EXT. SEKOLAH SD, TAHUN 2008 - PAGI
LONG SHOT Kita melihat gedung SD yang cukup bagus, bersih dan asri, dan sepi. Langit pagi cerah.
INT. RUANG KELAS SD, TAHUN 2008 - PAGI
Kita melihat sebuah ruang kelas SD. Para murid duduk dengan cukup tertib, dan PAK GURU di depan baru saja membuka kelas.
Wajah para murid seketika lebih bersemangat.
Para murid langsung menjawab saling bersahutan, sampai tidak terdengar satu pun kata. Pak Guru tersenyum melihat antusiasme ini.
Murid-murid langsung mengambil buku dari tas dan merobek salah satu kertas, mengambil pensil, dan mulai menulis.
Mereka terlihat antusias menulis di kertas masing-masing. Sementara itu, kita CLOSE UP ke sosok ERIN KECIL (8 tahun) yang masih bingung, tidak tahu apa yang harus dia tulis. Ia menoleh ke kiri dan kanan, memperhatikan temannya yang mulai menuliskan DOKTER, TENTARA, PRESIDEN, GURU. Ini membuatnya makin gelisah, merasa bahwa dia tertinggal.
Lebih dari separuh kelas mengangkat kertas betuliskan dokter.
Beberapa anak menaikkan kertasnya.
Erin tampak makin tertekan. Kertas di hadapannya masih kosong, pensilnya masih mengawang di atas kertas. Mulai panik, ia melihat tulisan teman di sebelah kanannya, "PRESIDEN", kemudian cepat-cepat menuliskan yang sama.
Empat anak laki-laki mengangkat kertas, dan Erin segera menyusul begitu ia selesai menulis.
Pak Guru melihat Erin, tampak kagum.
Para murid lalu bertepuk tangan. Anak-anak lain ikut bersorak. Erin agak kaget dengan komentar gurunya. Ia hanya bisa tersenyum kagok.
FADE TO
INT. KANTIN KAMPUS, TAHUN 2022 - SIANG
Kantin yang cukup ramai, banyak mashasiswa menyantap makan siang.
Di salah satu bangku. ERIN (22 tahun) sedang menghadap HP-nya. Dari wajahnya jelas ia sedang melamun. IDAN (22 tahun) sedang melongok ikut melihat HP Erin.
Ia menoleh ke Erin, dan menyadari mata sahabatnya yang memandang jauh, melamun.
Erin masih melamun.
Siku Idan yang menyenggol lengannya akhirnya membuyarkan lamunan Erin. Ia kemudian memalingkan wajahnya ke Idan. Masih agak blank, dahi mengernyit. Erin kemudian tertawa kagok.
Idan jadi bingung melihat reaksi Erin.
Tangan Erin membuat gestur tidak paham sambil menunjuk ke HP-nya. Ia memalingkan pandangan ke depan. Bingung, kaget, dan nyaris denial menjadi satu. Bibirnya hanya bergerak-gerak, bingung apa yang ingin dikeluarkan saking menumpuknya perasaannya.
Erin tidak bisa melanjutkan. Idan menatap sahabatnya dengan sedikit bingung juga.
Tatapan Idan menunggu jawaban Erin. Yang ditanyai malah lebih speechless, seakan-akan itu pertanyaan tersulit di muka bumi.
CUT TO:
INT. STUDIO REKAMAN - SIANG
Erin yang sedang duduk di sofa di depan kamera langsung terdiam, tampak kaget. Tampak mic kecil terpasang di outer-nya, dekat dengan mulut. GIA (cewek, 22 tahun) si SUTRADARA melepaskan pandangan dari layar kameranya dan menatap Erin.
Erin menjawab dengan kecepatan makin tinggi, dan Gia terpaksa menyetopnya.
Erin meringis, kemudian mengangguk. Lalu Gia mengambil notepad dari meja kecil di sampingnya dan mulai mencatat.
Erin mengangguk, kemudian bersiap, merapikan baju dan micnya sedikit. Gia kembali ke kameranya, di mana kita bisa melihat stiker bertuliskan "UKM Sinematografi" di bodi kamera.
Kemudian Erin mulai bercerita.
FADE TO:
INT. KAMAR TIDUR ERIN - SORE
MONTAGE
Di meja belajarnya, Erin duduk, sedang zoom meeting dengan BU RINA, dosen pembimbingnya, yang terlihat di layar laptop Erin.
Setelah mendengar soal deadline yang mepet, wajah Erin tampak menyerah. Kusut.
Ia menuntup laptopnya dengan cukup keras. Wajahnya sudah kehilangan warna dan semangat. Dijatuhkannya kepalanya ke atas laptopnya, lelah.
CUT TO:
EXT. JALANAN PERUMAHAN ERIN - SIANG
Erin dan Idan, dengan skuter masing-masing, menyusuri jalanan perumahan yang cukup sepi. Mereka tampak menikmati, dan utamanya Erin tampak sangat gembira.
Erin berteriak puas, tampak begitu sumringah. Direntangkannya satu tangannya sementara satunya memegang skuter. Tampak TAS RANSEL di punggungnya. Idan pun tampak menikmati skuter ini walau tidak seheboh Erin.
BRUAKKK!!
Kita melihat Erin sudah terjatuh di tanah, skuternya terjungkal, dan seisi ranselnya tumpah semua, termasuk laptopnya yang PECAH, casing-nya sudah menjadi beberapa bagian. Idan yang sudah ada di depan Erin bergegas membantu.
Erin bangun, kemudian melihat isi ranselnya dan laptopnya.
Erin berteriak histeris saat Idan membantunya berdiri. Ia menghampiri pecahan laptopnya, tangannya memungutnya sambil masih histeris.
INT. STUDIO REKAMAN - SIANG
Erin menoleh ke kanan, di mana Idan sudah duduk, dan dengan santainya menatap ke kamera seakan-akan dia bagian dari rekaman. Erin memberikan ekspresi sewotnya, sudah tidak kaget dengan kelakuan tipikal sahabatnya ini.
Idan tertegun melihat reaksi Erin.
Erin membiarkan tubunya miring sebentar karena senggolan Idan, raut wajahnya melunak setelah permintaan maaf Idan.
Ia menoleh ke Erin sambil menaikkan alisnya, meminta persetujuan. Ia menyenggol bahu Erin lagi, membujuk.
Penekanan di kalimat terakhir, ditambah satu lirikan Gia ke Erin dan Idan yang tajam langsung bikin mereka terdiam dan mengangguk bersamaan. Gia kemudian melemparkan mic ke Idan.
INT. KAMAR TIDUR ERIN - MALAM
Erin berbaring di ranjangnya, meringkuk, mata terpaku pada HP-nya, scrolling.
CLOSE UP - terlihat halaman "pinjaman online - Rp10.000.000" dan tombol AJUKAN di bawahnya.
Kemudian, Erin dikagetkan oleh notif HP-nya yang memunculkan postingan baru dari akun kampusnya di Instagram. Erin mengkliknya.
Postingan itu tentang sebuah lomba fotografi. "A FEW SHOTS, A MILLION WORDS. SUBMIT THREE SHOTS AND WIN RP10 MILLION!"
Mata Erin melebar. Ia seperti menemukan harapan. Sedikit takut, tapi harapan itu lebih kuat. Erin kemudian mengirim chat ke Idan.
BUBBLE CHAT IN
Erin: Dan, kayaknya aku masih bisa lulus semester ini bareng kamu!!! (emot senang)
Erin: (mengirim gambar poster lomba foto)
Erin: Dan aku butuh bantuanmuuu
BUBBLE CHAT OUT
CUT TO:
INT. RUANG TAMU RUMAH ERIN - PAGI
Erin bergegas membuka pintu rumahnya. Tampak Idan membawa kamera mirrorless dengan tali bertuliskan 'BENO', lengkap dengan tasnya. Erin menerima dengan senang sambil melompat-lompat kecil.
Digenggamnya kamera itu, terlihat kagum dan excited. Idan pamit langsung balik; Erin sampaikan terima kasih dan Idan merespon dengan acungan jempolnya.
INT. STUDIO REKAMAN - SIANG
Idan mengangkat alisnya, mengangguk dengan yakin. Erin gemas, tidak terima aibnya terungkap. Tapi ia sengaja tetap melihat ke kamera, menjaga wibawanya.
Idan langsung menyadari sindiran Gia. Dia ingin menjawab, tapi sesuatu menahannya.
Erin melirik Idan. Tampak penasaran, tapi diam saja.
INT. RUANG TAMU RUMAH ERIN - PAGI
Erin menyalakan kameranya, tersenyum melihat layar yang menyala. Ia mencoba membidik dengan patokan layar, lalu mengintip ke viewfinder. Ia tampak nyaman di viewfinder. Erin pun mencoba mencari bidikan, sambil bergerak ke dapur.
CAMERA FOLLOW:
INT. DAPUR RUMAH ERIN - PAGI
Dengan mata masih di bidikan, Erin memasuki dapur, di mana IBUNYA sedang asyik mengelap piring-piring bagus yang diambil dari kotak penyimpanan, tidak menyadari kedatangan Erin.
Erin pun menjepret beberapa kali. Ibunya sadar, lalu bertanya dan mulai mengomel. Walau mengomel, ibunya tetap melanjutkan mengelap piring, berhenti sejenak untuk mengintip ke dandang yang mengepul di atas kompor untuk mengecek masakannya. Erin, sementara itu, terus menjepret dengan kameranya.
Saat ibunya mulai fokus ke anaknya lagi, Erin hanya nyengir dan langsung kabur.
END OF MONTAGE
INT. STUDIO REKAMAN - SIANG
Gia mengangguk paham, mencatat di kertasnya.
Erin mengangguk. Ia menegakkan tubuhnya, mengatur napasnya.
FADE TO:
INT. KANTIN KAMPUS - SIANG
Kita kembali ke saat Erin bingung sendiri setelah mengetahui tema lomba foto dari IG. Sementara Idan menatap Erin dengan sedikit bingung.
Tatapan Idan menunggu jawaban Erin. Yang ditanyai malah lebih speechless, seakan-akan itu pertanyaan tersulit di muka bumi. Tak lama kemudian, Erin meletakkan HP-nya.
Erin mengangkat bahunya. Idan yang masih bingung tidak menanggapi lagi. Ia mencoba membaca apa yang sebenarnya terjadi dengan Erin. Yang diperhatikan kemudian tiba-tiba menoleh lagi ke Idan.
Yang ditanyai agak kaget. Erin tidak pernah bertanya seserius ini.
Jawaban Idan yang mantap membuat Erin kaget dan seketika insecure, reaksi yang dengan cepat ia tutupi.
Ia segera memalingkan wajah ke batagor di depannya dan mulai mengaduk-aduk.
Idan memperhatikan reaksi ini. Ia sudah ingin bertanya ke Erin, tapi lalu berusaha mengatur dulu kata-kata dan intonasinya dengan hati-hati.
Idan sengaja menanyakan ini sambil melanjutkan makan, berusaha terdengar casual tanpa tekanan.
Erin menoleh ke Idan, bersikap se-casual mungkin, menyembunyikan kekhawatiran & ketidaknyamanannya dengan baik. Setelah menyendok batagornya, ia tampak berpikir sejenak, sambil mengunyah.
Hening beberapa saat. Hening yang terasa berbeda.
Akhirnya, dengan mulut masih penuh batagor dan wajah inosen, ia menjawab.
Tawa Idan langsung pecah, terbahak-bahak. Tawa Erin juga pecah, namun mulut penuhnya membuatnya hanya keluar suara tenggorokan yang aneh, berusaha menahan batagornya tidak keluar dari mulutnya. Tangannya langsung membantunya menutup mulut. Ini membuat Idan makin terbahak.
Ketegangan aneh pun langsung hilang. Idan memandang sahabatnya. Ia tahu bahwa itu bukan jawaban serius dan Erin sedang mengelak, tapi ia membiarkannya.
Setelah menelan batagor + minum dan berhenti tertawa-tawa, Erin dan Idan akhirnya masuk ke keheningan lagi. Erin, dengan wajah yang lebih serius, akhirnya berhasil mengeluarkan kata-kata jelas.
Ia mengatakan ini sambil mengaduk-aduk bumbu batagornya beberapa detik, meski bumbu batagornya sudah sangat rata. Baru kemudian menoleh ke Idan.
Erin mengangkat tangan kananya, mengajak tos, dan Idan menyambutnya. TOS! Idan berusaha menyamai level semangat yang tiba-tiba muncul itu, dan mereka pun melanjutkan makan.