Kisah Lara untuk Dara
11. ACT XI
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUMAH DARA - KAMAR DARA - AFTERNOON

 

Dara, Lara dan Ayu sedang berkumpul dirumah Dara, Ayu sedang melihat-lihat album foto Dara waktu kecil, Lara sedang mencoba beberapa baju Dara dan melihat hasilnya dicermin, Dara sibuk memainkan rambutnya yang tebal.

 

AYU

Enggak nyangka ya kita udah mau lulus.

 

DARA

Iya, sebentar lagi jadi anak kuliahan.

 

LARA

Tapi sedih juga masa SMA bakalan berakhir.

 

AYU

Tapi bukannya enak kuliah, katanya lebih banyak waktu kosong.

 

DARA

Tergantung lu ambil jurusan apa dan Uni apa.

 

LARA

Lu udah fix Dara ambil kuliah di Bandung.


Lara masih berganti pose didepan cermin, sesekali senyumannya terlihat genit. 


DARA

Iya, soalnya di Bandung itu sejuk enggak kayak di Jakarta.

 

AYU

Kalau kamu Lara gimana udah ada kabar soal beasiswa.

 

LARA

(Sedikit sedih)

Belum, kayaknya minggu depan, udah ah jangan ngomongin kuliah mulu, oh ya kita udah mau lulus tapi kita berlima masih jomblo aja, geng kita enggak asyik ya.

 

AYU

Kenapa jadi pikirannya kesana.

 

LARA

Gue mau ngomong sesuatu, gimana kalau sebelum lulus gue nyatain perasaan gue sama Satya.

 

AYU

Kamu yakin, maksud aku, aku kira kamu cuma suka aja sama Satya, bukannya kamu naksir sama Bagas yang anak Basket.

 

LARA

(Berbunga-bunga)

Itu waktu kelas dua kali Ayu, pas kenal sama Satya entah kenapa gue kayak langsung falling in love gitu, gue sebenarnya udah kasih sinyal tapi dia enggak peka, cowok kan gitu, makanya gue mau langsung nyatain, menurut pendapat lu gimana Dara?

 

DARA

(Pura-pura tidak dengar)

Eh, apa?

 

LARA

(Kesal)

Dengerin enggak sih, soal gue sama Satya, bukannya sering deh gue curhat sama lu, enaknya kapan nyatainnya ya?

 

DARA

(Terbata-bata)

Iya,,,mendingan sebelum dia masuk kuliah sih, soalnya nanti,,,lu keburu keduluan sama teman-teman kuliahnya.

 

LARA

Iya sih betul, kan biasanya anak kampus lebih agresif. Gue enggak boleh kalah.

 

Dara terlihat sedih tetapi pintar menutupinya dengan mengalihkan pada buku-buku novelnya, sedangkan Ayu melirik kearah Dara dan mencoba bersimpati dalam diam.

 

EXT. RUMAH DARA - TERAS - NIGHT

 

Dara baru sampai dirumahnya dan melihat Satya sedang menunggunya didepan rumah.

 

SATYA

Kamu kenapa enggak pernah terima telepon aku.

 

DARA

Aku sibuk buat persiapan kuliah.

 

SATYA

Aku salah apa sama kamu.

 

DARA

Enggak ada yang salah Satya, cuma,,,aku lagi pengen sendiri aja.

 

SATYA

Kalau kamu pengen sendiri aku bisa kok kasih ruang.

 

DARA

Bukan itu.

 

SATYA

Ini bukan soal Lara kan, aku cuma anggap dia teman, sahabat enggak lebih.

 

DARA

Tapi aku udah anggap dia sodara.

 

SATYA

Apa karena itu juga kamu kemaren-kemaren enggak mau umumin hubungan kita.

 

DARA

Bukan, bukan soal itu, beda!

 

SATYA

Beda gimana?

 

DARA

Satya, aku mohon jangan hubungi aku lagi, aku cuma pengen kita masih bisa temenan, jalan bareng sama anak-anak, udah.

 

SATYA

Selama ini kamu sebenarnya sayang enggak sama aku?

 

DARA

Sebagai teman, iya dan enggak lebih, iya kayak anak remaja kebanyakan cuma suka karena kamu jago main gitar, baik, cool, udah.

 

SATYA

Daritadi cuma ngomong udah, udah, udah aja, enggak ada alasan atau omongan lain?


Dara masih diam saja tanpa ekspresi.


SATYA

Oke, kalau itu mau kamu, tapi satu yang pasti aku enggak akan pernah berhenti lupain kamu.

 

Satya pergi begitu aja dengan perasaan sedih dan raut wajah kesal, sedangkan Dara hanya terdiam dan tidak menoleh sedikit pun kearah Satya, tak lama airmata Dara keluar sedikit demi sedikit.

 

ZOOM OUT

 

INT. RUMAH LARA - TERAS - NIGHT

 

Dara menunggu Lara pulang ditengah hujan deras yang terjadi disekitar rumah Lara, ia berdiri sendiri didepan rumah Lara, tanpa jaket tanpa payung tanpa jas hujan dan memang rumah Lara tidak mempunyai atap depan teras sehingga baju Dara basah kuyup.

 

Tak lama kemudian Lara datang dengan wajah tidak mengenakkan. Dara menghampiri Lara dan meminta penjelasan.

 

DARA

Lara kenapa kamu ngehindarin gue terus?

 

LARA

Enggak kenapa-kenapa.

 

Lara kesulitan membuka kunci pintu rumahnya, bahkan sempat terjatuh tetapi langsung diambilnya.

 

DARA

Pasti ada alasannya kan?

 

LARA

Enggak ada Dara.

 

DARA

Kalau enggak ada kenapa lu matiin telepon gue, dan enggak pernah balas pesan gue.

 

LARA

Gue cuma mau sendiri aja.

 

DARA

Pasti ada sesuatu.

 

LARA

Lu tahu gue habis kehilangan orang yang paling gue cintai dan gue bingung mesti ngapain, jadi please jangan usik-usik gue lagi.

 

DARA

Tapi kan enggak gini caranya.

 

LARA

Please Dara gue mau sendiri dulu, gue mau hidup tenang.

 

Lara langung masuk begitu saja kedalam rumah dan mengunci pintu. Dara hanya bisa diam membisu ditengah guyuran hujan.

 

ZOOM OUT

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar