Live Again
5. Bagian 5

27 INT. KAMPUS - KELAS MANAJEMEN - SIANG

Kita melihat, Renata duduk di kursinya dengan wajah murung, tampak seperti orang yang sedang melamun. Di sekelilingnya, teman-teman kelasnya sedang tekun mendengarkan dosen yang sementara menerangkan di depan. Memey terlihat memandangi Renata dengan tampang prihatin.

28 EXT. HALAMAN KAMPUS - TEMPAT SANTAI DI BAWAH POHON - SIANG

Kita melihat, Renata sedang duduk termenung sendiri dengan wajahnya yang masam. Memey datang menghampirinya.

MEMEY

(menepuk pundak Renata)

Woi, kenape lo? Muka lo nggak ada bagus-bagusnya?

Renata tak mau menjawab. Memey lalu duduk di sebelah Renata.

MEMEY (CONT'D)

Dari tadi di kelas, gue liat lo bengong aja, kayak orang yang udah nggak punya semangat hidup. Ada apa? Cerita? Ngomong ke gue.

RENATA

Aku lagi pusing, Mey, mikirin hidup gue. Sampai-sampai gue ngerasa dunia bakal kiamat.

Memey tampak jadi bingung.

MEMEY

Lo sakit, Ren? Kemaren gue liat, lo baik-baik saja? Apa rumah lo kemalingan?

Renata menggeleng.

MEMEY (CONT'D)

Terus apa masalah lo?

RENATA

Gue dan Ibu bakal kehilangan rumah.

MEMEY

(tegang)

Digusur?

RENATA

Nggak, Mey...bukan digusur, tapi berpindah tangan.

MEMEY

Pindah tangan?

RENATA

(mengangguk)

Belum lama ini, Cokro, si rentenir datang ke rumah gue buat nagih hutang bapak gue. Gue hanya bisa ngasih dia sedikit uang. Dan imbasnya, dia ngasih waktu buat gue lunasin hutang bapak gue yang 50 juta, cuman satu bulan, Mey.

MEMEY

(membelalak)

50 juta, Ren? Utang bapak lo 50 juta?!

RENATA

(mengangguk)

Iya, Mey.

MEMEY

Ngapain bapak lo pinjem duit segede itu, Ren?

RENATA

Lo pasti udah bisa nebak, orang macam apa bapak gue itu, sampai harus pinjem duit sama rentenir.

MEMEY

(menebak)

Judi?

Renata mengangguk. Dan kita melihat, Renata membayangi kelakuan Bapaknya yang sering main judi di tempat perjudian.

RENATA

Bapak gue itu seorang pecandu judi. Dia udah nggak peduli lagi sama aku dan Ibu. Tiap hari main judi dan selalu kalah. Hingga hutangnya pada si Cokro itu menumpuk. Terpaksa gue harus kerja sampingan di pabrik roti buat biaya hidup sehari-hari. Inginnya gue sekali saja pengen tidur nyenyak, tapi nggak bisa. Hidup gue berat, Mey, seakan-akan beban nggak akan pernah lepas dari gue.

MEMEY

Lo harus sabar, Ren. Gue yakin, lo pasti bisa ngejalanin hidup lo walaupun sulit.

RENATA

Hidup gue emang sudah kelewatan sulit, Mey. Sekarang pun gue nggak tahu harus nyari ke mana duit sebanyak itu. Kalo gue nggak bisa lunasin dalam satu bulan, rumah gue bakal disita. Gue nggak tahu, Mey, gue sama Ibu mau tinggal di mana?

Renata bersedih.

MEMEY

(mengusap pundak belakang)

Tenang, Ren. Lo sahabat gue, pasti gue bantu. Lo tenangin diri dulu.

Memey mendekap Renata.

RENATA

(mengusap matanya)

Mey, dia juga bilang ke gue, hutang bapak gue, sebenarnya bisa lunas dalam sehari.

MEMEY

(terkejut)

Sehari, Ren? Hutang bapak lo kan gede! Pasti tu orang minta yang nggak-nggak ke lo.

RENATA

Iya, Mey. Dia pengen gue ngejual diri gue ke dia, buat ngelunasin hutang bapak gue.

MEMEY

Kurang ajar tu orang! Emang nggak punya perasaan. Tapi lo tolak kan, Ren?

RENATA

Yang jelas gue tolak, Mey. Gue masih punya harga diri. Gue nggak mau hidup gue hancur karena tu orang.

MEMEY

Ibu lo udah tahu?

RENATA

(mengangguk)

Gue yang bilang.

MEMEY

Kalo saja lo mau kerja di tempat kerja gue, gue rasa, sebulan lo bisa ngumpulin tuh duit.

Renata menoleh ke arah Memey.

MEMEY (CONT'D)

Ren, kemarin aja, baru awal kerja, gue bisa dapat tujuh ratusan ribu lebih di luar gajiku sebulan. Itu pun hanya beberapa jam saja, gue nganter minuman, temenin pelanggan, langsung dikasih tip.

RENATA

Tapi lo, nggak baik-baik saja, kan?

MEMEY

Yah, lo tahu lah, nyari duit itu susah, apalagi situasi di tempat gue kerja itu nggak ada yang namanya bagus. Tergantung Kitanya yang harus pintar memilih, mana yang nggak terlalu merugikan diri kita sendiri walaupun yang gue lakuin itu, tetap saja tak jauh dari kata "buruk". Asalkan gue bisa jaga diri, itu sudah cukup.

Renata terlihat merenungi ucapan Memey.

MEMEY (CONT'D)

Yang gue cemasin sekarang, itu lo, Ren.

Renata menundukkan kepala.

MEMEY

Dari mana lo bisa dapetin uang segede itu dalam satu bulan? Sedangkan gaji lo itu sedikit.

RENATA

Mey, lo bawa motor?

MEMEY

Ada, Ren. Kebetulan baru gue ambil tadi pagi di bengkel.

RENATA

Gue mau minta tolong sama lo. Nganterin gue.

MEMEY

Ke mana, Ren?

Renata terlihat ragu-ragu.

RENATA

Ke rumahnya Cokro, Mey.

MEMEY

(emosi)

Si rentenir kurang ajar itu?! Lo mau nyerain diri lo, gitu?

RENATA

Tenang dulu, Mey. Bukan seperti yang lo pikirin.

MEMEY

Terus, lo mau ngapain di rumahnya?

RENATA

Mey, gue mau nyoba bicara sekali sama tuh orang. Semoga kedatangan gue di rumahnya, bisa bikin dia berbaik hati sama gue.

Memey membuang napas di hidung.

RENATA (CONT'D)

Please, Mey...lo mau bantuin gue, kan?

MEMEY

Oke, Tapi gue masih tetap nggak yakin, Ren, dia mau berbaik hati sama lo.

RENATA

Sudah, Mey...lo cuman nganterin gue aja, lo nggak perlu masuk, lo tunggu aja di luar sampai gue selesai ngomong sama dia, ya?

MEMEY

Tapi ingat, Ren...lo nggak usah masuk ke dalam cukup di teras. Gue nggak mau lo ngilang dari pandangan gue. Janji?

RENATA

Iya, Mey, gue janji.

CUT TO:

29 INT. RUMAH RENATA - KAMAR WATI - SIANG

Kita melihat Wati terbaring di tempat tidurnya sembari terbatuk-batuk berat. Mendadak, Wati terbatuk mengeluarkan darah dari mulut—terpancar di telapak tangannya. Dia lalu menarik sehelai kain yang penuh darah yang dia sembunyikan di bawah bantalnya, dan mengelap telapak tangan serta mulutnya. Setelah itu, Wati menegakkan badannya. Susah payah, dia mengambil segelas air minum di atas lemari kecil di samping tempat tidurnya. Sehabis meneguk air putih, Wati langsung berbaring kembali dan menyimpan kain yang penuh darah itu di bawah bantalnya.

30 EXT. JALAN UMUM - DEPAN RUMAH COKRO - SIANG

Kita melihat, Renata melepas helm dan turun dari motor Memey.

RENATA

Lo tunggu di sini, jangan ke mana-mana.

Memey mengangguk. Renata langsung berjalan menuju ke dalam rumah Cokro.

31 INT. RUMAH COKRO - TERAS - SIANG

Kita melihat, dua orang anak buah Cokro sedang serius bermain catur di teras.

RENATA

Siang.

Mereka berdua lalu memandang Renata.

RENATA (CONT'D)

Pak Cokro ada?

Yang satu beranjak dari tempat duduknya.

ANAK BUAH #1

(mengenali wajah Renata)

Kamu ya, neng...duduk. Tunggu saya panggilkan.

Si anak buah Cokro itu, segera melangkah ke dalam menemui Cokro.

CUT TO:

RUANG KERJA COKRO --

Kita melihat, si Cokro sementara mengurusi sebuah dokumen surat di ruangannya.

FX: ketukan pintu.

COKRO

Siapa?

ANAK BUAH #1 (O.S)

Saya bos.

COKRO

Masuk.

Si anak buah Cokro, membuka pintu.

ANAK BUAH #1

Permisi, bos?

COKRO

(bersandar sambil menghisap cerutu)

Ada apa?

ANAK BUAH #1

Si neng yang kemarin, ingin bertemu dengan anda, bos.

Wajah Cokro seketika terlihat senang.

COKRO

Dia di mana?

ANAK BUAH #1

Di depan, bos.

COKRO

(senyum miring)

Hm. Kamu keluar, dan suruh dia menunggu.

ANAK BUAH #1

Baik, bos.

Si anak buah langsung keluar dari ruangan Cokro. Cokro lekas mengambil sisir dan merapikan rambutnya di depan kaca sambil bersiul-siul.

CUT TO:

TERAS DEPAN --

Anak buah Cokro itu, muncul dari dalam dan mendekat kepada Renata.

ANAK BUAH #1

Tunggulah, neng, bos nggak lama.

Renata mengangguk, memandang Memey yang menunggu di luar. Memey terlihat sibuk di depan layar Hp-nya. Tiba-tiba, Cokro muncul dari dalam dengan pakaian rapi. Dia duduk bersemuka dengan Renata yang dipisahkan oleh meja di tengah.

COKRO

Kalian berdua, keluarlah dulu. Saya mau bicara dengan dia.

Kedua anak buah Cokro beranjak ke luar dari teras.

COKRO (CONT'D)

Temanmu yang di atas motor itu?

RENATA

Iya, pak. Teman kuliah.

COKRO

Oh. (memajukan badan) Dek...mau kita lanjutin di dalam, atau di sini?

RENATA

Di sini saja, pak.

COKRO

Hm. Jadi bagaimana? Kamu sudah berubah pikiran?

RENATA

Pak, saya datang ke mari, mau bermohon pada anda supaya... (ragu-ragu mengatakan) memberikan tambahan waktu untuk saya mengumpulkan uang, pak.

COKRO

(mendesak)

Saya tanya sekali lagi, apa kamu sudah berubah pikiran?

RENATA

(ragu-ragu)

Pak saya...

Cokro berdiri dari tempat duduknya.

COKRO

Kalo kamu memang nggak bisa, buat apa kamu datang ke mari? Saya bukan tipe orang yang suka menunggu. Pekerjaanku masih banyak. Datanglah kembali, bila kamu memang benar-benar sudah berubah pikiran. Jangan datang bila kamu memang tidak mau. Pergilah.

Cokro berjalan masuk ke dalam, sambil menghisap cerutu.

RENATA

(berdiri mencoba mengikuti)

Pak, pak, tunggu, pak, saya mohon.

Cokro tak menggubris dan berlalu di dalam ruangan.

ANAK BUAH #1

Nggak usah maksa, neng. Si bos udah nggak mau bicara.

Renata segera berjalan keluar meninggalkan rumah Cokro.

32 EXT. JALAN UMUM - DEPAN RUMAH COKRO - SIANG

Renata menghampiri Memey dengan menampakkan mukanya yang murung.

MEMEY

Gimana, berhasil?

Renata menggeleng lesu sambil membuang napas.

MEMEY (CONT'D)

Sudah Ren, yang penting lo udah berusaha.

Renata mengambil helm dan memakainya.

RENATA

Mey, lo anterin gue ke tempat kerja.

Memey menyalakan mesin motornya.

MEMEY

Oke. Semangat, Ren.

Renata mengangguk paksa dan Memey mengantar nya ke tempat kerja.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar