekat meja kasir)

Lo liat cowok itu.


DEVA

(melihat apa yang dilihat Andien)

Yang pake jaket cokelat itu?


ANDIEN

Hmm. 

(melanjutkan makan)

Apa yang lo lihat dari dia?


DEVA

(memperhatikan laki-laki itu)

Kelihatannya lagi nunggu orang, dia bolak-balik lihat jam tangan. 


Andien tersenyum, kembali melihat laki-laki tadi. 


DEVA

Badannya kurus kecil. 
Mungkin dia nggak suka olah raga. 
Kelihatannya juga perokok. 


POV ANDIEN : Puntung rokok yang masih berasap di asbak di meja laki-laki itu. 


ANDIEN

(hampir tertawa, kembali melihat Deva)

Itu bukan kelihatannya lagi, tapi kelihatan jelas!


DEVA

(tertawa)

Menurut lo sendiri, dia orang yang gimana?


ANDIEN

(bersandar di kursi, memikirkannya)

Menurut gue ... Bisa aja dia orang yang ...
Punya pengetahuan luas. 
Aktif. 
Ambiver. 


Deva tersentak masih melihat Andien. 


ANDIEN

Suka baca buku. 


Deva masih tidak mengerti. 


ANDIEN

Mungkin juga suka musik. 


Deva masih terenyak. 


ANDIEN

Suka jadi pusat perhatian juga pujian. 
Tapi dia baik dan mau berbagi sama orang lain. 
Kadang arogan juga kalau menyangkut persaingan. 

(melihat laki-laki itu, lalu Deva)


DEVA

Gimana cara lo tau?


ANDIEN

Dia mirip temen gue waktu SD. 
Temen-temen manggil temen gue Harry Potter, karena dia pake kacamata. 


DEVA

(tersentak, tidak habis pikir)

Mirip apa? Wajahnya?


ANDIEN

Hmm.

(mengangguk)


DEVA

Tapi belum tentu sama-sama suka baca buku, kan?


ANDIEN

Gue kan bilang bisa jadi. 
Belum pasti. 
Dan lo lebih objektif daripada gue. 


DEVA

Nggak. Gue masih penasaran. 
Jadi selama ini lo nyelesaiin kasus dengan pendekatan kayak gini?


ANDIEN

Setiap kali gue ketemu orang baru, gue selalu inget sama orang lain yang punya wajah hampir sama.
Kalaupun nggak inget,
Gue bakal berusaha cari tau dia mirip siapa. 


DEVA

Buat apa?


ANDIEN

Nggak tau. 
Gue suka aja.
Lihat bentuk wajahnya. Alisnya. Matanya. Suaranya. Gaya bicara dan gerakan yang lain. 
Kadang gue nggak bisa tahu saat itu juga. 
Tapi, hampir selalu ketemu. 


Deva serius mendengarkan. 


ANDIEN

Dan akhirnya, gue bakal inget hal-hal yang pernah dilakuin orang yang mirip sama dia. 
Gimana sikapnya ke gue. 
Sikapnya ke orang lain. 
Caranya hadapin masalah. 
Semuanya yang pernah gue tau tentang orang itu, bakal ngaruh ke orang yang baru gue temuin. 

(lalu mengalihkan pandangan)

Gue simpulin, setiap orang yang punya wajah hampir sama karakter mereka juga nggak jauh beda. 


DEVA 

Pendekatan karakter.

(sambil masih berpikir)


ANDIEN

Dan sialnya ...


Deva kembali melihat Andien. 


ANDIEN

Gue sering kebawa karakter mereka. 


DEVA 

Maksud lo? 


ANDIEN

Saat semua hal tentang orang itu gue perhatiin terus-menerus. 
Gue jadi berpikir dari sudut pandangnya dia. 


DEVA

(tersentak)

Lo bisa tau rencananya?


ANDIEN

Kadang.

(jeda)

Kalau satu orang aja mungkin gampang, Dev. 
Lo tau sendiri yang gue lihat tiap hari lebih dari itu. 


DEVA

Lo pasti capek.


ANDIEN 

Lo tau itu. 


DEVA

Lo cuma nggak harus perhatiin semua orang. 


Andien lalu makan snack. 


DEVA

Sekarang, gue tau kenapa lo jadi orang cuek. 
Oke.. 

(ikut makan snack, lalu teringat sesuatu)

Jadi, waktu pertama kali lo ketemu gue ... 
Lo juga mikir sejauh itu?


Andien mengingatnya.


DISSOLVE TO FLASHBACK :

 



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar