14. Dia Muncul (scene 61 - 63)

61. INT. TERAS WANGSA CAFE — NIGHT

Dengan langkah gontai, Hala Dewasa berjalan mendekati stand boba yang terletak di depan Wangsa Cafe. Badannya lelah setelah seharian di mall.

HALA DEWASA
Mango tea pake topping pearl ya, Mas.

Sambil menunggu pesanannya selesai, Hala Dewasa melihat-lihat ke dalam Wangsa Cafe. Malam ini tidak begitu ramai. Hanya beberapa orang yang memenuhi meja.

Tiba-tiba mata Hala Dewasa melihat ke satu meja. Dia seperti mengenal dua orang yang duduk di sana. Itu Hala. Tapi karena Hala Dewasa tidak bisa melihat dengan jelas satu orang lagi, dia memicingkan matanya.

Hala Dewasa mendadak panik saat mengetahui orang yang sedang mengobrol dengan Hala. Mata Hala Dewasa membesar, jantungnya berdegup kencang. Tangannya menutup mulut.

Dengan tangan gemetar, Hala Dewasa masuk ke dalam Wangsa Cafe. Berjalan menghampiri Hala. Melupakan pesanan boba-nya.


62. INT. WANGSA CAFE — NIGHT

Perlahan, Hala Dewasa mendekati Hala. Melihat Hala Dewasa, Hala tersenyum. Tapi senyumnya langsung menghilang ketika menyadari Hala Dewasa memasang ekspresi tegang.

HALA
Kok lo ke sini juga?
(beat)
Muka lo kenapa gitu?

Menyadari Hala berbicara dengan orang lain selain dirinya, Deva menengok belakang. Melihat wajah Deva, Hala Dewasa otomatis mundur lalu terdiam.

HALA
Kenalin, ini Deva.

Deva mengulurkan tangannya. Tapi Hala Dewasa membiarkan tangan Deva tergantung, tanpa menyambutnya. Hala Dewasa langsung menarik lengan Hala.

HALA DEWASA
Kita pulang ... sekarang.


HALA
Lho, kenapa? Gue masih laper.


HALA DEWASA
Pulang aja. Nanti gue ceritain.

Hala belum bangkit dari tempat duduknya, masih bingung dengan apa yang terjadi. Deva yang melihat kejadian itu mencoba melepaskan tangan Hala Dewasa dari lengan Hala.

Menyadari tangan Deva yang akan memegang tangannya, Hala Dewasa refleks melepas tangannya dan memekik pelan. Deva yang kaget mendengarnya, langsung menjauhkan tangannya. Bingung dengan perilaku Hala Dewasa.

Hala Dewasa mengatur nafas perlahan. Badannya membungkuk. Mendekatkan tubuhnya ke arah Hala, agar jauh dari Deva.

HALA DEWASA
(suara bergetar)
Jangan ... pegang aku ...


DEVA
Oh, sorry ... Tapi Hala kayaknya belum mau pulang. Gimana kalo lo ikut makan dulu sama kita?

Hala Dewasa tidak berani melihat langsung wajah Deva. Dan hanya menatap tangan Deva dengan tajam.

HALA DEWASA
(suara mengecil)
Kita pulang sekarang, Hal. Please.

Melihat perilaku Hala Dewasa yang tidak seperti biasanya, Hala akhirnya menurut.

HALA
Ini sepupu gue. Kayaknya dia lagi nggak enak badan. Gue balik duluan ya, Dev.

Deva mengangguk, walaupun masih bingung dengan Hala Dewasa. Terlebih karena Hala Dewasa terlihat sangat ketakutan.

DEVA
Nanti gue telfon.

Hala mengangguk.

Mendengar kata-kata Deva, Hala Dewasa terdiam. Kakinya yang sudah akan berjalan, langsung berhenti. Dengan suara bergetar, Hala Dewasa berbicara dengan melihat tangan Deva.

HALA DEWASA
Jangan ... ganggu Hala. Jangan ... nelfon dia lagi. Jangan ...

Deva mengerutkan keningnya. Dia menundukan badannya, mencoba melihat wajah Hala Dewasa, tapi Hala Dewasa kembali menjauhkan tubuhnya.

DEVA
Lo kenapa sih? Kalo nggak enak badan, gue bisa anterin ke rumah sakit.


HALA DEWASA
Jangan ... pernah ... deketin Hala.


HALA
Lo kenal Deva?

Hala menarik tangan Hala Dewasa untuk segera pergi dari Wangsa Cafe, karena pengunjung lain sudah melihat ke arah mereka. Tapi Deva masih menghalangi. Sepertinya masih ingin berbicara dengan Hala Dewasa.

HALA DEWASA
Jauhin Hala ...


DEVA
Gue nggak pernah ngapa-ngapain Hala.


HALA
(berbisik)
Dia tuh baik banget sama gue. Udah lah, kita pulang aja.

Hala kembali menarik tangan Hala Dewasa.

HALA
Sorry ya, Dev.


DEVA
Bentar, Hal, gue mau ngomong sama sepupu lo.

Deva memperhatikan Hala Dewasa yang masih tidak menatap wajah Deva.

DEVA
Lo kenal gue?

Hala Dewasa diam.

DEVA
Soalnya gue nggak inget pernah ketemu lo.


HALA DEWASA
(suara melemah)
Ara, tolong minggir. Dan please ... jangan hubungin Hala lagi.

Mendengar Hala Dewasa memanggilnya dengan nama "Ara", Deva tertegun. Kesempatan itu digunakan Hala untuk menarik Hala Dewasa pergi dari Wangsa Cafe.

Beberapa detik kemudian, Deva tersadar. Tapi dua perempuan itu sudah menghilang di balik pintu.

DEVA
(berbisik)
Dia ... siapa? Kenapa bisa manggil gue Ara?


63. INT. KOST HALIMAH - KAMAR HALA — NIGHT

Hala menutup pintu. Di tempat tidur, Hala Dewasa duduk sambil mengatur nafasnya. Masih berdiri, Hala memperhatikan sikap Hala Dewasa yang tidak seperti biasanya.

HALA
Sekarang cerita, lo kenapa?


HALA DEWASA
Lo nggak boleh ketemu dia.


HALA
Kenapa?

Hala Dewasa diam. Nafasnya masih terengah-engah.

HALA
Deva baik. Dia-


HALA DEWASA
Kalo gue bilang nggak, artinya nggak!

Hala kaget. Dia belum pernah mendengar Hala Dewasa berbicara dengan nada setinggi itu.

HALA
Apa sih? Nanti gue bakal pacaran sama dia? Terus kita putus? Emang kenapa kalo putus?


HALA DEWASA
Lo diem aja, Nyet, nggak usah sok tau. Gue lebih ngerti hidup lo. Ikutin kata gue! Susah banget sih dibilangin.

Emosi Hala akhirnya naik.

HALA
Oh, emang iya. Sejak lo ke sini, semuanya HARUS ngikutin kata-kata lo. Gue HARUS nurutin lo. Harus. Nggak bisa nggak.


HALA DEWASA
Nggak ... Maksud gue-


HALA
Lo enak bisa ngomong kaya gitu. Umur lo 31, Umur gue baru 21, pengalaman hidup kita beda.
(beat)
Emang lo nggak inget, mental lo di umur segini tuh kaya apa? Jeblok, Nyet! Gue capek selalu dipaksa ini itu sama lo! Gue nggak bisa kaya mau lo.


HALA DEWASA
Lo bisa! Emang lo-nya aja yang nggak mau nyoba. Nggak mau berubah!


HALA
Kampret lo! Lo sendiri gimana? Waktu seumur gue, lo ngapain? Nangis pengen D.O juga kan?

Hala Dewasa mengusap wajahnya. Berusaha menahan air matanya.

HALA DEWASA
Dengerin! Nggak ada yang lebih ngerti lo, daripada gue. Jadi emang harusnya lo dengerin kata-kata gue.


HALA
Kalo nanti lo pulang, lo bisa balik ke kehidupan lo yang happy itu. Punya sahabat, punya pacar juga kali. Tapi gue? Gue sama siapa di sini? Gue butuh Deva. Dia-


HALA DEWASA
Lo nggak tau apa-apa, soal hidup gue di masa depan! Dan jangan dengerin Deva. Gila ya, gue kasih tau nggak ngerti-ngerti. Bisa apa sih lo, kalo nggak ada gue?! Deva mulu dari tadi.


HALA
Kalo gitu, jelasin ke gue yang tolol ini, ada apa sama Deva?!

Hala Dewasa terdiam.

HALA
Si kampret malah diem! Kalo gitu, gue juga nggak mau dengerin lo.


HALA DEWASA
Lo juga boong kan sama gue?! Lo bilang gue punya waktu empat bulan, ternyata cuma dua bulan. Untung Mas Ravi ngasih tau, kalo nggak gue nggak bakalan bisa balik! Egois lo!

Hala keluar kamar dan membanting pintu. Sedangkan Hala Dewasa mulai menangis. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar