Jendela Bidik
1. Laptop Jadul
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. SEKOLAH SD, TAHUN 2008 - PAGI

LONG SHOT Kita melihat gedung SD yang cukup bagus, bersih dan asri, dan sepi. Langit pagi cerah. 

PAK GURU (VOICE OVER)
Selamat pagi, anak-anak.
MURID SEKELAS (VOICE OVER)
Selamat pagi, Pak Guru. 

INT. RUANG KELAS SD, TAHUN 2008 - PAGI

Kita melihat sebuah ruang kelas SD. Para murid duduk dengan cukup tertib, dan PAK GURU di depan baru saja membuka kelas.

PAK GURU
Sebelum kita mulai pelajaran hari ini, Bapak ada satu pertanyaan. 
(beat)
Bapak mau tanya soal... Cita-cita.

Wajah para murid seketika lebih bersemangat.

PAK GURU
Nanti kalo sudah besar, kalian mau jadi apa...? Apakah mau jadi dokter? Pilot? Polisi? Atau presiden...?

Para murid langsung menjawab saling bersahutan, sampai tidak terdengar satu pun kata. Pak Guru tersenyum melihat antusiasme ini.

PAK GURU 
Tunggu, tunggu... Daripada bersahutan, coba kalian tulis di selembar kertas. 

Murid-murid langsung mengambil buku dari tas dan merobek salah satu kertas, mengambil pensil, dan mulai menulis. 

Mereka terlihat antusias menulis di kertas masing-masing. Sementara itu, kita CLOSE UP ke sosok ERIN KECIL (8 tahun) yang masih bingung, tidak tahu apa yang harus dia tulis. Ia menoleh ke kiri dan kanan, memperhatikan temannya yang mulai menuliskan DOKTER, TENTARA, PRESIDEN, GURU. Ini membuatnya makin gelisah, merasa bahwa dia tertinggal.

PAK GURU
Oke, anak-anak. Sekarang coba angkat kertasnya, siapa yang mau jadi... dokter??

Lebih dari separuh kelas mengangkat kertas betuliskan dokter.

PAK GURU
Sekarang, siapa yang mau jadi pilot...??

Beberapa anak menaikkan kertasnya.

PAK GURU
Siapa yang mau jadi... Tentara??

Erin tampak makin tertekan. Kertas di hadapannya masih kosong, pensilnya masih mengawang di atas kertas. Mulai panik, ia melihat tulisan teman di sebelah kanannya, "PRESIDEN", kemudian cepat-cepat menuliskan yang sama.

PAK GURU
Oke, sekarang angkat, siapa yang mau jadi presiden???

Empat anak laki-laki mengangkat kertas, dan Erin segera menyusul begitu ia selesai menulis. 

Pak Guru melihat Erin, tampak kagum. 

PAK GURU
Wow, Erin, bagus... Semoga di masa depan kita bisa punya presiden perempuan lagi ya!

Para murid lalu bertepuk tangan. Anak-anak lain ikut bersorak. Erin agak kaget dengan komentar gurunya. Ia hanya bisa tersenyum kagok. 

FADE TO

INT. KANTIN KAMPUS, TAHUN 2022 - SIANG

Kantin yang cukup ramai, banyak mashasiswa menyantap makan siang. 

Di salah satu bangku. ERIN (22 tahun) sedang menghadap HP-nya. Dari wajahnya jelas ia sedang melamun. IDAN (22 tahun) sedang melongok ikut melihat HP Erin. 

IDAN
My Passion. Waah, keren! Menarik banget tema lombanya.

Ia menoleh ke Erin, dan menyadari mata sahabatnya yang memandang jauh, melamun. 

IDAN
Rin...? 

Erin masih melamun. 

IDAN
Erin...?? Woy!

Siku Idan yang menyenggol lengannya akhirnya membuyarkan lamunan Erin. Ia kemudian memalingkan wajahnya ke Idan. Masih agak blank, dahi mengernyit. Erin kemudian tertawa kagok.

ERIN
Ha, ha. Temanya passion? Passion-ku...?

Idan jadi bingung melihat reaksi Erin.

IDAN
...Iya, lah.

Tangan Erin membuat gestur tidak paham sambil menunjuk ke HP-nya. Ia memalingkan pandangan ke depan. Bingung, kaget, dan nyaris denial menjadi satu. Bibirnya hanya bergerak-gerak, bingung apa yang ingin dikeluarkan saking menumpuknya perasaannya. 

ERIN
Tapi...

Erin tidak bisa melanjutkan. Idan menatap sahabatnya dengan sedikit bingung juga.

IDAN
Kamu tau passionmu apa, 'kan?

Tatapan Idan menunggu jawaban Erin. Yang ditanyai malah lebih speechless, seakan-akan itu pertanyaan tersulit di muka bumi.

SUTRADARA (VOICE OVER)
CUT CUT!

CUT TO:

INT. STUDIO REKAMAN - SIANG

Erin yang sedang duduk di sofa di depan kamera langsung terdiam, tampak kaget. Tampak mic kecil terpasang di outer-nya, dekat dengan mulut. GIA (cewek, 22 tahun) si SUTRADARA melepaskan pandangan dari layar kameranya dan menatap Erin.

GIA
Bentar, bentar, Rin. Kok kamu mulai dari situ sih?? Jelasin dulu dong dari awal... 
ERIN
Emang di situ mulai kisahnya, Ya. Kalo aku jelasin dari awal banget ya berarti dari konsul skripsi, revisi skripsi, terus deadline udah deket, terus aku sumpek, terus aku sama Idan--- 

Erin menjawab dengan kecepatan makin tinggi, dan Gia terpaksa menyetopnya. 

GIA
Wuo, wuo, wuoo. Pelan-pelan, Rin. Jangan keburu-buru gitu. Satu-satu.
(tangan bersiap di kamera)
Yuk, action.
ERIN
(menghela napas)
Jadi awalnya pas sore-sore nih, aku baru aja balik dari kampus. Parkir motor, masuk rumah, salim ke ibu, ke bapak, lepas sepatu, taruh--
GIA
CUT! Erinn!! Bukan gitu---oke, oke, gini. Coba aku pandu aja ya. Biar runut ceritanya. 

Erin meringis, kemudian mengangguk. Lalu Gia mengambil notepad dari meja kecil di sampingnya dan mulai mencatat.

GIA 
Oke, kamu mulai dari kondisi yang jadi alasan kamu pengen menang lomba dan dapet hadiah 10 juta. Dan itu awalnya dari konsul skripsi. Bener?
ERIN
Iya.
GIA
(mencatat)
Oke, mulai dari situ ya.

Erin mengangguk, kemudian bersiap, merapikan baju dan micnya sedikit. Gia kembali ke kameranya, di mana kita bisa melihat stiker bertuliskan "UKM Sinematografi" di bodi kamera. 

Kemudian Erin mulai bercerita.

FADE TO:

INT. KAMAR TIDUR ERIN - SORE

MONTAGE

Di meja belajarnya, Erin duduk, sedang zoom meeting dengan BU RINA, dosen pembimbingnya, yang terlihat di layar laptop Erin.

ERIN (VOICE OVER)
Pas konsultasi, dosen pembimbing ternyata bilang kalo bab 2 sama 3 ku masih harus dilengkapi. Masih banyak revisian, sedangkan deadline ngumpulin udah tinggal 2,5 bulan. 

Setelah mendengar soal deadline yang mepet, wajah Erin tampak menyerah. Kusut.

ERIN (VOICE OVER)
Aku capek sebenernya, tapi aku harus lulus semester ini. Jadi gimanapun, skripsi harus selesai.

Ia menuntup laptopnya dengan cukup keras. Wajahnya sudah kehilangan warna dan semangat. Dijatuhkannya kepalanya ke atas laptopnya, lelah.

CUT TO:

EXT. JALANAN PERUMAHAN ERIN - SIANG

Erin dan Idan, dengan skuter masing-masing, menyusuri jalanan perumahan yang cukup sepi. Mereka tampak menikmati, dan utamanya Erin tampak sangat gembira.

ERIN (VOICE OVER)
Saking suntuknya, aku ngajak Idan untuk refreshing bentar. Kami akhirnya sewa skuter, buat muter-muter di sekitaran perumahan aja. 
ERIN
Whooooooo!!!

Erin berteriak puas, tampak begitu sumringah. Direntangkannya satu tangannya sementara satunya memegang skuter. Tampak TAS RANSEL di punggungnya. Idan pun tampak menikmati skuter ini walau tidak seheboh Erin.

ERIN (VOICE OVER)
It was fun. Seru banget.
(beat)
Tapi....

BRUAKKK!!

Kita melihat Erin sudah terjatuh di tanah, skuternya terjungkal, dan seisi ranselnya tumpah semua, termasuk laptopnya yang PECAH, casing-nya sudah menjadi beberapa bagian. Idan yang sudah ada di depan Erin bergegas membantu.

ERIN (VOICE OVER)
Antara aku yang males balikin laptop ke rumah, atau nggak nutup resleting tas sampe rapet, atau panik karena Idan ngajak balapan... 

Erin bangun, kemudian melihat isi ranselnya dan laptopnya.

ERIN
(mata terbelalak kaget)
Hah-- NO, NO! Nggak, nggak, nggak, SKRIPSIKUU...??!

Erin berteriak histeris saat Idan membantunya berdiri. Ia menghampiri pecahan laptopnya, tangannya memungutnya sambil masih histeris.

ERIN (VOICE OVER)
...satu-satunya alatku untuk nyelesein skripsi malah rusak.
IDAN (VOICE OVER)
Laptop udah butut juga, Rin, Rin. Emang udah waktunya ganti.

INT. STUDIO REKAMAN - SIANG

Erin menoleh ke kanan, di mana Idan sudah duduk, dan dengan santainya menatap ke kamera seakan-akan dia bagian dari rekaman. Erin memberikan ekspresi sewotnya, sudah tidak kaget dengan kelakuan tipikal sahabatnya ini. 

ERIN
Butut tapi kan masih setrong, Dan, bisa dipake. 
IDAN
Setrong apanya? Jatuh dikit aja udah pecah berkeping-keping gitu--
ERIN
(langsung sewot)
Ya gara-gara sapa? Kamu kan yang tiba-tiba ngajak balapan?!

Idan tertegun melihat reaksi Erin.

IDAN
Lah. Masih sensi ternyata. 
(menyenggol bahu Erin dengan bahunya)
Iya, iya, maaf soal ituuu. 

Erin membiarkan tubunya miring sebentar karena senggolan Idan, raut wajahnya melunak setelah permintaan maaf Idan.

GIA
Idan, kamu 'kan besok gilirannya?
IDAN
(menoleh ke Gia)
Iya, sih. Tapi ini aku udah nggak ada urusan lagi di kampus, dan males pulang. Jadi aku nimbrung aja ya?

Ia menoleh ke Erin sambil menaikkan alisnya, meminta persetujuan. Ia menyenggol bahu Erin lagi, membujuk.

ERIN
(masih agak sewot)
Yaa t'serah. Kalo Gia oke aku oke aja.
GIA
Ya udah. Tapi kalo ada yang gak penting, gak akan aku pake ya rekamannya. Kayak yang barusan ini nih.

Penekanan di kalimat terakhir, ditambah satu lirikan Gia ke Erin dan Idan yang tajam langsung bikin mereka terdiam dan mengangguk bersamaan. Gia kemudian melemparkan mic ke Idan.

INT. KAMAR TIDUR ERIN - MALAM

Erin berbaring di ranjangnya, meringkuk, mata terpaku pada HP-nya, scrolling.

ERIN (VOICE OVER)
Aku gak bisa beli laptop baru, bahkan yang bekas sekalipun.

CLOSE UP - terlihat halaman "pinjaman online - Rp10.000.000" dan tombol AJUKAN di bawahnya. 

ERIN (VOICE OVER)
Pas aku udah hampir pake pinjol, ada notif masuk tentang lomba foto tingkat kota. Awalnya gak terlalu minat, tapi, hadiah utamanya uang 10 juta. 

Kemudian, Erin dikagetkan oleh notif HP-nya yang memunculkan postingan baru dari akun kampusnya di Instagram. Erin mengkliknya. 

Postingan itu tentang sebuah lomba fotografi. "A FEW SHOTS, A MILLION WORDS. SUBMIT THREE SHOTS AND WIN RP10 MILLION!"

ERIN (VOICE OVER)
Aku gak bisa motret sebenernya, tapi aku butuh uangnya. Jadi ya, sikat aja. Nekat. Hehe.

Mata Erin melebar. Ia seperti menemukan harapan. Sedikit takut, tapi harapan itu lebih kuat. Erin kemudian mengirim chat ke Idan. 

BUBBLE CHAT IN

Erin: Dan, kayaknya aku masih bisa lulus semester ini bareng kamu!!! (emot senang) 

Erin: (mengirim gambar poster lomba foto)

Erin: Dan aku butuh bantuanmuuu

BUBBLE CHAT OUT

CUT TO:

INT. RUANG TAMU RUMAH ERIN - PAGI

Erin bergegas membuka pintu rumahnya. Tampak Idan membawa kamera mirrorless dengan tali bertuliskan 'BENO', lengkap dengan tasnya. Erin menerima dengan senang sambil melompat-lompat kecil. 

ERIN (VOICE OVER)
Nah aku kan butuh pinjem kamera nih. Setelah beberapa kali usaha dan doa, akhirnya berhasil pinjem kameranya Mas Beno, masnya Idan.

Digenggamnya kamera itu, terlihat kagum dan excited. Idan pamit langsung balik; Erin sampaikan terima kasih dan Idan merespon dengan acungan jempolnya.

IDAN (VOICE OVER)
Lebih tepatnya, kamu pinjem ke dia tapi gagal total. Terus aku ngomong ke Beno sampe dia mau minjemin.

INT. STUDIO REKAMAN - SIANG

Idan mengangkat alisnya, mengangguk dengan yakin. Erin gemas, tidak terima aibnya terungkap. Tapi ia sengaja tetap melihat ke kamera, menjaga wibawanya.

ERIN
Which is, usaha dan doa.
IDAN
Usahaku dan doa--
GIA
Ehm. Kamu bilang apa ke masmu sampe dia mau, Dan?

Idan langsung menyadari sindiran Gia. Dia ingin menjawab, tapi sesuatu menahannya.

IDAN
Emm... Itu, besok aja pas sesiku, Ya. Biar fokus ke Erin dulu.

Erin melirik Idan. Tampak penasaran, tapi diam saja. 

GIA
Oke. Lanjut ya Rin.

INT. RUANG TAMU RUMAH ERIN - PAGI

Erin menyalakan kameranya, tersenyum melihat layar yang menyala. Ia mencoba membidik dengan patokan layar, lalu mengintip ke viewfinder. Ia tampak nyaman di viewfinder. Erin pun mencoba mencari bidikan, sambil bergerak ke dapur.

ERIN (VOICE OVER)
Abis dapet kamera, aku langsung pelajari basic-basic fotografi dari youtube, latihan tipis-tipis. 

CAMERA FOLLOW:

INT. DAPUR RUMAH ERIN - PAGI

Dengan mata masih di bidikan, Erin memasuki dapur, di mana IBUNYA sedang asyik mengelap piring-piring bagus yang diambil dari kotak penyimpanan, tidak menyadari kedatangan Erin. 

ERIN (VOICE OVER)
Aku nggak nyangka bakal seniat ini dan pengen banget hasilnya maksimal. Padahal aku biasanya skip semua itu dan langsung aja sikat, gak peduli hasilnya gimana.

Erin pun menjepret beberapa kali. Ibunya sadar, lalu bertanya dan mulai mengomel. Walau mengomel, ibunya tetap melanjutkan mengelap piring, berhenti sejenak untuk mengintip ke dandang yang mengepul di atas kompor untuk mengecek masakannya. Erin, sementara itu, terus menjepret dengan kameranya.

IDAN (VOICE OVER)
Kayak pas kamu nyoba bulu tangkis, kamu bahkan gak pemanasan dulu. Terus nyoba masak, tapi akhirnya melenceng dari resep.
ERIN (VOICE OVER)
Nahh, iya, iya.

Saat ibunya mulai fokus ke anaknya lagi, Erin hanya nyengir dan langsung kabur. 

END OF MONTAGE

INT. STUDIO REKAMAN - SIANG

ERIN
Nah, selanjutnya ya pengumuman tema lomba itu, Ya. Yang di kantin. 

Gia mengangguk paham, mencatat di kertasnya.

GIA
Oke, oke. Udah lumayan jelas. Terus, lanjut. 
(beat)
Emm, apa yang ada di kepalamu saat denger tema "My Passion" itu? Coba kali ini lebih detail ya, karena kita udah masuk ke intinya.

Erin mengangguk. Ia menegakkan tubuhnya, mengatur napasnya.

GIA
Dari sini aku gak akan banyak ngasih pertanyaan. Kamu terus ceritain aja gimana prosesnya, nanti aku stop kalo ada yang kurang jelas. Idan sementara tahan dulu.
IDAN
Oke.

FADE TO:

INT. KANTIN KAMPUS - SIANG

Kita kembali ke saat Erin bingung sendiri setelah mengetahui tema lomba foto dari IG. Sementara Idan menatap Erin dengan sedikit bingung.

IDAN
Kamu tau passionmu apa, 'kan?

Tatapan Idan menunggu jawaban Erin. Yang ditanyai malah lebih speechless, seakan-akan itu pertanyaan tersulit di muka bumi. Tak lama kemudian, Erin meletakkan HP-nya. 

ERIN
Well. Passion.
(beat)
Well.

Erin mengangkat bahunya. Idan yang masih bingung tidak menanggapi lagi. Ia mencoba membaca apa yang sebenarnya terjadi dengan Erin. Yang diperhatikan kemudian tiba-tiba menoleh lagi ke Idan.

ERIN
Emang passion-mu apa?

Yang ditanyai agak kaget. Erin tidak pernah bertanya seserius ini.

IDAN
Emmm... Pengen jadi dosen.
ERIN
Oh, beneran udah sreg jadi dosen?
IDAN
Iya, beneran.

Jawaban Idan yang mantap membuat Erin kaget dan seketika insecure, reaksi yang dengan cepat ia tutupi.

ERIN
(lemah dan sangat pelan)
Oh.

Ia segera memalingkan wajah ke batagor di depannya dan mulai mengaduk-aduk. 

Idan memperhatikan reaksi ini. Ia sudah ingin bertanya ke Erin, tapi lalu berusaha mengatur dulu kata-kata dan intonasinya dengan hati-hati.

IDAN 
Terus, kalo passion-mu apa?

Idan sengaja menanyakan ini sambil melanjutkan makan, berusaha terdengar casual tanpa tekanan.

Erin menoleh ke Idan, bersikap se-casual mungkin, menyembunyikan kekhawatiran & ketidaknyamanannya dengan baik. Setelah menyendok batagornya, ia tampak berpikir sejenak, sambil mengunyah. 

Hening beberapa saat. Hening yang terasa berbeda.

Akhirnya, dengan mulut masih penuh batagor dan wajah inosen, ia menjawab.

ERIN
Mmmm. Agu bengeng… mabizin batagol!! [aku pengen ngabisin batagor]

Tawa Idan langsung pecah, terbahak-bahak. Tawa Erin juga pecah, namun mulut penuhnya membuatnya hanya keluar suara tenggorokan yang aneh, berusaha menahan batagornya tidak keluar dari mulutnya. Tangannya langsung membantunya menutup mulut. Ini membuat Idan makin terbahak. 

Ketegangan aneh pun langsung hilang. Idan memandang sahabatnya. Ia tahu bahwa itu bukan jawaban serius dan Erin sedang mengelak, tapi ia membiarkannya. 

Setelah menelan batagor + minum dan berhenti tertawa-tawa, Erin dan Idan akhirnya masuk ke keheningan lagi. Erin, dengan wajah yang lebih serius, akhirnya berhasil mengeluarkan kata-kata jelas.

ERIN
Udaaah sante, kan ini buat lomba aja... Gak usah tegang lah. Ntar juga ketemu sendiri.

Ia mengatakan ini sambil mengaduk-aduk bumbu batagornya beberapa detik, meski bumbu batagornya sudah sangat rata. Baru kemudian menoleh ke Idan.

ERIN
(bersemangat)
Yang penting... LAPTOP BARUUU!!!

Erin mengangkat tangan kananya, mengajak tos, dan Idan menyambutnya. TOS! Idan berusaha menyamai level semangat yang tiba-tiba muncul itu, dan mereka pun melanjutkan makan. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar