LOCKDOWN
2. Dua

15. INT. RESTORAN - SIANG

Andien duduk mengintai sepasang kekasih yang sedang makan. Dia memanggil waitress untuk memesan makanan, lalu mengalihkan pandangan pada Deva yang memata-matainya dari meja lain.


POV ANDIEN : Deva buru-buru mengalihkan pandangan, sembari membetulkan jas. 


Andien heran melihatnya.


CUT TO :

16. EXT. DEPAN RESTORAN - SIANG

Pasangan kekasih keluar dari restoran, lalu masuk ke mobil.

Andien ikut keluar, berjalan menuju motornya, lalu menoleh ke belakang.


POV ANDIEN : Deva yang baru saja keluar restoran, mengalihkan pandangan pada jam tangan.


ANDIEN

(menelfon seseorang)

Halo, Fin. 


Deva tersentak melihat Andien. 


ANDIEN

(berbicara di telfon)

Gimana keadaannya?

(tampak serius)


Deva mendengarkan sambil memikirkan sesuatu, lalu kembali melihat Andien. 


ANDIEN

(menghela napas)

Oke. Jangan panik. 
Gue ke sana sekarang. 

(lalu menutup telfon)


POV DEVA : Andien bergegas melajukan motornya.


INSERT : Buku kecil dan bolfoin Andien terjatuh.


Deva melihat buku itu, lalu Andien yang sudah jauh. Dia bergegas mengambil buku dan bolfoin Andien. 


BCU : Buku catatan Andien yang dibuka oleh Deva.


Deva lalu melihat bolfoin Andien.


CU : Deva terlihat serius dan kesal. 


CUT TO : 

17. INT. RUMAH KOS MADAM MARISA. KAMAR ANDIEN - MALAM

Andien duduk di dekat jendela sambil melihat bintang-bintang di langit malam. 


ANDIEN 

(berbicara di telfon)

Maaf, baru melapor sekarang. 
Tadi saya panik karena teman saya kecelakaan. 


SFX : Deruman motor. 


Andien melihat ke jalanan di depan kos. 


POV ANDIEN : Pengendara motor yang berhenti, lalu membuka teropong helmnya. 


ANDIEN

(berbicara di telfon, masih melihat pengendara motor)

Tapi, saya coba cari di jalan yang saya lewati.
Nggak ketemu juga.

(mengalihkan pandangan)


PLUTO (O.S)

Oke, Rhea. 
Untuk hari ini cukup.
Saya akan menghubungi kalau kamu diterima. 


ANDIEN

(berbicara di telfon)

Baik, Pak. 
Terima kasih. 


SFX : Sambungan telfon yang diputus oleh Pluto.  


Andien melihat ponsel, lalu memikirkan sesuatu. 


CUT TO : 

18. INT. APARTEMEN DEVA - MALAM

Deva duduk di depan laptop, melepas chip dari bolfoin Andien. 


DEVA

Fatal. 

(memasang chip itu pada perangkat yang menghubungkannya dengan laptop)

Jelas dia ceroboh. 


LUCKY

(tampak dari belakang, duduk di kursi putar)

Temannya kecelakaan. 
Kalau jadi dia, aku pasti ngelakuin hal yang sama.


DEVA

(menggeleng sebentar, tidak habis pikir)

Jatuhin bolfoin dan buku catatan?


BCU : Layar laptop Deva : Video pertemuan pasangan kekasih yang berhasil direkam Andien dengan kamera tersembunyi pada bolfoin. 


DEVA

(bersedekap)

Dia bahkan nggak ngerti angle. 

(melihat Lucky sebentar)

Apa perlu ada diklat videografi?


CU : Lucky tersenyum.


Lucky menggeser kursinya, menghampiri meja Deva. Dia berubah serius memperhatikan layar laptop, lalu mengetikkan sesuatu.


POV LUCKY : tampilan layar laptop Deva berubah. 


LUCKY 

Sebenernya bukan dia yang ceroboh. 


Deva heran, ikut melihat ke layar.


BCU : Layar laptop Deva menampilkan aktivitas virus. 


DEVA

(tersentak)

Virus?!


LUCKY 

Rootkit.


CUT BACK TO ANDIEN


Andien duduk di tempat tidur, melihat laptop sambil makan snack. 


BCU : Layar laptop Andien menampilkan slide foto Deva dan teman-temannya yang sedang camping di hutan. Ada foto Deva memakai mahkota dari daun, berpose imut. 


ANDIEN 

(hampir tertawa melihatnya)

Gimana bisa dia se-cool itu tadi?


FADE OUT & FADE IN : 


ANDIEN

Gue pikir, gue diterima karna lo mau balas dendam?


Deva tersenyum mengingatnya. 


ANDIEN 

Berdalih pelatihan khusus dari senior dengan memantau gue secara langsung di lapangan.
Sampai bela-belain pindah kos?


DEVA

Oh, ya!

(lalu makan snack)

Karna lo lebih berbahaya dari virus manapun. 


Andien tertawa.


INSERT : 


BARISTA

XP-11 truuss. Bosen.

(mengganti channel TV)


Andien menoleh melihat barista itu.


WAITER

Apa iya pemerintah sengaja ngurangin populasi manusia di Jakarta?


BARISTA

Malah dibahas lagi.
Udah kerja sana!


ANDIEN

(kembali melihat Deva)

133 agent di lapangan, 130 nya fiktif, kan?


Deva tersentak.


ANDIEN

Gue sering ngelakuin hal-hal spontan yang minta persetujuan Pluto.
Tapi dia selalu butuh waktu buat keputusan. 

(jeda)

Gue pikir agak aneh. 


Deva memikirkannya. 


ANDIEN

Sementara lo selalu punya jawaban atas setiap pertanyaan gue. 


DEVA

Jadi seharusnya gue yang jadi pimpinan biro detektifnya?


ANDIEN

(bersandar pada kursi, melihat Deva)

Kita melaju di lintasan yang sama. 
Dan kebanyakan senior yang gue kenal, sibuk sama dirinya sendiri. 
Sebagus apapun kemampuan gue. 
Tapi lo terlalu fokus sama gue. 


Deva masih mendengarkan. 


ANDIEN

Untuk ukuran senior yang pernah dipercundangi juniornya, 
Seharusnya lo bersikap lebih sinis. 


DEVA

(tersenyum singkat)

Itu karna gue kagum sama kemampuan lo. 


Andien menggeleng, tidak mengerti. 


DEVA

Senior yang pernah lo kenal nggak ada yang kayak gitu?


ANDIEN

Ya. 


DEVA

Itu kelemahan lo. 
Terlalu subjektif. 


ANDIEN

(menghela napas, memikirkannya)

Oke. 


DEVA 

Kita balik sekarang? 
Ada kasus baru yang mau gue tunjukin. 


Andien melihat Deva memanggil waitress untuk meminta bill. Dia tampak kesal melihat bill yang diletakkan Deva di depannya. 


DEVA

Hari ini lo yang bayar, kan? 

(sambil memakai jaket)


Andien merogoh tas memeriksa dompet, lalu tersentak melihat Deva yang juga melihatnya. 


ANDIEN

Gue nggak bawa uang lebih. 
Lo bawa cash? 


DEVA

Nggak bawa kartu ATM?


Andien menggeleng. 


DEVA 

(lalu melihat waitress)

Bisa pakai kartu?


WAITRESS 

Bisa. 

(kembali ke bar untuk mengambil mesin EDC)


Deva mengeluarkan kartu kredit, lalu memberikannya pada waitress. Waitress meminta Deva memasukkan PIN, lalu menyelesaikan pembayarannya. 

 

WAITRESS

Terima kasih. 

(memberikan bukti transaksi dan kartu kredit pada Deva, lalu pergi)


Andien mengambil kartu kredit Deva, lalu memandanginya. 


DEVA

Hey!

(berusaha mendapatkan kembali kartunya)


Andien menjauhkan kartu itu dari Deva. 


DEVA

(tidak habis pikir)

Apa gue bener-bener nggak kelihatan seperti senior? 


ANDIEN

(membaca nama yang tertera pada kartu)

Deva Arkana Catra. 


Deva berhasil mengambil kartu kredit-nya, memasukkannya ke dompet. 


DEVA

(berusaha tetap tenang)

Baru tau nama lengkap gue?


ANDIEN

(tersenyum melihat Deva)

Black Card. 


Deva terenyak. 


ANDIEN

Kalau bukan bos detektif, 
Lo pasti anak sultan. 


Deva menghela napas, lalu melihat Andien menunjukkan kartu ATM-nya sendiri.


ANDIEN

(menyimpan kartu ATM di dompet)

Pluto, ukurannya terlalu kecil untuk bisa disebut planet.


Deva masih memperhatikan Andien.


ANDIEN 

Nggak bisa juga disebut bintang karena nggak punya sinar sendiri.
Agustus 2006, 
Uni Astronomi dunia ngeluarin Pluto dari Tata Surya, dan Pluto masuk dalam kategori asteroid.

(jeda)

Ketua pakai kode nama Pluto karena dia dikeluarin dari Tata Surya intelijen, kan?


DEVA

Kalaupun iya, kenapa lo keselnya sama gue?


ANDIEN

Karna Pluto cuma orang kedua.
Cuma orang IT yang ngelaksanain perintah dari Lo.
Ya. Lo bukan satelit planet yang jadi kode nama.
Tapi Lo dalam arti sebenarnya.

Deva melihat sekeliling sebentar, lalu tersenyum.

Andien masih kesal melihatnya.


DEVA

(berubah serius)

Gue butuh orang yang bisa dipercaya sepenuhnya.
Kalo lo mau tau, 130 orang yang lo sebutin tadi, mereka bener-bener ada buat pekerjaan ini.
Tapi semuanya buat gue kecewa.


Andien terenyak.


DEVA

Mereka cuma mau ngerjain misi yang gue kasih.
Sekalipun selesai,
Nggak ada sesuatu yang lain lagi.


ANDIEN

Maksud lo, baru gue aja yang berani ngelanggar aturan?


DEVA

(tertawa sebentar)

Ya.
Kadang, inovasi lahir dari seseorang yang melawan aturan.
Gue butuh orang-orang kayak lo supaya agensi gue berkembang, bukannya jalan di tempat.


ANDIEN

Sekalipun harus nunggu sekian banyak orang?


DEVA

Lo pernah denger tentang Law of Average?
Hukum rata-rata.
Semakin banyak lo bertemu kegagalan, semakin dekat lo sama keberhasilan.


ANDIEN

Sekalipun cuma satu orang yang berhasil?


DEVA

Gue lebih mentingin kualitas daripada kuantitas.
Hidup cukup menempa gue jadi orang yang lebih sabar sekarang.


ANDIEN

(tersenyum, mengalihkan pandangan sebentar)

Jadi, lo mantan agent BIN atau Kepolisian?



CUT TO : 

19. EXT. DEPAN GEDUNG APARTEMEN DEVA - MALAM

ESTABLISH : BANYAK KENDARAAN BERLALU-LALANG DI JALANAN—SEORANG IBU BERJALAN KELUAR GEDUNG APARTEMEN SAMBIL MENGAWASI DUA ANAK KECIL YANG BERLARIAN MENDAHULUINYA.


Deva dan Andien memasuki gedung apartemen. 


DEVA

Di mana lo belajar hacking?


ANDIEN

Temen gue. 

(sambil melihat suasana mewah di selitar)


DEVA

Yang kecelakaan itu? 

(memakai kartu untuk membuka pintu lift)


ANDIEN

(tertawa, lalu mengikuti Deva masuk ke dalam lift)

Sorry, yang itu fiktif. 


Deva tersenyum saja menanggapinya. 


Pintu lift menutup. 


CUT TO : 

20. INT. APARTEMEN DEVA - MALAM

Deva meletakkan Surat Keputusan (SK) pengangkatan sebagai Agen Badan Intelijen Negara (BIN) di meja di depan Andien.

Andien mengambil, lalu mengamatinya. 


ANDIEN

Kenapa lo dipecat?

(lalu melihat Deva)


Deva melepas jaket, lalu menggantungnya di satu sisi.


ANDIEN

Nggak mungkin lo nyia-nyiain posisi ini demi profesi yang nggak punya legalitas hukum?

(kembali melihat SK milik Deva)


DEVA

Apa sekarang gue nggak boleh punya rahasia di depan lo?


Andien tersentak.


DEVA

(berbalik, melihat Andien)

Kenapa gue harus jawab semua pertanyaan lo?


ANDIEN

Gue cuma nanya.
Mau lo jawab atau nggak, terserah.


DEVA

Mending, sekarang kita rundingan sama orang IT.


CUT TO :


LUCKY

A! Kakak!
Ini kan masih gelap!

(menarik selimutnya)


DEVA

Sekarang semua orang kerja waktu masih gelap.
Hey. Mau aku potong gajimu?


Lucky tidak peduli. Masih tidur.


ANDIEN

Dia orang IT-nya?


DEVA

(menyerah)

Dia masih belum terbiasa kerja malam.


ANDIEN

Berapa umurnya?


LUCKY

(bangun)

14 tahun.
Kakak bisa dituntut karena mempekerjakan anak dibawah umur.

(lalu tersentak saat melihat Andien)

Ha? Rhea?


Andien tersenyum melihat Lucky.


CUT TO :


Lucky sedang makan ayam goreng dengan lahap di meja makan. Sementara Andien berdiri, melihat pemandangan dari jendela kaca lebar.


POV ANDIEN : Gemerlap lampu kota saat malam hari—Kendaraan yang memenuhi jalanan tampak kecil dan sibuk.


DEVA

Jangan main nuntut gitu,
Lo nggak inget berapa kali kita ke Disneyland?

(lalu duduk di sofa)


LUCKY

Satu kali.
Ingatanku masih bagus.


Andien tidak habis pikir melihat Deva, lalu teringat sesuatu.


ANDIEN

Ohiya. Lo bilang ada kasus baru?


DEVA

Ya. Orang hilang. 
Tapi mereka baru kirim datanya pagi ini. 


ANDIEN 

Apa mereka juga nggak biasa kerja malam?

(lalu duduk di kursi putar di dekat meja kerja Lucky)


DEVA

Sebenernya ... klien kita kepolisian.


ANDIEN

(tersentak)

Kepolisian?


DEVA

Ya.
Mereka belum dapat kemajuan penyelidikannya.
Jadi minta bantuan kita.


Andien terenyak memikirkannya.


LUCKY

Aku selesai.

(meninggalkan meja makan, mencuci tangan, lalu menjatuhkan diri di tempat tidur)


DEVA

Dasar!

(tidak habis pikir melihat Lucky)


ANDIEN

Kalian cuma tinggal berdua?


DEVA

Ya.
Orang tua gue udah lama meninggal.


Andien terenyak.


DEVA

Ohiya.
Gue udah transfer uang mukanya ke rekening lo. 


Andien kembali melihat Deva. 


JUMP CUT TO :


BCU : Kran air yang dinyalakan Lucky.


Lucky sedang menampung air di panci kecil. 


CUT TO :


Deva masih tidur.


SFX : Dering ponsel Deva. 


Deva terbangun, melihat ponselnya, lalu tersentak, segera menjawab panggilan itu. 


DEVA 

Iya, saya sendiri. 


Lucky melihat Deva sebentar, lalu menyalakan kompor, memasak mie. 

Deva mengambil buku catatan dan bolfoin, sembari mendengarkan penelfon. 


DEVA

Foto?

(mencatat, masih serius mendengarkan penelfon)

Oke. 


Deva menutup telfonnya, melihat catatan yang dibuatnya, lalu menghampiri Andien. 

Dia terenyak melihat Andien tertidur di sofa. 

Deva lalu merapikan selimut Andien. 


LUCKY

Cieee!

(tiba-tiba muncul di samping Deva)


Deva tersentak, tidak habis pikir melihat Lucky melangkah pergi sambil tertawa.


CUT TO :



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar