It's Not Easy to be A Single Dad
4. I'm A Dad

35. I/E. DALAM MOBIL. DAY

Jam digital yang berada di dalam mobil sudah menunjukkan pukul 10:00, tetapi Fandy masih terjebak macet. Fandy menatap jalanan dengan tatapan kosong. Seperti tidak ada semangat maupun harapan.

CUT TO:

36. INT. KANTOR - KANTOR UTAMA. DAY

Kantor sudah ramai dengan pegawai. Ada yang sibuk bekerja sambil memakai earphone, ada yang sibuk berbincang, ada juga yang berjalan lalu lalang.

Fandy keluar dari lift dan memasuki ruangan dengan wajah lesu. Ia melewati para pegawai berjalan menuju mejanya. Fandy tahu banyak yang melihat ke arah dia, sekedar ingin menyapa ataupun berbela sugnkawa. Tetapi Fandy menghindari kontak mata dengan siapa pun.

Setibanya di depan meja, Fandy duduk di kursi dan langsung menyalakan laptopnya. Gita menyadari kehadiran Fandy dan langsung melepas earphone.

GITA

"Fan? Are you alright?"

(beat)

"I'm really sorry for your loss."

FANDY

"Iya. Makasih git."

Fandy tersenyum dan membalas singkat berharap Gita tidak membahas permasalahan yang ia miliki.

GITA

"Lo kenapa nggak ambil cuti lebih lama? Pasti banyak yang harus lu urus kan?"

FANDY

"Gue ga enak aja sama Pak Iman. Gapapa kok, urusan rumah udah kelar."

(beat)

"Jadi, meeting tadi bahas apaan?"

Gita menatap Fandy dengan tatapan tidak yakin. Tapi melihat gelagat Fandy yang terlihat baik-baik saja, ia membagikan tugas yang harus Fandy kerjakan.

GITA

"Not a spesific matter sih, Pak Iman cuman bahas sejauh mana kerjaan kita dan biasa dia ingetin deadline. So.. Proposal bagian gue udah gue kerjain. Cuma ada beberapa yang belum bisa gue input datanya karena perlu pertimbangan dari lo juga. Dan gue udah research ke provider lain soal biaya dan regulasi partnership. Jadi lo tinggal baca-baca aja."

FANDY

"Oh yaudah, mana bagian gue?"

Gita memberikan setumpuk kertas kepada Fandy.

GITA

"Terus, Gue dapet pesan dari Pak Iman. Karena beliau gatau lo cuti berapa hari, orangnya titip pesan katanya kalo lo sudah di kantor, lo langsung kontak orangnya aja."

Fandy mengangguk.

FANDY

"Oke."

Gita merasa bersalah dengan beban Fandy.

GITA

"Semangat ya, Fan.."

Fandy hanya tersenyum setengah.

CUT TO:

37 A. INT. KANTOR - DEPAN RUANG MEETING. DAY

Di depan ruang meeting, Fandy menunggu panggilan Pak Iman dari dalam ruangan. Dari pintu kaca, kita bisa melihat Pak Iman duduk diantara para direktur dan manager. Fandy sedikit gugup. Tak lama, Pak Iman membuka pintu dan mempersilahkan Fandy masuk.

CAMERA TRACKS LEFT TO:

37 B. INT. KANTOR - RUANG MEETING. DAY

Fandy dan Pak Iman duduk bersebelahan. Di hadapan mereka ada Pak Anto yang sedang mempresentasikan progress project mingguan dan bulanan.

PAK ANTO

"Jadi 3 website tersebut 1 masih tahap nego dengan tim BA, dan 2 lainnya sudah proses desain web. Sejauh ini semua masih bisa terkejar dan tidak ada deadline yang molor. Klien juga mudah diajak negosiasi."

PAK IMAN

(ke arah Fandy)

"Kamu perhatikan ya Pak Anto ini. Setiap minggu akan ada presentasi seperti ini."

Pak Anto menampilkan gambar dari proyektor.

PAK ANTO

"Berikut desain web dari klien Riobot. Progressnya sudah 80%, selanjutnya tinggal menuju ke UI/UX. Kalau dari klien Klopilm sebenarnya cukup rumit karena memang ini platform untuk nonton film. Sebelumnya mereka sudah ada webiste tapi, mereka mau mengimprove estetika dan fungsi web. Mungkin kedepannya juga akan beralih ke aplikasi ponsel."

Fandy mengamati presentasi Pak Anto mulanya dengan serius. Tetapi semakin lama ia kehilangan fokus dan melamun.

CUT TO:

38. INT. KANTOR - PANTRY. DAY

Deva, Andra dan Yogi berkumpul sambil menikmati kopi sebelum pulang. Walaupun berkumpul mereka sibuk dengan ponsel masing-masing. Yogi fokus swipe kanan dan kiri perempuan yang ia jumpai di dating app rednitte. Andra asik bermain PUBG sedangkan Deva chatting-an dengan tunangannya, Shela. Setelah melihat profile VEREN, Yogi menunjukkan kepada Andra.

YOGI

"Ndra, swipe kanan atau kiri?"

ANDRA

"Bentar bentar lagi aiming."

Andra melirik ke arah layar ponsel Yogi.

ANDRA (CONT'D)

Njay, mukanya muda banget. Umurnya fake kali. Mana ada foto pake seragam SMA.

Tidak menyerah, Yogi menunjukkan profile SALMA.

YOGI

"Kalo yang ini?"

ANDRA

"Yog, elu kaga bosen apa main dating app?"

YOGI

"Gue udah terlanjur subscription setahun, Ndra. Mubadzir kalo ga dimainin. Apa gue coba pindah lokasi ke Bali ya? Sapa tau dapet bul-bul."

DEVA

"Fandy mana ya? Kok nggak kesini?"

YOGI

"Tadi sih gue samperin katanya masih banyak kerjaan, ngejar cuti kemarin. Sumpah gue ga tega liat Fandy."

DEVA

"Mana bininya habis meninggal.."

(beat)

"Coba gue call ya?"

YOGI

"Gausah lah Dev. Siapa tau dia lagi butuh waktu sendiri."

Deva menatap ponselnya berpikir dua kali untuk menelpon Fandy. Tiba-tiba Fandy datang dengan membawa secangkir kopi. Wajahnya lesu dan berantakan.

DEVA

"Akhirnya yang ditunggu dateng juga."

Deva menepuk pundak Fandy yang duduk di sebelahnya.

DEVA (CONT'D)

"Kerjaan lagi numpuk ya?"

Fandy tersenyum menyembunyikan semua beban.

FANDY

"Ya.. lumayan."

DEVA

"Pak Iman ngejar-ngejar lo ya?"

FANDY

"Nggak tau deh. Mungkin guenya aja yang lambat."

Suasanya pantry seketika hening dan canggung. Deva dan Yogi saling menatap bingung mencari topik. Andra yang menyadari suasana menjadi hening langsung mengakhiri gamenya.

YOGI

"Fan, lu nggak mau refreshing gitu?"

FANDY

"Refreshing gimana?"

YOGI

"Ya biasa.. sepedaan lagi ke Bogor gitu."

Fandy terdiam. Ingin mengiyakan, tetapi tidak yakin dengan keputusannya.

FANDY

"Kapan yog?"

YOGI

"Terserah lu sih. Mau 2 minggu lagi kek, atau bulan depan juga gapapa."

FANDY

"Gue kabarin kalau situasi udah kondusif ya?"

YOGI

"Yaudah kabarin aja. Ndra, ikut kaga lu?"

ANDRA

"Ga janji ya gue.. lagi namatin Witcher 3."

Yogi menyenggol Andra dengan sikutnya sebagai kode bahwa sepedaan kali ini adalah untuk menghibur Fandy.

ANDRA (CONT'D)

"Iya, iya gue ikut."

FANDY

"Sorry ya. Gue lagi banyak pikiran."

Fandy menyandarkan dahi pada tangannya. Suasana tetap hening.

FANDY (CONT'D)

"Gue.. belum siap kehilangan bini gue. Kayak, ga nyangka aja bakal secepet ini"

Fandy menatap teman-temannya, mereka iba tetapi tidak tahu harus merespon bagaimana.

Tiba-tiba ringtone ponsel Deva berbunyi memecah keheningan. Shela menelpon. Deva langsung mengangkatnya.

DEVA

"Iya sayang?"

Terdengar samar-samar suara Shela ngomel dari ponsel Deva. Deva melirik teman-temannya dan berjalan ke pojok ruangan.

DEVA (CONT'D)

"Sayang, jangan keras-keras nanti pada kedengeran."

(beat)

"Iya.. nanti aku jemput."

(beat)

"Iya.. nggak bakal telat."

Kita melihat Fandy mengecek jam di dinding sudah menunjukkan jam 17:50. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya.

FANDY

"Gue jemput anak gue dulu ya?"

YOGI

"Anak lu dimana emang?"

FANDY

"Gue titipin Day Care."

ANDRA

"Fan lu yakin bisa nyetir dengan kondisi kek gini?"

FANDY

"Bisa kok."

Deva melihat kebelakang dan mendapati Fandy berjalan meninggalkan ruangan. Ia berbisik kepada Yogi dan Andra.

DEVA

"Fandy kemana?"

(ke Shela)

"Iya sayang?"

Terdengar suara Shela meninggi.

CUT TO:

39. INT. KANTOR - KANTOR UTAMA. NIGHT

Di atas meja kerja Fandy, laptop masih menyala, barang-barang serta kertas juga masih berantakan. Dengan cepat Fandy merapikan meja semampunya.

Setelah menggendong ransel, Fandy membuka kontak Caca di whatsapp dan ia hampir mengirim pesan. Ia lupa sesaat bahwa Caca sudah tidak ada. Dalam percakapan itu, Caca sudah mengirim foto selada yang seharusnya Fandy kirim ke Deva, tetapi Fandy hanya membaca pesan itu.

Fandy membeku membaca percakapan terakhir yang tidak bermakna apa-apa. Matanya mulai berkaca-kaca hingga Gita datang mengejutkannya.

GITA

"Fan? Are you crying?"

Fandy tidak sanggup menatap Gita. Ia menunduk dan mengapus air matanya.

FANDY

"Nggak kok. Gue pulang duluan ya?"

Gita mengerutkan alisnya, merasa Fandy menutupi sesuatu.

GITA

"Okay.. Take care.."

Fandy pergi. Gita masih memperhatikan Fandy sambil membersihkan mejanya.

Tiba-tiba Pak Iman menyegat Fandy di dekat lift.

PAK IMAN

"Fandy, kamu mau kemana?"

FANDY

"Pulang pak."

PAK IMAN

"Proposal mana? Kok belum dikirim? Terus juga analisis requirement data klien juga udah siap?"

FANDY

"Belum pak. Saya lanjutin besok."

PAK IMAN

"Saya nggak tau ya kamu mau ngerjain kapan, besok jam 10 saya terima udah selesai semua."

Pak Iman pergi. Lift terbuka dan di dalamnya sudah banyak pegawai hendak turun. Fandy memutar badannya dan mengambil laptop di mejanya.

CUT TO:

40. I/E. DALAM MOBIL. NIGHT

Fandy menyetir dengan tatapan kosong. Tidak ia sadari mobil depannya sudah berhenti sehingga Fandy menginjam rem secara mendadak. Tidak berhenti disitu, Ia terkejut mendengar klakson dari motor belakangnya. Pengemudi itu melewati mobil Fandy.

PENGEMUDI MOTOR

"NYETIR YANG BENER GOBLOK!"

Fandy menjadi linglung. Ia kemudian menepi. Ia berusaha menenangkan dirinya dengan mengatur nafas. Tetapi ia tak kuasa menahan air matanya. Ia menangis sejadi-jadinya.

Tiba-tiba ponsel Fandy bergetar, ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Sesaat ia menebak-nebak siapa itu, tetapi kemudian ia mengangkatnya.

FANDY

"Halo?"

(beat)

"Iya benar. Siapa ini?"

(beat)

"Ohh.. iya iya mbak. Maaf saya lupa ngabarin. Saya udah di jalan kesana, mungkin agak telat 15 menitan."

(beat)

"Oke, makasih mbak."

Fandy menghapus air matanya dan kembali menyetir.

CUT TO:

41. INT. DAY CARE KIDDYHUIS - FRONT OFFICE. NIGHT

Day Care sudah sepi. Semua anak telah dijemput oleh orang tuanya. Tersisa Nayla dan VINA (26) duduk menunggu Fandy.

VINA

"Nayla hobinya apa?"

NAYLA

"Nonton Toy Story."

VINA

"Kan itu udah jelas. Kalo selain itu?"

(beat)

"Kayak misal.. nyanyi, menari, menggambar, berkebun, masak.."

Nayla diam saja tidak menjawab.

VINA (CONT'D)

"Itu foto mamanya Nayla ya?"

Vina menujuk ke arah foto di tangan kanan Nayla. Nayla melihat foto itu dan mengangguk.

VINA (CONT'D)

"Cantik ya? Kayak Nayla."

Fandy datang, mengagetkan Nayla dan Vina.

FANDY

"Maaf mbak, tadi jalannya agak macet."

VINA

"Ayahnya Nayla ya?"

FANDY

"Iya."

Nayla masih duduk, Vina berjalan ke dekat Fandy.

VINA

"Pak, maaf saya perlu ngobrol sama bapak sebentar, boleh?"

FANDY

"Boleh."

VINA

"Saya bingung gimana jelasinnya.. Tapi tadi waktu perkenalan, Nayla mendorong salah satu teman sekelasnya sampai jatuh. Mungkin kalau kita boleh tau, apakah Nayla memang sedikit tempramental?"

FANDY

"Hmm.. sejauh yang saya tau, anaknya baik-baik aja mbak."

VINA

"Gitu ya pak?"

Vina melihat ke arah Nayla yang masih diam saja di kursi ruang tunggu.

FANDY

"Coba nanti saya ngomong ke Nayla. Saya usahakan dia nggak ulangin perbuatannya lagi. Maaf mbak kalau tadi dia berulah dan bikin masalah."

Nayla berjalan ke arah Fandy.

NAYLA

"Pa, laper."

FANDY

"Iya habis ini kita makan ya."

(ke arah Vina)

"Kalo gitu saya pamit dulu ya mbak."

VINA

"Iya pak. Hati-hati."

FANDY

"Makasih ya mbak."

Fandy dan Nayla meninggalkan ruangan. Vina melambaikan tangan ke arah Nayla dengan senyum hangat.

CUT TO:

42. INT. MCD. NIGHT

Fandy membawa 1 paket nasi dan ayam dan 1 pake burger dengan kentang goreng di atas nampan. Ia berjalan ke arah Nayla yang duduk sambil menonton Toy Story 3 di ponselnya dan di sampingnya terdapat foto Caca.

Fandy meletakkan paket nasi ayam di depan Nayla dan ia duduk untuk melahap burger serta kentangnya.

FANDY

"Nayla, HPnya taruh dulu. Kita makan."

Nayla tidak mendengarkan dan masih menonton. Karena kesal Fandy langsung menarik ponsel Nayla.

FANDY (CONT'D)

"Tadi katanya laper? Ayo cepet makan."

Nayla mulai menangis.

Tanpa memperdulikan Nayla, Fandy menghabiskan burger miliknya.

NAYLA

"MAMA..!!! MAMA..!! PAPA JAHAT!!"

Nayla terus merengek dan menangis. Orang-orang di sekitar melihat ke arah Fandy dan Nayla. Fandy sadar Nayla sudah mengganggu suasana tempat makan. Ia memutuskan mengembalikan poselnya Nayla.

FANDY

"Papa kembalikan HPnya, tapi Nayla makan sesuap dulu."

Tangisan Nayla perlahan-lahan mereda. Tangan kecilnya meraih nasi dan ayam, nafasnya masih sesenggukan.

CUT TO:

43. EXT. RUMAH - HALAMAN DEPAN. NIGHT

Fandy memarkirkan mobil di carport rumahnya. Setelah ia mematikan mesin mobil, Nayla keluar dan berlari ke arah bunga marigold miliknya di teras rumah.

Tunas bunga merigold milik Nayla sudah lebih tinggi dari sebelumnya. Nayla menjadi sedikit lebih bersemangat.

NAYLA

"Wah.. tumbuh!"

Masih menggendong ranselnya, Nayla mengisi gembor kecil dengan air dan menyiram tunas bunga marigold.

Fandy yang lelah berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan Nayla.

NAYLA (CONT'D)

"Cepet berbunga ya.. Pasti Mama ikut seneng lihatnya kalo udah pulang."

CUT TO:

44 A. INT. RUMAH FANDY - RUANG MAKAN & DAPUR. NIGHT

Fandy berkerja di depan laptopnya. Penerangan seluruh ruangan sudah redup, Fandy hanya ditemani secangkir kopi di samping laptopnya.

Tiba-tiba perut Fandy bunyi, tanda ia kelaparan. Fandy berjalan ke arah dapur, ia membuka rak dan laci hanya tersisa bumbu dapur dan 2 mie instan. Ia kemudian mengecek dalam kulkas. Fandy menemukan ikan asin yang sudah bau, tempe yang sudah busuk dan pudding berbentuk beruang yang belum ia makan.

Fandy membuang semua persediaan makanan yang sudah busuk ke dalam tong sampah. Ia kemudian memakan pudding dengan lahap sambil menunggu air mendidih. Setelah mendidih, Fandy memasukkan 2 porsi mie instan ke panci tersebut.

CUT TO:

44 B. INT. RUMAH FANDY - RUANG MAKAN & DAPUR. NIGHT

Di depan laptop Fandy bersandar pada sandaran kursi. Terlihat di samping laptopnya sudah ada mangkuk dan gelas yang kosong. Ia sesekali menguap dan melihat jam sudah jam 1 pagi. Fandy akhirnya memutuskan untuk tidur dan mematikan laptopnya.

Ia membereskan dan meninggalkan mangkuk, gelas kopi dan panci di pencuci piring. Fandy pergi menuju kamar.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar