Keluarga Tanpa Ibu (Script)
9. 9

103. INT. RUMAH MAHDI - RUANG KELUARGA - MALAM

Nigel, Mahdi, dan Mawar duduk di depan tv. Mereka bersantai setelah capek bekerja. Mahdi menatap Nigel yang duduk di lantai bersama Mawar. Keduanya asyik bercanda. Dia ragu namun akhirnya berani mengatakan...

MAHDI

Lo enggak pulang?

Nigel dan Mawar menghentikan bercandaan mereka. Keduanya menatap Mahdi.

NIGEL

Lo (beat) ngusir gue?

Mahdi memalingkan wajah menatap layar televisi sambil berkata...

MAHDI

Enggak. Cuma (beat) apa lo gak kasian sama bokap dan abang lo?

Nigel tertawa.

NIGEL

Emang mereka pernah peduli sama gue? Dulu gue nginep berhari-hari di rumah lo aja mereka enggak pernah tahu. Bahkan kayaknya mereka enggak pernah mau tahu.

MAHDI

Kemarin bokap lo telpon gue. Nanyain apa gue tahu lo dimana.

Nigel terkekeh. Dia beralih duduk di sebelah Mahdi.

NIGEL

Segitunya lo pingin gue pulang? Sampai-sampai...

Mahdi menoleh dan menyelat ucapan Nigel.

MAHDI

Gue enggak ngada-ngada. Kenyataannya bokap lo emang cariin lo. (beat) Lihat grup angkatan kita.

Nigel menatap dalam mata Mahdi. Lalu dia berjalan menuju kamar Mahdi.

104. INT. RUMAH MAHDI - KAMAR MAHDI - MALAM

Nigel menarik laci dan mengambil ponselnya. Dinyalakan ponselnya. Dia membuka grup obrolan angkatan. Ada banyak teman yang menandainya. Beberapa juga mengirim pesan dan menelpon Nigel.

TEMAN SMP NIGEL #1 (V.O.)

Gel, bokap lo nyariin.

TEMAN SMP NIGEL #2 (V.O.)

Kalian pada ditelpon sama Ayah Nigel?

TEMAN SMP NIGEL #3 (V.O.)

Pulang, Gel.

TEMAN SMP NIGEL #4 (V.O.)

Suara bokapnya Nigel kayak orang mau nangis. Gue jadi kasihan.

TEMAN SMP NIGEL #5 (V.O.)

Jangan bikin bokap lo khawatir, Gel.

TEMAN SMP NIGEL #6 (V.O.)

Gak mau tahu lo harus pulang, Gel.

TEMAN SMP NIGEL #7 (V.O.)

Ayo, Gel. Baikan sama bokap lo.

Tubuh Nigel perlahan jatuh. Dia menyandar dipinggir tempat tidur. Nigel terus membaca pesan dari teman-temannya. Matanya berkaca-kaca. Lalu Nigel membuka pesan dari Satria. Terdapat foto Edgar yang sedang mengaduk semen.

SATRIA (V.O.)

Lo pasti enggak tahu soal ini? Malam minggu gue tunggu di tempat biasa.

Nigel memeluk kedua kakinya dan menyembunyikan wajahnya.

105. EXT. TEMPAT KERJA EDGAR - SIANG

Terlihat Edgar sedang mengaduk semen. Lalu mandor mendekatinya.

MANDOR

Beberapa hari ini saya lihat kerjaan kamu kacau.

Edgar menghentikan pekerjaannya. Dia sedikit membungkukkan badannya.

EDGAR

Maaf, Pak.

MANDOR

Kalau kamu sakit, mending kamu istirahat saja di rumah. Daripada kamu kerja 2 kali.

Edgar kembali membungkukkan kepala.

EDGAR

Sekali lagi saya minta maaf, Pak. Akan saya perbaiki kesalahan saya.

MANDOR

Baik kalau begitu. Pokoknya saya mau itu (sambil menunjuk kerjaan yang Edgar kacaukan) selesai hari ini juga.

Mandor pergi. Edgar kembali semangat mengaduk semen. Lalu memperbaiki kesalahan yang ia telah perbuat.

106. EXT. TEMPAT KERJA EDGAR - SIANG

Dibalik pohon, Nigel mengintip Edgar yang sedang bekerja. Mata Nigel berkaca-kaca. Dia membalikkan badan dan bersandar pada pohon besar yang bisa menutupi tubuhnya.

FIRMAN

Edgar!! Ayo makan siang dulu.

Nigel menoleh. Terlihat Firman mendekati Edgar sambil membawa tas kecil.

FIRMAN (CONT'D)

Saya bawa bekal 2.

EDGAR

Istri kamu sudah pulang?

FIRMAN

Anak saya pulang duluan. Dia inisiatif bikinin saya bekal. Sekalian saya request minta dibawain 2 bekal.

EDGAR

Enak kayaknya punya anak perempuan.

Firman merangkul Edgar dari samping. Lalu keduanya berjalan mencari tempat duduk. Melihat Edgar dan Firman yang berjalan menuju ke arahnya, Nigel segera pergi.

107. EXT. JALANAN - SORE

Terlihat jalanan ramai. Langit sore tertupi awan. Edgar memandang langit dan teringat Nigel yang tak kunjung pulang. Lalu ponselnya berdering. Dia menepi dan mengangkatnya.

EDGAR

Halo?

INTERCUT WITH WALI KELAS NIGEL

WALI KELAS NIGEL

Halo, selamat sore Pak. Saya wali kelas Nigel.

EDGAR

Ada apa, yah, Bu?

WALI KELAS NIGEL

Ini sudah hari ke-5 Nigel tidak masuk. Apa masih sakit, Pak?

EDGAR

Iya, Bu. Nigel masih tidak enak badan.

WALI KELAS NIGEL

Seperti itu. Seharusnya ada surat keterangan sakit dari dokter, Pak.

EDGAR

Maaf sebelumnya, Bu. Nigel anaknya tidak mau dibawa ke dokter.

WALI KELAS NIGEL

Baik, Pak. Tapi nanti jika anaknya masuk tolong bawa surat izin tanda tangan orang tua, yah, Pak. Saya doakan semoga Nigel cepat sembuh dan besok senin sudah bisa masuk.

EDGAR

Iya, Bu. Terima kasih atas doanya.

Panggilan berakhir. Edgar memasukkan ponselnya disaku jaket. Lalu dia kembali berjalan.

108. INT. GUDANG - SORE

Edgar masuk ke area tempat kerja. Sudah terlihat rekan-rekan kerjanya yang berbaris. Dia segera bergabung dibelakang.

ATASAN EDGAR

Hari ini banyak barang yang harus dikirim. Jadi kemungkinan kalian akan lembur sampai malam.

Para pekerja diam mendengarkan.

ATASAN EDGAR (CONT'D)

Saya harap kalian bisa bekerja dengan hati-hati. Beberapa barang ada yang mudah pecah.

PARA PEKERJA

Baik, Pak.

Para pekerja berhamburan. Mereka mulai memindahkan kardus dari gudang ke pick up.

109. EXT. DEPAN RUMAH MAHDI - MALAM

Nigel dan Mahdi menyiapkan pesanan pembeli online. Nigel terus menatap Mahdi. Hingga saat pesanan sudah selesai dibungkus, Nigel pun memberanikan diri mengatakan...

NIGEL

Hari ini gue aja yang nganter.

MAHDI

Enggak. Gue aja (sambil mengenakan jaket).

Nigel memasang wajah memelas.

NIGEL

Belakangan ini lo terus yang nganter. Gue jadi enggak enak. Plisss, hari ini gue aja yang nganter. Yah?

Mahdi menghela napas. Dia tidak bisa menolak. Diserahkan kunci motor kepada Nigel. Nigel tersenyum dan pergi mengantar makanan.

110. EXT. DEPAN RUMAH PEMBELI - MALAM

Setelah pembeli masuk ke dalam rumah, Nigel duduk di atas motornya. Dia menyalakan ponselnya. Nigel mengirim pesan kepada Satria.

NIGEL (V.O.)

Sekarang gue otw.

Lalu Satria membalas.

SATRIA (V.O.)

Gue tunggu, anak Mama.

Nigel memasukkan ponselnya. Dia menjalankan motor Mahdi ke tempat Satria menunggunya.

111. EXT. AREA BALAP MOTOR - MALAM

Nigel sampai di tempat balap motor. Satria dan para anak muda disana mengerumuni Nigel. Satria berjongkok. Dia mengelus body motor Mahdi dan memperlihatkan wajah takjub.

SATRIA

Motor lo bagus juga. Dapat dari mana lo? (mendongakkan kepala menatap Nigel)

NIGEL

Gue kesini bukan buat jawab pertanyaan.

Satria tertawa. Dia berdiri dan merangkul Nigel dari samping. Bibirnya didekatkan ke telinga Nigel.

SATRIA

Kalau balapan doang kayaknya enggak seru.

NIGEL

Lo mau kita taruhan?

Satria menjauhkan tubuhnya. Dia menyilangkan kedua tangannya lalu berdiri didekat spion motor dan menghadap ke arah Nigel.

SATRIA

Enggak jadi, deh. Gue lupa kalau lo udah gak tidur sama uang.

NIGEL

Berapa? 5 juta?

Satria dan para anak muda tertawa. Satria mendekatkan wajahnya pada Nigel.

SATRIA

Ada?

NIGEL

Gak usah bacot lu. Ayo.

PARA ANAK MUDA

Woooo...

Satria tertawa dan mengangguk-ngangguk.

SATRIA

Lo emang Nigel yang gue kenal.

Satria berjalan menuju motornya yang sudah berada digaris start. Nigel menjalankan motornya dan berhenti disamping motor Satria. Nigel dan Satria sudah siap. Seorang wanita bertubuh cantik mengibarkan bendera. Kedua motor melaju dengan kencang.

112. EXT. AREA BALAP MOTOR - MALAM

Nigel dan Satria saling balap membalap. Sesekali mereka menyudutkan lawan agar terjatuh. Namun keduanya begitu ahli menghindari serangan.

Satria melaju cepat didepan. Sementara Nigel jauh dibelakang. Nigel berusaha menambah kecepatannya. Tapi dia malah melihat wajah Rani. Konsentrasi Nigel pecah.

RANI (V.O.)

Nigel. Ayah sama Abang juga sayang sama Nigel. Sebesar sayang Ibu ke Nigel.

Mata Nigel berair. Wajah Rani hilang dan didepan terdapat palang lalu lintas. Nigel segera membelokkan setirnya. Mengakibatkan dirinya terjatuh.

CUT TO:

113. INT. GUDANG - MALAM

Kardus yang akan Edgar angkut terjatuh. Atasan Edgar melihatnya dan berjalan mendekat dengan wajah marah.

ATASAN EDGAR

Kenapa bisa jatuh?

Edgar membungkukkan badannya.

EDGAR

Maaf, Pak.

Atasan Edgar berkacak pinggang.

ATASAN EDGAR

Yang lainnya boleh istirahat, makan dulu. Untuk kamu (menunjuk Edgar) boleh istirahat asal pastiin dulu barang didalamnya baik-baik aja atau enggak. Kalau enggak, saya enggak akan beri upah lemburnya.

EDGAR

(membungkukkan kepala) Baik, Pak. Sekali lagi saya minta maaf.

Atasan Edgar berjalan pergi. Edgar membuka kardus yang ia jatuhkan. Barang-barang didalamnya masih aman. Edgar bernapas lega. Dia mengambil ponselnya lalu menghubungi Dans.

114. INT. WARUNG MILENIAL - MALAM

Dans melamun, memikirkan Nigel dan Ayahnya. Cici menepuk bahu Dans dan mengisyaratkan jika air dipanci sudah mendidih. Dans panik dan langsung mengangkat panci tanpa menggunakan kain. Dia menjauhkan tangan sambil mengeluh kepanasan.

DANS

Awww... panas (sambil mengibas-ngibaskan tangan).

Cici mengambil sebaskom es batu. Lalu dia menarik tangan Dans dan menenggelamkannya dibaskom berisi es batu.

CICI

Ceroboh, sih.

Dans meringis kedinginan dan akan menarik tangannya. Tapi Cici tahan.

CICI

Tahan! Biar enggak melepuh.

Ponsel Dans berdering. Cici mengambilnya dan memperlihatkan layar kepada Dans.

DANS

Angkat.

Cici mengangkatnya dan ia dekatkan ke telinga Dans.

115. INT. GUDANG - MALAM

EDGAR

Halo Dans?

INTERCUT TO:

116. INT. WARUNG MILENIAL - MALAM

DANS

Halo. Ada apa, Yah?

EDGAR

Nigel belum pulang?

DANS

Masih dibujuk buat pulang.

EDGAR

Perasaan Ayah enggak enak. Kalau kamu udah tahu Nigel dimana. Susulin dia. Bawa pulang.

DANS

Iya, Yah. Nanti Dans susul Nigel.

Panggilan berakhir. Cici menjauhkan ponsel.

CICI

Nigel? Adik kamu?

Dans mengangguk.

DANS

Jam kerja gue masih 1 jam lagi, yah?

CICI

Iya. Jam kerja gue udah selesai. Gue harus cepet-cepet pulang, nih.

Dans mengangguk. Cici pulang. Dans menelpon Mahdi.

117. EXT. DEPAN RUMAH MAHDI - MALAM

Mahdi dan Mawar sedang menutup gerai. Mereka terus-terusan menoleh ke kanan dan kiri, menunggu kedatangan Nigel.

MAWAR

Nigel kok belum balik, yah, Bang?

MAHDI

Gatau, nih. Tunggu di dalam aja. Habis ini juga balik.

Mawar masuk ke rumah membawa alat dan bahan jualan. Ponsel Mahdi berdering. Mahdi mengangkatnya.

MAHDI

Halo, Bang?

INTERCUT TO:

118. INT. WARUNG MILENIAL - MALAM

DANS

Nigel dimana, Di?

MAHDI

Maaf, Bang. Tadi Mahdi izinin Nigel buat anterin pesanan.

Dans memegang rambutnya.

DANS

Kenapa lo izinin?

MAHDI

Mahdi enggak bisa nolak, Bang.

DANS

Dia belum balik?

MAHDI

Belum, Bang.

DANS

Gini aja, lo enggak perlu cari atau nungguin Nigel pulang. Bentar lagi gue bakal nungguin Nigel pulang di depan rumah lo.

MAHDI

Baik, Bang.

Panggilan berakhir. Dans terus-terusan melihat jam berharap cepat berputar.

CUT BACK TO:

119. EXT. AREA BALAP MOTOR - MALAM

Nigel berusaha untuk duduk. Setelah bisa duduk dia melepas helmnya. Dia menatap motor Mahdi yang sedikit rusak karenanya.

NIGEL

Apa ini karma karena enggak dengerin kata Ibu?

Nigel bangkit dan kembali menjalankan motor dengan kecepatan rendah.

120. EXT. AREA BALAP MOTOR - MALAM

Para anak muda disana bersorak akan kemenangan Satria. Namun mereka mulai mencari-cari dimana keberadaan Nigel.

ANAK MUDA #1

Woyyy, mana, nih, si anak Mama?

ANAK MUDA #2

Sat, mana temen lo itu?

Satria mengangkat pundaknya.

ANAK MUDA #3

Jangan-jangan dia jatuh, Sat.

Satria menyeringai.

SATRIA

Tenang aja. Dia bakal gapapa.

Sorotan lampu motor menyilaukan para anak muda disana. Satria tersenyum. Nigel menghentikan motornya didepan Satria.

SATRIA

Finally. For the first time, gue bisa ngalahin lo.

NIGEL

Gue akui.

SATRIA

Tapi lo enggak lupa, kan, sama janji lo?

NIGEL

Gue enggak bawa uang sekarang. Tapi dalam waktu 1 bulan bakal gue kasih.

Satria tertawa. Dia menyilangkan kedua tangannya dan berjalan minggir. Lalu mengisyaratkan anak muda disana untuk menggeledah Nigel.

NIGEL

Apa-apaan ini?

Nigel berusaha memberontak saat tubuhnya diraba-raba. Namun dia hanya bisa pasrah. Anak muda #1 mengangkat ponsel Nigel.

ANAK MUDA #1

Adanya ini, Sat.

Anak muda #1 berjalan mendekati Satria dan menyerahkan ponsel Nigel. Satria mengayunkan ponsel Nigel didepan wajahnya.

SATRIA

Lumayan juga. Gue ambil ini.

Satria naik dan menjalankan motornya. Nigel tidak bisa mengejar Satria karena para anak muda disana masih mengerubunginya.

121. EXT. JALANAN KOTA - MALAM

Nigel mengendarai motor dengan kecepatan rata-rata. Dia menikmati angin malam yang menerpanya.

NIGEL (V.O.)

Malam ini terasa berbeda dengan malam-malam yang lalu. Jika dulu aku tak pernah ingin pulang. Kini aku ingin pulang. Karena hanya rumah yang aku punya. Tapi apakah rumah itu masih mau menerimaku?

Terlihat air mata Nigel menetes. Diusap air matanya lalu menutup kaca helmnya. Kemudian Nigel mengendarai motor dengan kecepatan tinggi di jalanan kota yang sepi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar