1. Chapter #1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

TEASER

 

TITLE : Riau, Juli 2018

 

1.     ESTABLISHED. HUTAN TERBAKAR – SIANG

 

Memperlihatkan hutan yang terbakar. Langit dipenuhi gumpalan asap tebal. Sirene mobil pemadam kebakaran meriung. Puluhan petugas pemadam kebakaran tampak kerepotan saat mengarahkan fire hose untuk memadamkan api yang terus membara.

 

INSERT.

Memperlihatkan tiga orang yang tengah menonton televisi. Kamera menyorot pada televisi yang menayangkan berita tentang kebakaran hutan yang terjadi di Riau.

 

PEMBACA BERITA / NEWS ANCHOR (O.S)

Kebakaran hutan di Riau terus bertambah dan menjadi kian parah. Kabut asap tebal kembali menyelimuti bumi Lancang Kuning. Diperkirakan, luas hutan dan lahan yang terbakar telah mencapai lebih dari enam ribu hektar. Saat ini, upaya pemadaman terus dilakukan oleh tim Satgas dibantu oleh beberapa perusahaan swasta, dengan melibatkan lebih dari seribu personil. Namun, sejauh ini, belum ada tanda-tanda bahwa kebakaran berhasil diatasi.

 

CUT BACK TO.

Memperlihatkan hutan yang terbakar. Para petugas pemadam kebakaran yang tengah memadamkan api. Asap hitam menggumpal-gumpal di langit. Dan riungan mobil pemadam kebakaran yang kian menjadi-jadi.

 

DISSOLVE TO

 

2.     ESTABLISHED . CAFE HOUSE OF CHOCOLATE - SIANG

CAST. ARUL, RETNI.

 

Kamera memperlihatkan Arul (27) dan Retni (26) yang duduk berhadapan. Di atas meja, ada gelas berisi Hot Chocolate di depan Arul dan Chocolate Milkshake di depan Retni.

 

ARUL

Kamu tetap akan berangkat nih ceritanya?

 

RETNI

(mengangguk sambil menyeruput milkshake)

Aku janji nggak lama. Begitu liputanku selesai, aku segera kembali.

 

ARUL

Apa nggak bisa diganti orang lain Ret? Kamu pernah dengar mitos ini ‘kan? Bahwa orang yang akan menikah itu, nggak boleh lagi menyeberang lautan.

 

RETNI.

(tertawa kecil)

Kata siapa? Sebenarnya Ummi keberatan sih Rul. Tetapi bukan karena mitos.

Ummi aja yang malas berdebat dengan anaknya yang keras kepala.

 

ARUL

Kalau Ummi-mu aja nggak bisa melarang, apalagi aku ya?

 

RETNI

(tersenyum, menyentuh pelan lengan Arul yang berbalut jaket denim)

I’ll be alright. In sya Allah. Aku akan jaga diri baik-baik dan segera pulang setelah pekerjaanku beres.

 

Arul mengedik bahu, lalu menghirup minumannya dan membuang muka ke arah lain dengan ekspresi sedikit kesal.

 

DISSOLVE TO

3.     EXT. JALAN UTAMA KOTA PEKANBARU - PAGI

CAST : RETNI, PEGAWAI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA.

 

Memperlihatkan langit yang tertutup asap tebal. Kamera lalu bergerak ke arah orang-orang yang berkumpul memandang langit dengan wajah tertutup masker.

 

PEGAWAI 1

Belum ada pertanda apa-apa. Padahal ini sudah hari kelima pantauan kita.

 

PEGAWAI 2

Apa karena titik apinya terlalu luas, sehingga penyemaian hujan buatan ini belum juga berhasil?

 

PEGAWAI 1

Bisa jadi. Tapi kita harus tetap berupaya. Bandara sudah dua minggu tutup total. Kita bisa jadi bulan-bulanan media kalau tidak ada upaya yang berhasil kita lakukan.

 

Ponsel Retni berbunyi. Dia mengeluarkannya dari saku celana jinsnya. Kamera memperlihatkan tulisan di layar ponsel. Sebuah pesan masuk dari Bim Bim yang mengabarkan bahwa Yani meninggal.

 

RETNI

(terbatuk-batuk)

 

PEGAWAI 1

Kenapa Nona? Jika anda kurang sehat, sebaiknya pulang saja. Toh sudah berjam-jam kita di sini, apa yang kita tunggu tak juga terjadi.

 

RETNI

(menggeleng)

Anda tak perlu mengkhawatirkan saya, Pak. Tetapi, saya hanya mau bilang, bahwa kabut asap ini baru saja menelan satu korban lagi.

 

PEGAWAI 1

Siapa?

 

RETNI

Namanya Yani. Umurnya baru lima tahun.

Dia anak tetangga teman saya dan punya penyakit asthma bawaan. Kondisi seperti ini membuat penyakitnya tambah parah. Kemarin baru dibawa ke rumah sakit, tapi hari ini nggak tertolong lagi.

 

PEGAWAI 1

Inna lillahi wa inna ilaihi roojiuun.

 

Kamera menyoroti wajah sang pegawai yang tertegun lalu tertunduk.

 

CUT TO

 

4.     INT. RUANG TAMU RUMAH YANI - SIANG.

 

Jenazah Yani (5 tahun) terbaring diselimuti kain batik. Sehelai kain putih transparan menutupi wajahnya. Beberapa wanita berkerudung dan berbaju hitam duduk mengelilinginya. Terdengar suara orang-orang membaca surat Yasin ditingkahi suara isak tangis. Retni duduk di sisi dinding dalam jarak dua meter dari jenazah Yani. Dia mengenakan kerudung hitam dan tunik hitam serta celana jins longgar.

 

INSERT.

Serombongan lelaki menghampiri ayah Yani. Satu darinya memeluk lelaki itu seraya mengulurkan amplop putih. Ayah Yani menggelengkan kepala, namun lelaki yang memeluknya menyelipkan amplop itu ke saku baju kokonya.

 

POV (RETNI) : Melihat adegan itu dari tempatnya duduk bersimpuh. 

Ponsel Retni bergetar. Dia mengeluarkan dari tas, melihat layar lalu menempelkan di telinga.

 

RETNI.

(dengan suara pelan) Bim, kamu di mana?

 

BIM BIM (O.S)

Di luar. Arah jam tiga dekat mobil ambulans. Kemarilah. Aku mau ngomong sesuatu.

 

RETNI.

Sebentar. Aku keluar.

 

Retni bangkit dari duduk, melangkah perlahan seraya membungkukkan tubuh melewati para pelayat yang duduk berjejer.

 

5.     EXT. TERAS RUMAH YANI - SIANG

Sesampai di teras, Retni memakai sandalnya, lalu berjalan menuju ke arah Bim Bim (28 tahun) yang berdiri di belakang mobil ambulans. Hari ini Bim Bim yang bertubuh kurus dan berambut ikal itu mengenakan baju koko dan peci serta menutup wajah dengan masker.

 

RETNI.

Ada apa, Bim?

 

BIM BIM

(dengan suara pelan) Ada kabar terbaru. Asosiasi pengusaha akan mendatangi kantor Gubernur besok pagi. Mereka mau menuntut pemerintah terkait pembekuan izin perusahaan yang tergabung dalam asosiasi.

 

RETNI. (CONT’D)

Oh ya?

 

Retni menggeser tubuhnya lebih dekat pada Bim Bim. Beberapa orang pria melewati mereka sambil menggotong keranda.

 

RETNI.

Tinggi juga sinyalmu. Aku malah belum dengar.

 

BIM BIM.

Ini info tertutup. Asosiasi itu akan datang sekitar pukul sepuluh. Kamu mau ikut?

 

RETNI

Tentu dong.

 

BIM BIM

Kalau begitu aku hubungi dulu orang dalam di sana. Hanya beberapa media saja yang diizinkan meliput. Ini aku dapet infonya karena sumbernya kebetulan temanku.

 

Bim Bim berjalan agak menjauh sambil menelpon seseorang. Lalu kembali lagi menghampiri Retni setelah pembicaraannya selesai.

 

BIM BIM

Kita ketemu di kantor Gubernur sekitar pukul sembilan ya.

 

RETNI.

Oke.

 

POV (RETNI) Menatap orang-orang yang menggotong keranda masuk ke dalam rumah.

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar