4. Chapter #4
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

13.  EXT/INT. DI DALAM MOBIL – SORE

 

Retni dan Bim Bim duduk di dalam mobil. Bim Bim mengendarai mobil. Retni duduk di sebelahnya. Kamera menyoroti wajah Retni yang melamun dan tengah teringat ucapan terakhir Amrialis.

 

AMRIALIS (O.S)

Saya hanya ingin hidup tenang dan tetap bisa bernapas sampai kabut asap ini ndak ado lagi.

 

BIM BIM (CONT’D).

Melamun terus. Mikirin apa?

 

Kamera berpindah sejenak ke arah Bim Bim lalu ke jalan raya yang berselimut kabut asap. Memperlihatkan kendaraan di depan mobil mereka yang hanya terlihat samar-samar dan lampunya menyala.

 

RETNI.

Banyak. Sangat banyak. Kita tahu faktanya, tetapi kita kesulitan mengumpulkan bukti yang bisa memperkuat fakta itu. Dengan kondisi sekarang, sangat berat jika kita harus menemui satu per satu warga pemilik lahan untuk bisa melihat bukti kepemilikan tanah mereka yang telah dikuasai perusahaan.

 

BIM BIM

Bagaimana kalau kita meminta bantuan instansi berwenang? Kita cukup minta ditunjukkan sertifikat lahan warga yang telah beralih ke perusahaan.

 

RETNI

(tertawa)

Memangnya kita siapa, Bim? Kecuali jika kita pihak kepolisian yang datang dengan surat resmi untuk melakukan penyelidikan.

 

BIM BIM

Lantas, kamu tetap mau mengangkatnya tanpa bukti yang valid?

 

RETNI

Aku masih punya data-data saat meliput kasus ganti rugi dulu. Aku akan coba menulisnya kembali berdasarkan kronologis peristiwa dan membiarkan pembaca menilai fakta mana yang lebih mendekati kebenaran.

 

BIM BIM (CONT’D).

(suara meninggi)

Astaga, jadi kamu mau menggunakan bahan basi untuk membuat makanan yang harus disajikan sekarang, Ret?

 

RETNI

(dengan suara ikut meninggi)

Siapa bilang itu basi? Asal kamu tahu Bim, dokumen tentang hak atas tanah tidak boleh dimusnahkan sampai usianya mencapai 20 tahun! Itu artinya, data tiga tahun lalu masih sangat valid! Apalagi proses ganti ruginya sendiri baru benar-benar selesai awal tahun ini.

 

BIM BIM

Lalu, apa menurutmu data-data itu cukup kuat untuk mengangkat kasus ini sekarang, Ret? Maaf. Aku hanya mengingatkan. Kita tetap harus hati-hati. Jangan sampai apa yang kita lakukan menjadi bumerang buat kita sendiri.

 

RETNI

(tersenyum kecut)

Terima kasih, Bim. Aku akan pikirkan cara terbaik untuk menulis tentang ini.

Yang jelas, aku masih ingin merasakan indahnya pernikahan, Bim.

 

BIM BIM (CONT’D)

(tertawa kecil)

                         Syukurlah, masih normal kamu.

 

RETNI

Sialan kamu Bim.

 

BIM BIM

(dengan wajah berubah serius)

Sepertinya paling cepat kita akan tiba di Pekanbaru sesudah maghrib, Ret.

Kamu lihat. Kabut di luar tambah pekat.

 

Kamera menyoroti suasana di jalan raya yang kian berkabut.

Terdengar bunyi klakson silih berganti. Jarak pandang kian memendek.

 

RETNI

Pelan-pelan saja jalannya Bim. Bahaya ini.

Kita hanya bisa lihat lampu kendaraan yang ada di depan kita.

 

BIM BIM

Sebaiknya kamu jangan lama-lama di sini Ret. Pulang sajalah ke Jakarta.

Boss pasti akan memaklumi.

 

RETNI

(memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di kursi mobil)

Nanggung Bim. Kata orang tua, kalau kerja nggak boleh nanggung-nanggung.

 

BIM BIM

(mendengus) Dasar bandel.

Kalau aku jadi Arul, sudah kujemput kamu dan kubawa pulang.

Aku jadi heran. Kamu yang kelewat loyal sama profesi,

atau Arul yang terlalu cuek ya?

 

Retni tersenyum tipis, lalu memalingkan muka ke arah kaca samping. Melihat pantulan wajahnya di spion yang tampak tengah memikirkan ucapan Bim Bim.

Kamera lalu kembali menyoroti jalan raya dari balik kaca depan mobil. Jalan yang kian tertutup kabut asap tebal.

 

FADE OUT

FADE IN

 

14. INT. INDEKOST RETNI - MALAM

 

CAST : RETNI, HARIS (boss Mercusuar)

 

Retni mengetik di laptop. Ponselnya yang tergeletak di samping laptop berbunyi. Nama HARIS (43 tahun) muncul di layar.

 

INTERCUT.

 

HARIS.

Assalamualaikum, Retni, apa kabar?

 

RETNI.

Waalaikumsalam. Alhamdulillah, baik Pak.

 

HARIS

Syukurlah. Saya masih di Jakarta. Rencananya mau pulang kemarin. Tapi mendadak ada pertemuan dengan Kementerian Kehutanan dan asosiasi perusahaan sawit terkait kondisi pasca pembakaran hutan. Bagaimana perkembangan di sana, Ret?

Semua berita yang saya baca bilang, kalau kabut asap semakin tebal ya?

 

RETNI. (CONT’D)

Begitulah Pak. Kadar polutan terus meningkat dalam beberapa hari terakhir. Untuk perkembangan pekerjaan kami, saya dan Bim Bim sudah mengumpulkan data di lapangan. Tetapi, untuk saat ini saya memilih untuk menulisnya dalam esai dan bukan reportase, Pak.

 

HARIS

(melenguh)

Saya tahu reportase bisa berisiko. Tetapi, kenapa kamu memilih essai? Kamu tahu ‘kan berapa persen pembaca kita yang mau membaca kolom itu?

 

RETNI

Karena data-data terbaru yang saya kantongi masih minim, Pak. Apa yang dapat saya simpulkan, masyarakat pemilik lahan memilih bungkam. Instansi-instansi terkait juga tidak mau sembarangan membeberkan dokumen tentang lahan mereka.

 

Haris tampak berpikir sambil mengetuk-ngetuk pena ke atas meja.

 

HARIS.

Kita akan coba memuatnya di lembar pertama, di kolom paling bawah yang biasa diisi untuk feature. Kita bagi dalam dua kali pemuatan. Kita juga akan memuatnya di media online. Ingat. Tetap pertahankan opini netral dan proporsional, Ret. We must be part of solution, not part of problem.

 

RETNI

Baik, Pak.

 

HARIS

Terima kasih, Ret. Jaga kesehatan ya. Assalamualaikum.

 

RETNI

Waalaikumsalam.

 

Pembicaraan berakhir. Retni meletakkan kembali ponselnya di samping kibor lalu menghela napas. Menatap layar laptop dengan wajah berpikir keras seraya menopang dagu.

 

FADE OUT

FADE IN

 

15. INT. INDEKOST RETNI – TENGAH MALAM

 

Terdengar bunyi keras yang menampar-nampar kaca jendela. Retni yang tertidur seketika terjaga. Dia mengucek-ucek mata, lalu berjalan mendekati jendela dan menyibak gorden. Tampak olehnya hujan deras di luar.

 

RETNI.

(berteriak girang) Alhamdulillah! Hujan!

 

POV (RETNI)

Menatap hujan yang turun deras dari balik jendela dengan wajah riang

 

Retni meloncat ke tempat tidur. Mengambil ponsel yang tergeletak di atas bantal. Dia membuka fitur twitter dan menggeser layar. Kamera bergerak ke arah layar ponsel, menampilkan sederet twit ungkapan bahagia. Rata-rata menggunakan tagar #Riauakhirnyahujan.

Retni menaruh kembali ponselnya di tempat tidur. Lalu merentangkan tangan tinggi-tinggi untuk meregangkan tubuh. Dia menoleh kembali ke arah jendela. Kamera bergerak menuju jendela dan menyoroti hujan dari balik jendela.

 

FADE OUT.

FADE IN.

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar