KOMPLEKSITAS
9. Tiara dan Dian (Bagian 2)

Dhoni bahkan membawanya ke tempat latihan.

[INSTRUKTUR] Wuih. Dangdut? Ga pernah saya lihat kamu dengerin musik dangdut. Tumben. Ganti genre? 

[DHONI] Iya. Kemaren-kemaren langsung dapat inspirasi. Terus aku penasaran. Bisa ga kalo aku bikin lagu dangdut pake instrumen piano. Gitu. 

[INSTRUKTUR] Hmm. Saya ga akan bilang ga bisa. Namun pasti sulit sekali. Kamu udah dengerin sendiri kan gimana musik dangdut itu? 

[DHONI] Iya, sih. Dangdut keknya beda banget sama kebanyakan lagu yang kumainkan sampe saat ini. 

[INSTRUKTUR] Betul. Komposisi musik dangdut itu cukup unik. Pada dasarnya, dangdut itu merupakan gabungan beberapa instrumen musik.

[INSTRUKTUR] Setiap instrumen mendukung instrumen yang lain. Dan, cara untuk menggabungkannya pun walau terdengar gampang tapi sebenarnya rumit sekali.

Dhoni pun mendengarkan dengan serius.

[INSTRUKTUR] Kamu tahu sendiri juga, kalo piano itu walaupun kek gini-gini ternyata rumit juga. Menyatukan dua hal yang rumit itu akan menjadi tantangan yang pasti berat sekali. 

[INSTRUKTUR] Ditambah lagi, sebenarnya dangdut itu adalah wujud dari emosi manusia. Terutama di Indonesia. Karena itu dibilang musik khas Indonesia.

[INSTRUKTUR] Tanpa emosi manusia, kesan dangdut akan terkikis. Dan kamu tahu sendiri, kalo emosi manusia itu rumit. 

[INSTRUKTUR] Piano, dangdut, dan emosi manusia. 3 hal rumit inilah yang harus kamu hadapi. Tantanganmu berat, Dhoni. 

[DHONI] (Terdiam namun tetap memperhatikan instruktur) Benar juga. Tapi, mau gimana pun aku pengen coba.

[DHONI] Dan, setelah ngedenger Bapak ngejelasin aku semakin tertantang untuk melakukannya. 

[DHONI] Musik sendiri juga sebenarnya merupakan bentuk kerumitan yang dinikmati. Dangdut juga begitu. Emosi manusia memang aku belum paham tapi itulah yang juga mendorong kita untuk melakukan sesuatu.

[DHONI] Dan, jika aku bisa mengatasi segala kerumitan tersebut. Maka akan menghasilkan sesuatu yang indah bukan?

Instruktur tampak kagum dengan tekad Dhoni.

[DHONI] Aku akan berusaha untuk menghadapi semua kerumitan itu dan menghasilkan kepingan musik yang bagus.

[DHONI] Aku pasti bisa melewati semua kerumitan itu, segala kompleksitas itu. 

[INSTRUKTUR] (Tersenyum) Well. itu tergantung niat, usaha, dan kerja kerasmu juga. Tetap semangat. Jika kamu butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan untuk selalu datang ke sini. 

[INSTRUKTUR] Baiklah. Sudah cukup ngobrolnya. Kembali latihan.

Hari pun berlalu, Dhoni masih berusaha membuat musik dangdut tersebut. Di sisi lain, Dhoni juga masih rutin mengajari Dian. Hari itu, Dian sedang berlatih di rumah Dhoni. Hingga Tiara datang.

[TIARA] (Menyerahkan selembaran) Woi, Dhon. Ini ada kontes musik, nih. Bisa bawain genre bebas. Coba kamu daftar.

[TIARA] Terlebih lagi, coba lihat daftar juri yang turut serta dalam kontes ini.

Dhoni mengambil selebaran itu dan membacanya. Ia terkejut namun kemudian senang setelah melihat nama juri yang turut serta dalam kontes itu.

[DHONI] Wah. Kebetulan. Ini waktu yang sangat tepat untuk membalas dendamku tiga tahun yang lalu.

[DHONI] Akan kutunjukkan ke Pak Gemuruh lagu terbaruku. Di kontes ini akan kubawakan lagu dangdut ciptaanku. (Tersenyum bangga)

[DIAN] (Kaget dan tertawa) Kamu bikin dangdut? Pake piano? Aku ga tahu itu kreatif atau gila. 

[TIARA] Bener, kan? Dibilangin bikin lagu dangdut pake piano itu susah. 

[DHONI] Kalian meremehkan kemampuanku. Just wait and see. 

[TIARA] Iya. Iya. Kontesnya juga masih 2 bulan lagi. Sempurnain aja dulu lagu ciptaanmu. Kamu gimana, Dian? Mau ikutan juga? 

[DIAN] Boleh juga, deh. Udah lama juga aku ga ikutan kontes kek ginian. Itung-itung bersaing lagi sama Dhoni. 

[TIARA] Oke, kalo gitu. Semangat! Aku pulang dulu, ya. Ada urusan dikit. 

[DIAN & DHONI] Oke.

Tiara pun pulang ke rumah dan mengurus berkas-berkas.

[PAPA TIARA] Gimana? Kamu udah putuskan? 

[TIARA] Ya, pah. Aku udah yakin. 

[PAPA TIARA] Kamu udah kasih tahu Dhoni? Kan barusan kamu dari rumahnya. 

[TIARA] Tadi Dhoni lagi serius ngajarin Dian. Jadi takut ganggu. Mungkin besok aja kukasih tahu. 

[PAPA TIARA] Hmm. Ya udah. Jangan lupa juga ngasih tahu mereka buat mikirin masa depan mereka masing-masing.

[PAPA TIARA] Kek kamu yang mau lanjut kuliah ke luar negeri. Mereka juga harus memikirkan langkah ke depan selanjutnya. 

[TIARA] Oke, pah.

Tiara pun masuk ke dalam kamar dengan perasaan campur aduk. Tiara memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Tiara juga belum memberitahu Dhoni tentang hal tersebut. Dan, juga perasaannya kepada Dhoni. 

Di tempat lain, Dian yang menyadari bahwa dia jatuh cinta pada Dhoni memutuskan untuk bertindak. Semenjak SMA dan seiring waktu Dhoni mengajari Dian, perasaan itu tumbuh dan sudah sampai pada puncaknya.

[DHONI] Hari ini latihannya cukup. Kita juga butuh waktu buat nyiapin lagu yang dibawa ke kontes nanti. 

[DIAN] Dhoni. Abis kontes nanti aku mau ngomong sesuatu sama kamu. 

[DHONI] Ngomong apa? Kenapa ga sekarang aja? 

[DIAN] Aku belum siap kalo ngomong sekarang. (Tertawa lirih) 

[DHONI] Kenapa? Kamu mau bilang bakal kalahin aku di kontes nanti? Kita lihat nanti. (Tertawa) 

[DIAN] Bukan itu, sih. Tapi.. aku ga bakal kalah sama kamu kek waktu SMA.

[DIAN] Janji samaku, ya. Sehabis kontes apapun hasilnya kamu harus dengerin apa yang pengen aku ngomongin. 

[DHONI] Oke. Aku janji. Semangat buat kita berdua untuk kontes nanti. 

[DIAN] Sip. Ya, udah. Aku pulang dulu, ya. 

[DHONI] Hati-hati.

Dengan tekad yang bulat, Dian memutuskan akan menyatakan perasaannya kepada Dhoni. Apapun hasil dari kontes tersebut, Dian akan menyatakan cintanya pada Dhoni. 

Di hari yang sama, di rumah Tiara. Papa Tiara dihubungi oleh timnya. Kasus narkotika yang ditangani Papa Tiara mendapat kemajuan.

[PAPA TIARA] (Berbicara dari Hp) Baguslah. Ada titik terang dari kasus ini. Bagaimana dengan pengintaian? Lancar? 

[PAPA TIARA] Baiklah. Kita tunggu sampai ada pergerakan. 

[PAPA TIARA] Siapkan tim untuk penggerebekan. Kalo informasi sudah valid kita akan kerjasama dengan pusat. 

[PAPA TIARA] Mereka kriminal yang sudah buron dari lama. Kali ini jangan biarkan mereka lolos. Tetap awasi.

Dian dan Dhoni memiliki waktu dua bulan untuk berlatih. Dhoni dengan mantap akan membawakan lagu dangdut namun masih dalam proses pengerjaan.

Dian juga ingin membuat lagu namun ia tetap minta diajari oleh Dhoni.

[DHONI] Gimana progress buat kontes nanti?

[DIAN] Well. Masih stagnan. Keknya aku memang ga bisa improvisasi. 

[DHONI] Jangan menyerah dulu. Kita masih punya waktu. Aku juga masih berkutat dengan lagu dangdutku.

[DHONI] Ngomong-ngomong, kamu memang bawa lagu apa di kontes nanti?

[DIAN] Lagu buat seseorang. (Berusaha menyembunyikan senyuman) 

[DHONI] Buat siapa?

Dhoni yang memang tidak peka dari kecil tak mengerti maksud Dian. Namun, Dian juga mengambil keuntungan dari sifat Dhoni tersebut untuk menggodanya.

[DIAN] Tunggu aja pas hari-H di kontes nanti. (Tertawa mengejek) 

[DHONI] Yahh. Ga asik. Ga asik. Ga ser ewer ewer.

[DIAN] Hah!? Apaan itu Ser ewer ewer? (Tertawa)

[DHONI] (Ikut tertawa) Itu kek slogan khas buat lagu dangdut waktu aku kecil.

[DHONI] Waktu kecil aku sama temen-temen sering joged bareng dengerin lagu dangdut yang disetel Papa Tiara.

[DIAN] Ahhh. Karena itu kamu pengen bikin lagu dangdut, toh. 

[DHONI] Well. Mungkin sebagian alasannya itu. Tapi, alasan sebenernya karena aku pengen sesuatu yang beda aja.

[DIAN] Berarti kita sama dong. 

[DHONI] Apanya yang sama?

[DIAN] Aku juga lagi pengen buat sesuatu yang beda. Karena itu aku ikut kontes ini dan membuat lagu ini untuk seseorang. 

[DHONI] Buat siapa sih aku penasaran?

[DIAN] Gak akan aku kasih tahu. Liat aja di hari H. (Tertawa mengejek)

Mereka pun kembali berlatih. Perasaan Dian semakin memuncak. Dian tak sabar untuk memperlihatkan lagu tersebut kepada Dhoni.

Di hari yang lain, Dhoni yang masih berkutat dengan lagu dangdut pun tetap meminta bantuan pada instruktur.

[DHONI] Pak Karta, saya ikut kontes ini. (Memberi selebaran)

[INSTRUKTUR] (Membaca selebaran) Wah. Kamu berani juga. Kamu ingin balas dendam nih ceritanya?

[DHONI] (Tertawa kecil) Bisa dibilang seperti itu. Karena itu saya masih butuh bantuan pak Karta.

[INSTRUKTUR] Itu memang sudah tugas saya untuk mengajari kamu musik. Tapi, seperti yang saya bilang tempo hari, saya tak bisa mengajari kamu ‘visualisasi’ musik.

[DHONI] Tak apa-apa, pak. Yang saya butuhkan saat ini adalah penyelesaian piano terlebih dahulu.

[INSTRUKTUR] Baiklah. Tunjukkan lagu dangdut yang sudah kamu buat.

Dhoni pun bermain piano menunjukkan lagu dangdut yang sudah diciptakannya. Instruktur mendengarkan dan memperhatikan semua permainan Dhoni.

[INSTRUKTUR] Seperti biasa tak ada yang cacat dari permainan kamu.

[DHONI] (Kecewa) Benarkah, pak? Entah kenapa saya selalu masih merasa kurang. Saya tak tahu apa itu.

[INSTRUKTUR] (Ikut merasakan kekecewaan Dhoni) Maafkan saya. Sebagai seorang praktisi musik, menurut saya lagu kamu sudah cukup lengkap.

[INSTRUKTUR] Tapi, lihatlah sisi baiknya. Ini merupakan tahap yang harus kamu lewati agar kamu bisa mengalahkan pak Gemuruh.

[INSTRUKTUR] Saya hanya bisa membantu seperti ini saja. Sisanya tergantung pada kamu sendiri. Berjuanglah, Dhon.

[DHONI] Baiklah, pak.

Waktu berlalu, Dhoni berlatih pada instruktur sembari memncari kekurangan pada lagunya. Sedangkan, Dian juga berlatih secara mandiri jika Dhoni sedang tak bisa mengajarinya.

Dian memainkan lagu ciptaannya dengan lancar. Lagu tersebut adalah wujud rasa cintanya pada Dhoni. Dian semakin tak sabar untuk menunjukkannya pada Dhoni.

Namun, ada hal yang mengganjal Dian. Tentang perasaan Tiara.

[DIAN] Apakah Tiara juga memiliki perasaan yang sama pada Dhoni?

Dian memikirkannya secara serius dan berniat akan menanyakannya pada Tiara sebelum kontes tiba.

[DIAN] Aku harus menanyakan hal ini langsung pada Tiara.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar