It's Not Easy to be A Single Dad
11. It's The Beginning

135. EXT. JALAN RAYA & JALAN PERUMAHAN. DAY

Mobil Fandy melaju di jalan raya hingga masuk ke jalan perumahan.

CUT TO:

136. EXT. RUMAH FANDY - DEPAN RUMAH. DAY

NOTE: 1 Tahun kemudian.

Rumah yang biasa Fandy tinggali sekarang sudah tertempel tulisan "DIJUAL HUBUNGI FANDY NO. 087687874441". Setelah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, Fandy keluar dari mobilnya.

Fandy kemudian menelpon seseorang melalui ponselnya.

FANDY

"Halo, pak?"

(beat)

"Iya, ini saya udah di depan rumah."

(beat)

"Gimana? Oh.. udah di bunderan itu ya pak?"

(beat)

"Iya itu belok kanan. Terus aja sampe ujung nanti perumahan rumah saya belok kanan lagi."

(beat)

"Baik pak, saya tunggu."

Fandy berjalan ke halaman rumah dan membersihkan beberapa daun yang mengotori rumah. Ia mengamati sekitar.

CUT TO:

136. INT. RUMAH FANDY - RUANG TAMU & RUANG TENGAH & RUANG MAKAN. DAY

Fandy membukakan pintu untuk RANTI (50) dan DAUS (55).

FANDY

"Mari pak, silahkan masuk."

Rumah Fandy sudah kosong. Daus memasuki rumah dan melihat-lihat. Ia diikuti oleh Ranti.

RANTI

"Berapa mas harga jualnya?"

FANDY

"900juta Bu. Belum termasuk biaya notaris dan lain-lainnya."

RANTI

(berbisik ke Daus)

"Lumayan kan yah?"

DAUS

"Kemarin yang di Jaksel nemu harga berapa ya?

RANTI

"1,2m tapi yang di daerah Jaksel itu rumahnya kegedean. Orang sekarang kita cuma tinggal berdua"

DAUS

(ke arah Fandy)

"Nggak bisa kurang ya mas?"

FANDY

"Nggak pak. Saya harganya 1M tapi nggak laku-laki, jadinya saya turunin."

Daus dan Ranti berpikir.

FANDY (CONT'D)

"Coba silahkan diliat dulu pak kamarnya."

Daus dan Ranti berjalan untuk melihat kamar utama.

FANDY (CONT'D)

"Yang ini kamar utama, sedangkan yang sebelah sana kamar ukuran lebih kecil. Dulu sih buat anak saya."

Fandy menggiring Daus dan Ranti ke kamar Nayla.

FANDY (CONT'D)

"Kamar mandi cuma satu ada di sebelah sana."

Setelah melihat kamar Nayla, Fandy memeperlihatkan kamar mandi kepada Ranti dan Daus. Setelah memeriksa kamar mandi, mereka kembali berjalan ke ruang tengah.

CUT TO:

137. I/E. RUMAH FANDY - HALAMAN DEPAN. DAY

Fandy menunggu di depan pintu, kemudian Daus dan Ranti keluar dari dalam rumah.

DAUS

"Sebenarnya saya sama istri saya sudah cocok sih mas sama rumahnya. Strategis iya, nggak terlalu besar iya, lagian yang nempatin nanti cuma saya sama istri saya."

FANDY

"Oh, cuma untuk berdua ya?"

DAUS

"Iya, anak saya kerja di luar negeri. Ini saya cari-cari rumah, tapi yang berniat belikan itu anak saya. Karena, dulu saya jual rumah untuk modalin anak saya kuliah di luar negeri."

Daus bercerita malu-malu tapi terlihat wajahnya sangat bangga. Fandy pun tersenyum senang.

DAUS (CONT'D)

"Saya kabarin anak saya ya? Kalo dia juga cocok sama harganya, saya kabarin mas secepatnya ya."

FANDY

"Oh, baik pak. Saya tunggu kabarnya ya?"

DAUS

"Iya mas. Saya pulang dulu ya."

Daus dan Ranti tersenyum ramah kepada Fandy sebelum beranjak pergi.

Dari luar pintu, Fandy hendak mengunci rumah. Tetapi ketika ia hampir menutup pintu, ia sekali lagi memastikan memori lama istri dan anaknya tidak lagi muncul.

Fandy bernafas lega. Ia akhirnya menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya.

138. EXT. RUMAH FANDY BARU - HALAMAN. DAY

Fandy memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya yang luas. Di halaman rumah, terdapat kebun hidroponik yang luas, terdapat juga lahan untuk sayur-sayuran, buah-buahan, lahan untuk tanaman obat, tanaman dan bunga hias, termasuk bunga Marigold. Di samping kebun, terdapat rumah Fandy.

Fandy berjalan menuju kebunnya. Di kebun Fandy ada PAK BEJO (50) sedang mencabut tumbuhan liar. Fandy berjalan ke kebun hidroponik dan melihat selada dan bayam merah sudah siap panen.

FANDY

"Pak Bejo, ini nanti sore kita panen ya?"

PAK BEJO

"Boleh mas. Terus mau diambil kurir besok paginya atau sore sekalian?"

FANDY

"Sore aja sekalian pak."

Fandy berjalan ke dekat tanaman buah melon.

FANDY (CONT'D)

"Aduh.. ini kenapa tanaman melonnya pendek ya?"

PAK BEJO

"Iya itu mas, kayaknya emang harus dipangkas terus tanam ulang, soalnya kan karena hama."

FANDY

"Yaudah nanti habis panen selesai ya pak, kita pangkas yang bisa dikerjakan hari ini."

PAK BEJO

"Iya pak."

Fandy memperhatikan bunga-bunga Marigold sudah bermekaran. Ia mengusap kelopak bunga dan tersenyum mengingat Nayla dan Caca. Tiba-tiba ponsel Fandy berdering. Ketika Fandy mengecek, Pak Daus menelpon.

FANDY

"Halo?"

(beat)

"Iya pak?"

(beat)

"Ohh.. iya pak. Mau DP sekarang?"

(beat)

"Iya pak, saya kirim nomer rekening saya sekarang ya."

(beat)

"Baik pak. Siap."

Fandy mengakhiri panggilan.

PAK BEJO

"Wah, laku ya mas akhirnya?"

FANDY

"Iya pak."

Fandy mengirimkan nomer rekeningnya kepada Daus.

CUT TO:

139. INT. RUMAH FANDY BARU - RUANG TENGAH. DAY

Foto-foto pernikahan, semasa Fandy dan Caca berpacaran, foto mereka saat bulan madu, dan foto keluarga lengkap bersama Nayla tergantung rapi di ruang tengah.

Fandy duduk di sofa dan mencari kontak Yogi di Whatsapp. Setelah menemukan, Fandy menelpon Yogi.

FANDY

"Halo, Yog? Lo lagi dimana?"

(beat)

"Anjir.. siapa lagi tuh? Ketemu di aplikasi lagi?"

(beat)

"Yakin temen SMA? Dari suara lo aja gue hafal kalo lo bohong."

(beat)

"Eh, gue mau ngabarin sih kalo rumah gue akhirnya laku. Gue transfer hutang gue sekarang ya?"

(beat)

"Gapapa gue transfer sekarang aja dari pada nanti-nanti."

(beat)

"Ah lo mah sok-sokan ga enak. Udah ya lo gausah banyak bacot deh. Kayak lo banyak duit aja."

(beat)

"Hahaha oke Yog. Makasih ya."

(beat)

"Oke. Hati-hati di jalan ya."

Fandy mengakhiri panggilan. Ia memikirkan sesuatu sambil melihat ponselnya.

Fandy berdiri dari sofa dan berjalan mendekati foto-foto yang tergantung di dinding. Ia meraih foto ketika dia, Caca dan Nayla berlibur di dufan. Ia memperhatikan beberapa saat sambil berpikir.

CUT TO:

140. INT. RUMAH FANDY BARU - KAMAR. DAY

Fandy mengisi tas jinjing dengan beberapa baju. Ia memasukkan parfum, deodoran dan sisir ke dalam tas. Setelah itu ia berganti pakaian.

CUT TO:

141. I/E. DALAM MOBIL. DAY

Mobil Fandy melaju di jalan tol.

INSERT pemandangan tol bawen.

Terlihat Fandy melewati gerbang tol Boyolali dan berhenti untuk menempelkan kartu tol.

CUT TO:

142. EXT. RUMAH YULI TEGUH - HALAMAN RUMAH. NIGHT

Mobil Fandy bergerak lambat dan berhenti di depan suatu rumah sederhana yang cukup luas. Di teras rumah, Teguh duduk di kursi kayu sambil membaca koran. Fandy keluar dari mobil dan berdiri di depan pagar.

FANDY

"Assalamualaikum, pak."

Teguh menurunkan koran dan melihat Fandy.

TEGUH

"Walaikumsalam. Kok nggak ngabarin kalo kesini? Berangkat jam berapa tadi?"

Teguh berjalan untuk membukakan Fandy pagar.

FANDY

"Nggakpapa pak. Ibu dan Nayla ada di dalem?"

TEGUH

"Iya. Masuk nak."

Fandy masuk melewati pagar.

CUT TO:

143. INT. RUMAH YULI TEGUH - RUANG TAMU. NIGHT

Fandy dan Nayla duduk bersebelahan. Fandy menunjukkan foto-foto rumah barunya kepada Nayla.

FANDY

"Nah, yang ini kebun hidroponik papa. Sekarang udah banyak sayurnya, ada selada, bayam merah, kangkung, kol dan banyak lagi."

Fandy menggeser foto-foto di ponselnya.

FANDY (CONT'D)

"Terus ini ada anggrek juga."

Nayla kagum.

NAYLA

"Ini bagus banget pa warnanya. Nayla suka yang warna kuning."

Yuli masuk ke dalam ruangan, diikuti oleh Agnes dengan membawa teh dengan nampan.

Yuli duduk di sofa dan Agnes menghidangkan teh. Agnes kemudian kembali ke dalam rumah.

YULI

"Kenapa kamu kesini nggak kasih kabar?"

FANDY

"Sengaja kok bu. Ngasih kejutan ke Nayla."

YULI

"Kejutan.. kejutan.. Yaudah, kamu bersih-bersih aja dulu. Tidur di kamar depan ya."

FANDY

"Bu. Saya kesini mau minta buat Nayla ikut saya lagi."

(beat)

"Saya tau, saya berulang kali mengecewakan Ibu. Tapi kali ini, saya sudah meninggalkan pekerjaan dan dunia saya. Saya hidup menjalankan mimpi Caca dan saya mau melakukan itu semua bersama Nayla."

Fandy berlutut di hadapan Yuli. Yuli bingung dengan apa yang dilakukan oleh Fandy.

FANDY (CONT'D)

"6 tahun lalu, pasti berat bagi Ibu harus mempercayai orang yang sudah mengewakan Ibu. Saat itu, walau saya juga berlutut kepada Ibu, tapi saya sadar betapa sombongnya saya bersikap seolah-olah saya bisa bertanggung jawab setelah apa yang saya lakukan kepada Caca."

(beat)

"Saya mohon untuk izinkan saya menjaga dan membahagiakan bagian dari Caca yang masih ada. Saya pertaruhkan seluruh hidup saya untuk membawa Nayla kembali ke Jakarta. Saya mohon."

Yuli mengusap pundak Fandy.

YULI

"Ibu juga minta maaf karena waktu itu sudah marah sama kamu. Tapi perlu kamu tau nak, Nayla butuh sosok orang tua yang lengkap. Karena Caca sudah nggak ada, dia hanya bisa mengandalkan kamu. Ibu tau pekerjaan kamu berat karena kamu harus menafkahi keluarga, tapi itu nggak cukup untuk membahagiakan Nayla."

Fandy mengangguk.

YULI

"Nayla, kamu mau tinggal lagi di Jakarta sama papa?"

Nayla terdiam sambil berfikir. Fandy membalikkan badannya dan berlutut di hadapan Nayla.

FANDY

"Nayla.. Papa janji kali ini akan selalu ada buat kamu. Kita sama-sama menanam bunga Marigold ya?"

Nayla mengangguk.

NAYLA

"Iya, pa."

Fandy tersenyum dan meneteskan air mata bahagia. Ia segera memeluk Nayla.

CUT TO:

144. EXT. RUMAH FANDY BARU - HALAMAN RUMAH. DAY

Kebun Fandy terlihat begitu rindang dengan tanaman-tanaman. Nayla menyiram bunga marigold bersama Fandy dengan tertawa bahagia. Sedangkan Pak Bejo sibuk memanen tomat dan cabai.

Fandy dan Nayla memanen kangkung dari kebun hidroponik. Tak lama datang pick up. Fandy dan Pak Bejo mengangkut kotak-kotak berisi sayuran ke bak mobil pick up. Nayla duduk di teras rumah sambil memegang foto Caca dan ia tersenyum.

INSERT Foto Fandy, Nayla dan Caca saat di dufan yang tergantung di dinding ruang tengah.

FADE OUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar