KOMPLEKSITAS
6. Dhoni dan Turnamen Piano (Bagian 3)

Setelah seluruh peserta tampil, kontes pun berakhir. Gemuruh tepuk tangan sangat meriah memenuhi ruang pertunjukan.

Para peserta pun dipersilakan untuk kembali bergabung dengan kontingen sekolah masing-masing. Dhoni dan peserta yang lain kembali ke kontingen sekolah mereka.

Pemilihan juara untuk tiap instrumen musik sedang dirapatkan. Sembari menunggu pengumuman, mereka semua menanti dengan was-was.

[TIARA] Gimana rasanya di atas panggung tadi, Dhon?

[DHONI] Serius. Aku ga bohong. Aku mau muntah. Aku mual. Aku lemes. (Memelas)

Tiara tertawa mendengar respon Dhoni. Juga merasa kasihan di saat bersamaan.

Dhoni yang sangat anti-sosial dihadapkan dengan situasi yang mengharuskannya dilihat banyak orang. Walaupun begitu, Dhoni menganggapnya sebagai pengalaman berharga.

[TIARA] Tapi, kamu tadi bisa nyelesaiin penampilan di panggung. Hebat juga. Aku kirain bakal pingsan di tempat. (Tertawa kecil)

[DHONI] Mungkin karena aku sudah memegang piano. Kamu tahu sendiri, kalo aku udah main piano. Aku bakal ngelupain sekitar.

[TIARA] Banyak juga yang permainan pianonya lebih hebat dari kamu. Aku sampe kaget.

[DHONI] Iya. Aku ga tahu kalo ternyata banyak juga yang main piano. Dan, juga banyak gaya permainan pianonya yang ga aku tahu. (Merasa kagum)

[TIARA] Untung kan aku maksa kamu ikut lomba ini? Kamu bisa berkembang jadinya. (Menyombongkan diri)

[DHONI] Iya. Bener. Terima kasih, Tiara. (Tersenyum ke arah Tiara)

Tiara kaget dengan respon Dhoni. Hatinya berdegup kencang. Perasaan yang berusaha ia lupakan muncul lagi.

Tiara tak kuat melihat ke arah Dhoni dan memalingkan mukanya. Dhoni bingung dengan sikap Tiara.

[DHONI] Kamu kenapa lagi, Tir?

[TIARA] (Berkelit) Ah, engga. Aku cuman pengen ngambil upil doang. Nyangkut dari tadi di dalam.

[DHONI] (Tertawa jijik) Kamu jorok juga. Pokoknya jangan dielapin ke aku aja.

Tiara langsung melihat kesempatan untuk menggoda dan menjahili Dhoni. Tiara memperagakan sudah mengambil upil dan mendekat ke Dhoni.

Dhoni yang melihat langsung menyingkir kabur. Mereka tampak bermain. Tiara melakukannya untuk melupakan perasaan yang tak dapat ia jelaskan.

Sementara itu, di belakang panggung. Rapat penjurian untuk menentukan juara pada tiap-tiap instrumen yang dilombakan.

[GEMURUH] Tahun ini banyak insan muda yang berbakat. Banyak sekali yang menarik perhatian saya.

[GEMURUH] Tapi, sayang sekali. Ini adalah kontes. Dengan terpaksa kita harus menentukan satu untuk menjadi juara.

[GEMURUH] Baiklah, mari kita mulai dari instrumen gitar. Pak Darma, gimana pendapat anda?

[JURI-GITAR] Dari penampilan 14 sekolah, saya sudah men-list 5 peserta yang terbaik menurut pribadi saya. Saya butuh pendapat Pak Gemuruh juga untuk menetukan juara.

[GEMURUH] Baiklah, mari kita lihat.

Gemuruh pun melihat daftar yang diberikan Juri-Gitar. Sebagai catatan, Gemuruh melihat semua peserta dari semua instrumen. Sehingga tidak menyulitkan jika ditanya pendapat.

[GEMURUH] Ah, peserta no 23 dari sekolah DR#K@FG ini sangat menarik.

[GEMURUH] Permainan gitarnya membuat saya melihat lapangan hijau yang luas. Saya bisa melihat ada anak kecil bermain dengan peliharaannya di bawah langit biru dan rumput hijau.

[GEMURUH] Saya akan menjadikannya sebagai juara.

[JURI-GITAR] Baiklah kalo gitu, Pak. Peserta ini yang akan saya jadikan juara satu. Lalu, juara dua dan tiga sendiri bagaimana, Pak?

[GEMURUH] Kalau untuk juara dua dan tiga, saya serahkan seluruhnya pada pak Darma.

[JURI-GITAR] Baiklah, Pak.

Susunan juara untuk instrumen gitar telah rampung. Gemuruh beralih pada instrumen yang lain.

[GEMURUH] Instrumen saxophone sendiri bagaimana, bu Esdami?

[JURI-SAXO] Sama, Pak. Saya sudah men-list da nada 4 peserta yang menarik perhatian saya. (Menyerahkan daftar)

[GEMURUH] (Melihat daftar) Hmmm. Ah. Peserta no 56 dari sekolah XZD$%^= ini yang tadi menarik perhatian saya.

[GEMURUH] Permainan saxophonenya membuat sebuah sketsa kehidupan. Saya melihat seorang ayah yang kehilangan anaknya sedang termenung di bawah sinar bulan.

[GEMURUH] Saya menyarankan peserta ini yang menjadi juara satu. Sisanya saya serahkan sepenuhnya pada bu Esdami.

[JURI-SAXO] Baiklah, Pak.

Daftar juara untuk instrumen saxophone sudah rampung. Proses berlanjut seperti itu pada tiap instrumen. Adapun instrumen yang dimainkan saat kontes adalah gitar, saxophone, biola, flute, marimbas, drum, dan piano.

[GEMURUH] Instrumen biola saya tertarik dengan peserta no 11 dari sekolah *&^JKO5.

[GEMURUH] Permainan biolanya membuat saya melihat langit senja di pedesaan yang asri. Saya melihat matahari perlahan turun seiring lentera lampu dinyalakan.

[GEMURUH] Saya menyarankan peserta tersebut menjadi juara satu. Dan sisanya saya serahkan pada bu Rayu.

[JURI-BIOLA] Saya mengerti, Pak.

Daftar juara untuk instrumen biola sudah rampung. Proses berlanjut.

[GEMURUH] Instrumen flute saya tertarik dengan peserta no 40 dari sekolah XX$#SD+.

[GEMURUH] Permainan flutenya menceritakan kisah kerasulan. Ketika seorang hamba yang taat sedang mengagungkan Tuhannya.

[GEMURUH] Saya menyarankan peserta tersebut menjadi juara satu. Dan sisanya saya serahkan pada pak Horta.

[JURI-FLUTE] Terima kasih, Pak.

Daftar juara untuk instrumen flute sudah rampung. Proses berlanjut.

[GEMURUH] Instrumen drum saya tertarik dengan peserta no 31 dari sekolah POL*&^Y.

[GEMURUH] Permainan drumnya mengisahkan riwayat orang yang berjuang dalam perang. Jantung yang berdetak seirama dengan gebukan drumnya.

[GEMURUH] Saya menyarankan peserta tersebut menjadi juara satu. Dan sisanya saya serahkan pada pak Candra.

[JURI-DRUM] Siap laksakan, Pak.

Daftar juara untuk instrumen drum sudah rampung. Proses berlanjut.

[GEMURUH] Instrumen marimbas saya tertarik dengan peserta no 29 dari sekolah IKJ&&*^.

[GEMURUH] Permainan marimbasnya membuat saya melihat kebahagiaan seorang bocah yang polos. Bocah polos yang bermain air dengan riang bersama teman-temannya.

[GEMURUH] Saya menyarankan peserta tersebut menjadi juara satu. Dan sisanya saya serahkan pada bu Jessy.

[JURI-MARIM] Oke, Pak. Siap.

Daftar juara untuk instrumen marimbas sudah rampung. Proses pemilihan untuk instrumen piano memiliki sedikit kendala. Juri-Piano dan Gemuruh tampak sedikit berdebat.

[GEMURUH] Maaf, pak Gandar. Untuk daftar ini saya sedikit bimbang.

[GEMURUH] Saya cukup mengerti bapak menyertakan peserta no 69 dari sekolah N93N#0#. Tapi, saya tidak setuju jika peserta ini mendapat juara.

[JURI-PIANO] Loh? Ada apa, pak Gemuruh?

Peserta yang dimaksud adalah Dhoni.

[GEMURUH] Dari tempo, alunan nada, dan teknik. Memang. Saya akui peserta ini sangat hebat. Namun, saya sama sekali tidak melihat pemandangan dari permainannya.

[GEMURUH] Permainannya terlihat seperti orang tersesat dan kebingungan. Saya sama sekali tak bisa melihat apa-apa di sana. Baru pertama kali saya mengalami yang seperti ini.

[GEMURUH] Peserta ini sama sama sekali tak saya rekomendasikan sebagai juara. Saya menyarankan peserta no 66 dari sekolah HGY^&&*.

[GEMURUH] Keputusan saya bulat. Maaf, pak Gandar.

[JURI-PIANO] Kalau pak Gemuruh berkata seperti itu, maka akan saya lakukan. Tapi, jika saya sertakan sebagai juara tiga. Apakah pak Gemuruh keberatan?

Gemuruh menganggukan kepala tanda setuju. Dengan demikian seluruh susunan juara tiap instrumen sudah selesai. Saatnya pengumuman.

Dhoni hanya mendapat juara 3. Dan, untuk pertama kalinya Dhoni merasa kesal. Dhoni merasa tertantang untuk mengembangkan bakatnya.

Namun, di mata Tiara permainan Dhoni adalah yang paling bagus. Dan, saat itu pula Tiara menyadari perasaannya.

Dia sudah jatuh cinta kepada Dhoni.

Di antara bangku penonton ada seseorang yang kagum dengan permainan Dhoni. Seseorang dari sekolah lain.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar