LOCKDOWN
3. Tiga

Deva mencetak foto Reffrain.

 

LUCKY

Berapa usianya?

(ikut melihat foto, lalu Deva)

 

DEVA

Kenapa? Lo suka?

 

Lucky tidak habis pikir, kembali melihat foto.

 

DEVA

15 tahun.

(meletakkan foto di meja)

 

LUCKY

Jadi bener, Kak.
Gila!
Elevenium berbahaya gitu gimana bisa pembuatnya semanis ini?

 

DEVA

(lalu duduk)

Jadi, ini agak aneh?

 

LUCKY

Ya iyalah.

 

DEVA

Lo seganteng itu juga kenyataannya males mandi.
Aneh juga?

 

LUCKY

Karena ganteng itu alami.
Malas itu buatan.

 

DEVA

(hampir tertawa, lalu kembali melihat laptop)

Salah deh gue bilang lo ganteng.

 

ANDIEN

(membuka mata, memikirkannya sebentar, lalu bangun, melihat Deva)

Lo punya stok sikat gigi baru nggak?

 

Deva tersentak melihat Andien.

 

ANDIEN

Sikat gigi.

(lalu berjalan lewat di belakang Deva, menuju kamar mandi)

 

DEVA

Ky!

(menyuruh Lucky mencarikan sikat gigi)

 

Lucky melangkah pergi, membuka lemari perlengkapan.

 

DEVA

(masih fokus pada catatannya)

Reffrain telfon ke kantor polisi sebulan sebelum ledakan.
Tapi sekarang, nomornya nggak aktif.

(terenyak memikirkannya)

 

CUT TO :

 

LUCKY

(memberikan sikat gigi pada Andien)

Kenapa nggak mandi nanti aja, Kak.
Sekarang tidur aja dulu.

 

ANDIEN

Nanti siang aja tidurnya.

(tersenyum, mengambil sikat gigi dari Lucky)

Thanks.

 

Lucky tersenyum, lalu berbalik.

Andien masuk dan menutup pintu kamar mandi dari dalam.

 

DEVA

(melihat Lucky)

Lo yang harusnya mandi.

 

LUCKY

Gue biasa mandi siang.
Masalah buat Lo?

(menggunakan logat Pluto, Bos Detektif)

 

Deva tidak habis pikir, kembali melihat laptopnya.

 

CUT TO :

21. INT. APARTEMEN DEVA. KAMAR MANDI - PAGI

Andien memberi pasta gigi pada sikatnya, tersenyum mendengar suara Lucky, lalu mulai menggosok gigi.

 

CUT TO :

22. INT. APARTEMEN DEVA - PAGI

Andien memakai sunscreen pada wajah, lalu kedua lengannya.

 

ANDIEN

Jadi, apa yang kita punya?

(bergabung dengan Deva di ruang tengah)

 

DEVA

(memberikan foto Reffrain pada Andien)

Reffrain.
Pembuat Elevenium.

 

Andien lalu duduk, memperhatikan foto Reffrain.

 

DEVA

Satu-satunya foto yang kita punya.
Diambil dari kliping buatan pelajar SMA.
Informasi tentang penemuannya ada di website yang sekarang udah nggak bisa diakses.

(kembali melihat Andien yang masih terpaku pada foto)

 

LUCKY

Website?

(lalu melihat laptop Deva)

Mungkin masih bisa dicari.

 

Deva dan Andien bersamaan melihat Lucky.

 

LUCKY

Situsnya pasti punya database.

(mengambil laptop, lalu mengetikkan sesuatu di browser)

 

Tak lama kemudian ...

 

LUCKY

Ketemu.

(lalu tersenyum)

 

Andien dan Deva bergegas melihat temuan Lucky.

 

BCU : Layar laptop Deva menampilkan halaman blog Reffrain.

 

ANDIEN

Apa bisa lihat postingan lain?

 

LUCKY

Bisa.

(membuka halaman lain)

 

CUT TO :

 

Andien membuat catatan di bukunya.

 

ANDIEN

Cerita tentang Elevenium.
Liburan dan petualangan sama ayahnya.
Reaktor nuklir buatannya. 
Reffrain fans Nikola Tesla.

 

ANDIEN

(menghela napas, beralih pada data di laptop Deva)

Apalagi selain ini?

 

DEVA

(ikut melihat laptop)

Telfon.
Tiga bulan yang lalu Reffrain telfon ke kantor polisi.
Dia bilang ada transaksi ilegal radioaktif jenis baru, namanya Elevenium.
Dia ngasih tau plat nomor kendaraan pengangkutnya, juga jam berapa kemungkinannya sampai di gerbang tol.
Setelah diperiksa, mobilnya ketemu.
Tapi Eleveniumnya nggak ada.
Jadi dikira cuma orang iseng.
 

ANDIEN

Dan sekarang mereka percaya?

 

DEVA

Ya. Karna semua spesifikasi yang dia jelasin waktu itu sama persis.

(lalu menggeser layar laptop, menampilkan gambar selanjutnya)

Tapi sekarang nomor telfonnya nggak aktif.

 

Andien melihat ke halaman selanjutnya.

 

BCU : Screen Shot artikel yang berjudul : Harta Karun Di Perut Bumi yang ditulis Reffrain di blog, lengkap dengan foto Reffrain saat menunjukkan stalagmit dan stalaktit berwarna toska.

 

ANDIEN

Anak sekecil ini,
Dan ayah yang berprofesi sebagai peneliti?

(lalu melihat Deva)

Ada orang lain di sana.

 

DEVA

Ya gue ngerti.
Nggak mungkin juga peneliti ngelakuin semua ini.

(menggeser ke halaman selanjutnya)

 

BCU : Foto Gua yang sama tapi dengan kondisi yang sudah porak-poranda.

 

Andien terenyak melihatnya.

 

DEVA

(mengeluarkan selembar tiket kosong dari map cokelat)

Ada yang ngirim ini ke kantor polisi.

 

Andien mengambil tiket dari tangan Deva.

 

BCU : Tiket penerbangan kosong.

 

DEVA

Itu tiket palsu.
Di belakang, gue pikir nama pencetaknya.
Tapi setelah dilacak ternyata nggak ketemu.

 

ANDIEN

J 015 Printing.

(terenyak memikirkannya)

Udah coba Barcode-nya?

 

DEVA

Barcode?

(melihat barcode di bawah tulisan J 015 Printing)

Emang bisa cari alamat pakai Barcode?

 

ANDIEN

Barcode dan tiket pesawat.
Itu petunjuknya.

(lalu melihat Deva)

 

Deva tersentak.

 

CUT TO :

 

Deva memotret Barcode menggunakan ponsel, lalu mengirimkannya ke laptop Lucky.

Lucky mengetik di laptop, sementara Andien dan Deva mengawasi di sampingnya.

 

LUCKY

Bisa tinggalin aku bentar?

(lalu melihat Deva)

 

Deva mengajak Andien menjauh.

 

ANDIEN

Dia beneran bisa nge-retas sistem Airline?

 

DEVA

Itulah kenapa gue pekerjakan dia.

(lalu melihat Andien masih menatapnya)

 

Andien memikirkannya.

 

DEVA

Gimana bisa lo mikir itu Barcode Boarding Pass?

 

LUCKY

Itulah kenapa Kak Andien yang ada di sini sekarang.

 

Andien dan Deva lalu melihat Lucky.

 

LUCKY

(lalu melihat Deva)

Kalau Barcode-nya ada di bungkus mie instan, itu artinya ada hubungannya sama mie-nya.

 

Andien tertawa. Deva tidak habis pikir melihatnya.

 

CUT TO :

 

Lucky, Deva dan Andien duduk menunggu sementara Laptop Lucky memproses data.

 

JUMP CUT TO :

 

Andien sudah terlelap di tempat tidur. Deva melihat Lucky masih sibuk dengan laptopnya. Tak lama kemudian, Deva tertidur di sofa.

 

JUMP CUT TO—SORE

 

ESTABLISH - LANGIT SENJA

 

Deva bangun tidur.

 

POV DEVA : Andien masih tidur, sementara Lucky bermain game.

 

Deva mengambil selembar kertas di atas laptop.

 

BCU : Print-out Passenger Name Record dan informasi lainnya yang ada di tangan Deva.

 

CUT TO :

 

DEVA

(berbicara di telfon)

Kita punya enam daftar nama dalam satu kode booking.
Tiga orang yang berangkat ke Rusia.
Tiga orang yang menghanguskan tiketnya.
Lo urus yang tiga.
Gue cari sisanya.

 

Andien bangun, lalu duduk, melihat Deva menutup telfon.


ANDIEN

(melihat print-out yang baru saja diberikan Deva)

Jadi, mereka bakal urus yang di Rusia?

 

DEVA

(mengangguk)

Tapi mungkin juga mereka udah nggak di sana.
Itu tiga bulan yang lalu.

(lalu melihat Andien)

Reffrain melaporkan transaksi ilegal itu lewat telfon di hari keberangkatan mereka ke Rusia.

 

Andien membuat coretan di buku.


DEVA

Reffrain membatalkan perjalanan, melaporkan transaksi ilegal.

(memikirkannya)

Yang paling mungkin, mereka satu komplotan.
Dan karena satu alasan, tiga orang yang nggak jadi pergi sepakat nge-bongkar rahasia Archen.

 

ANDIEN

Maksud lo Reffrain, Anne dan Tomy kabur dari Archen?


DEVA

(lalu melihat Andien)

 Mungkin?


ANDIEN

(mengambil foto Reffrain, mengamatinya)

Tapi menurut gue ...
Reffrain tipe orang yang suka mengerjakan sesuatu sendiri.

(jeda)

Nggak mudah percaya.
Dan seringkali bermasalah kalau dipaksa kerja sama orang lain.

 

DEVA

Sekalipun orang itu sepemikiran sama dia?

 

ANDIEN

Gue nggak bisa nebak terlalu jauh.
Dan tebakan gue belum tentu bener.

 

Deva mengerti.

 

DEVA

(mengerti)

Nomor telfon Reffrain nggak aktif.
Dia sengaja hilangin jejak.
Sembunyi di satu tempat.
Gue pikir bakal sia-sia kalau kita terlalu fokus cari dia.
Tapi, apapun yang terjadi sama mereka bertiga,
Bakalan jauh lebih mudah kalau kita ngelacak jejak Anne dan Tomy?

(jeda)

Kalau kita mau dapetin Reffrain ...

 

ANDIEN

Kita harus ikutin Anne atau Tomy.

(memikirkannya)

 

CUT TO :

23. EXT. JALANAN DI DEPAN RUMAH PAMAN HUSNI - SIANG

Tomy (35 thn) mengintai dari dalam mobil.

 

POV TOMY : Detektif Arsa (30 thn) mengetuk pintu rumah Paman Husni. Paman Husni (44 thn) membukakan pintu, lalu tersentak melihatnya. Setelah berbincang sebentar, keduanya masuk ke rumah.

 

CUT TO :

24. INT. RUMAH PAMAN HUSNI - SIANG

Paman Husni dan Detektif Arsa duduk di ruang tamu—sebuah ruangan yang didominasi kayu dengan perabotan tertata rapi.

 

DETEKTIF ARSA

(membuka file di laptop, lalu menunjukkannya pada Paman Husni)

Rekaman CCTV di Dive Inn,
Fasilitas di dekat situs.

 

BCU : Layar laptop menampilkan rekaman CCTV seorang laki-laki berperawakan kekar yang memakai pakaian menyelam.

 

DETEKTIF ARSA

(menghentikan pemutaran video)

Dia berangkat naik perahu sebelum Rocky.

(lalu menunjukkan video lain)

 

POV PAMAN HUSNI : Rekaman video yang menampilkan Rocky (38 thn), ayah Reffrain bersiap berangkat menyelam.

 

Paman Husni serius memperhatikan rekaman itu.

 

DETEKTIF ARSA

(menghentikan pemutaran video, lalu menunjuk seorang teman yang sudah memakai pakaian menyelam, tapi hanya duduk di bangku)

Dia Nuno, rekan menyelamnya.
Yang nggak jadi ikut karena tiba-tiba merasa pusing.

(jeda)

Ada satu saksi yang disuap karena melihat seseorang mencampurkan obat ke dalam minuman Nuno.
Saksi itu akhirnya menghubungi saya karena merasa bersalah.
Dia bilang orang yang mencampurkan obat datang bersama orang yang menyelam sebelum Rocky tadi.

(lalu melihat Reffrain)

Jadi, sangat mungkin saat Rocky menyelam sendirian, dia dipukul di dasar laut.
Pembunuhnya lalu merusak alat pernafasannya.

 

Paman Husni terenyak memikirkannya.

 

DETEKTIF ARSA

Saya nggak pernah menduga ini akan jadi kasus pembunuhan.

 

PAMAN HUSNI

(mengerti)

Saya coba hubungi Reffrain nanti.

 

CUT BACK TO :

 

Tomy minum sebotol air, lalu kembali melihat ke rumah Paman Husni.

 

POV TOMY : Paman Husni berada di depan rumah. Detektif masuk ke mobil, dan melajukannya pergi. Paman Husni lalu masuk ke rumah.

 

LS : Tomy melajukan mobilnya pergi.

 

CUT TO :

25. INT. RUMAH KONTRAKAN REFFRAIN - SIANG

ESTABLISH : RUANGAN TAMPAK BERSIH, MINIM PERABOT—BEBERAPA PERLENGKAPAN MASAK ELEKTRIK ADA DI MEJA DI DEKAT PERALATAN MAKAN UNTUK SATU ORANG—RAK PENUH BUKU, LALU MEJA BELAJAR YANG DEKAT DENGAN TEMPAT REFFRAIN DUDUK.

 

Reffrain (15 thn) duduk termenung sambil mengaduk minumannya.

 

SFX : Denting ponsel Reffrain.

 

Reffrain melihat pesan masuk di ponselnya.

 

BCU : Layar ponsel Reffrain : Pesan dari Miss Clara (O.S) :

Jennie ...

Kamu benar-benar nggak datang karena sakit atau alasan yang lain?

Udah hampir seminggu.

Saya nggak mungkin lagi bisa bantuin kamu tanpa Surat Keterangan Dokter.

 

Reffrain terenyak memikirkannya.

 

CUT TO :

26. INT. RUMAH SAKIT - PETANG

Reffrain memasuki rumah sakit sembari melihat keadaan di sekitarnya.

 

POV REFFRAIN : Beberapa ruang tambahan digunakan untuk merawat pasien XP - 11.

 

Reffrain menghampiri satu loket.

 

CUT TO :

 

PETUGAS

Ke bagian apa?

 

REFFRAIN

Spesialis mata.

 

PETUGAS

(mengambilkan satu berkas, lalu memberikannya pada Reffrain)

Silakan diisi dulu.

 

Reffrain mengambil berkas itu, lalu duduk untuk mengisinya. Tapi dia lalu tersentak saat mendengar tangisan histeris seorang wanita.

 

POV REFFRAIN : Di ujung ruangan terlihat seorang wanita (30 thn) menangis di pelukan suaminya (34 thn). Seorang dokter baru saja berlalu darinya.

 

Refrrain melihatnya penuh tanya, lalu seorang wanita lainnya (40 thn) yang berjalan bersama temannya (38 thn) ke arah yang sama dengan dokter itu, melewati Reffrain.

 

WANITA (38 THN)

Meninggal?

(setengah berbisik, melihat temannya)

 

WANITA (40 THN)

Iya.
Ibunya lupa ngunci pintu.
Anaknya yang masih balita lari keluar.
Kasihan.

 

Reffrain tercekam mendengarnya, sementara tangannya mencengkeram kertas di tangannya. Dia mengalihkan pandangan, lalu memutuskan pergi dari rumah sakit.

 

CUT TO :

27. INT. APARTEMEN DEVA - PETANG

Andien membereskan print-out di meja.

 

ANDIEN

Gue bawa salinannya.

 

DEVA

Oke.
Sekalian gue anterin balik ke kos.

(lalu masuk ke kamar mandi)

 

Lucky sibuk dengan laptopnya.

 

SFX : Dering ponsel Deva

 

Lucky mengambil ponsel Deva, melihat siapa yang telfon, lalu menaruhnya lagi.

Deva keluar dari kamar mandi, lalu mengambil ponselnya yang sudah berhenti berdering.

 

LUCKY

(sambil melihat laptop)

Kak Sasha.

 

Deva melihat pesan masuk di ponselnya. Andien melihatnya sebentar, menghabiskan minuman, lalu mencuci gelasnya di dapur.

 

CUT TO :

28. EXT. JALAN RAYA. MOBIL DEVA - MALAM

Deva sedang menyetir mobil. Andien duduk di kursi di sampingnya, melihat jauh ke luar jendela.

Hening.

Deva melihat Andien sebentar, heran.

 

REFFFRAIN (V.O)

Dia wafat ketika sedang menjalani hidupnya.
Mungkin kedengarannya bertolak belakang, tetapi saya kenal banyak orang yang sudah berhenti menjalani hidup, meskipun mereka tetap bekerja, makan, dan melakukan aktivitas-aktivitas sehari-hari.

 

CUT TO :


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar