1. Hai Gue Hala (scene 1 - 6)

1. EXT. JALANAN SEKITAR KOST HALIMAH — NIGHT

Tidak ada orang yang berlalu lalang, apalagi mobil yang melintas. Hanya sesekali terdengar deru motor dari arah jalan raya, dan suara gongongan anjing ntah dari rumah yang mana.

Seorang tukang nasi goreng berhenti di depan pos siskamling. Setelah memastikan gerobaknya aman, dia melepas handuk di lehernya dan duduk melihat orang-orang yang sedang bermain karambol. Suasana riuh sesaat.

Sampai seorang laki-laki dengan banyak coretan bedak di pipi bangkit dari duduknya, mengambil tongkat yang tergantung di depan pos, dan berjalan menjauhi pos siskamling. Beberapa orang lainnya meneruskan permainan karambol tersebut.

Sebuah rumah berlantai dua berdiri tidak jauh dari tempat itu. Pagarnya terkunci. Hampir semua lampu sudah mati. Kecuali lampu taman, lampu teras depan, dan satu lampu di jendela lantai dua.


2. INT. KOST HALIMAH - KAMAR HALA — NIGHT

Di kamar yang masih terang itu, sebuah laptop menyala di meja belajar. Dengan kaki yang diangkat bersila di atas kursi, mulut HALA (20) tidak berhenti mengunyah keripik kentang. Jam dinding menunjukan pukul 00:40, tapi mata Hala masih segar.

Hala sedang menonton "Tiny House Nation" di Netflix. Saat scene pemilik rumah memasuki rumah barunya, Hala menurunkan kaki dan memajukan badan. Matanya ikut membulat saat melihat perubahan rumah tersebut.

HALA
Wow ... bisa nggak kelihatan sempit gitu rumahnya.

Ketika episode tersebut berakhir, Hala memencet tombol pause lalu menghabiskan cemilan di tangannya.

HALA
Jadi arsitek tuh kaya gitu, Hal. Sibuk bikin project keren, bukan sibuk ngunyah.

Hala membuang bungkus cemilan ke tempat sampah yang sudah penuh di bawah meja, lalu membersihkan tangan dengan mengelap di celana pendek.

Hala mengganti tampilan layar laptop dengan software AutoCAD. Tangannya sibuk bergerak di atas mouse. Hala memusatkan seluruh konsentrasinya kepada gambar kerja sebuah apartement 15 lantai.

Kamar dengan cat dinding biru muda itu terlihat berantakan. Di belakang pintu tergantung beberapa tote bag dan tabung gambar berwarna hitam.

HALA (O.S)
Core isinya apa aja ya? AHU, ruang panel, lift, ... terus apa? Harus di tengah nggak sih?

Di atas tempat tidur berserakan kertas-kertas gambar kerja, yang sebagian sudah dicoret-coret oleh asisten dosen.

Di salah satu dinding tergantung beberapa poster film berukuran A4. Mulai dari 3 Idiots, AADC, Interstellar, Kala, Onward, sampai Parasite.

HALA (O.S)
Lah, kalo bentuknya gini desain kamar-kamarnya kan jadi ribet. Gimana sih gue?!

Kertas-kertas konsep dan coretan sketsa berserakan di lantai. Juga buku-buku tebal dari perpustakaan, yang tidak mendapat tempat di rak dan meja belajar. Gulungan kertas A2 memenuhi salah satu sudut kamar.

Salah satu rak berwarna hijau berisi merchandise NCT Dream diatur lebih rapih daripada rak buku. Sebuah toples yang hampir penuh berisi potongan tiket bioskop terduduk rapih di rak tersebut.

HALA (O.S)
Aduh ... tapaknya cuma segini lagi. Parkirannya gue taro basement semua deh.

Hala duduk di kursi dengan posisi meringkuk. Gambar kerja ini sudah Hala kerjakan sejak empat jam yang lalu. Di samping laptopnya terdapat sebuah kalender meja NCT Dream yang menunjukan bulan Mei 2022.

Sampai gerakan tangannya berhenti. Hala menyenderkan badannya ke punggung kursi dan mengacak-acak rambut panjangnya.

HALA
Kenapa desainnya nggak ada yang oke, sih?! Masa tiap semester gue stress kaya gini.

Hala meneguk air putih di botol ungu sampai berkurang setengah. Hala mengganti tampilan layarnya dengan Whatsapp for Web, lalu men-klik sebuah nama dan mengetik sesuatu.

Gue mau minta saran dong.

Hala membaca kembali dengan ragu-ragu.

HALA
Kalo gue minta tolong, ganggu nggak ya?

Hala diam sejenak, menghapus tulisan itu lalu mengetik pesan baru.

Lo sibuk nggak?

Hala mengerutkan dahinya. Seperti tidak yakin. Pesan tersebut dihapus dan membuat pesan lain.

Lagi ngapain?

Hala tidak langsung mengirim pesan tersebut, tapi dia membacanya berulang kali sambil mengetukkan kukunya ke atas meja.

HALA
Ah, udah lah nggak usah. Nggak enak jam segini gangguin Arin.

Hala menatap tampilan wajahnya di cermin pintu lemari, dan mulai berbicara dengan dirinya sendiri.

HALA
Kuliah mau empat tahun, bikin apartment aja nggak bisa. Payah bener lo, Hal. Jadi gimana nih? Di lobby mending dibikin apa? Cafe?
(beat)
Eh, jangan jawab deh. Kalo cermin ini ngomong, ntar gue harus pindah kost-an.

Tanpa mengirim pesan yang dia tulis, Hala menutup Whatsapp for Web.

Hala menyalakan Spotify, dan membuka sebuah folder "Tulisan Hala" di desktop. Terdapat banyak file Microsoft Word dan PDF di dalamnya. Hala mulai membuka satu per satu.

Hala menghabiskan menit-menit selanjutnya dengan membaca semua file di dalam folder tersebut.

HALA
Kenapa dulu gue iya iya aja, waktu disuruh Papa kuliah arsitektur?

Mata Hala membaca sebuah skenario dengan judul file "Dunia Maya - Juara III Lomba Teater SMA 2017".

HALA
Kalo gue tetep maksa mau kuliah film, kira-kira hidup gue lebih bener nggak ya?

Gerakan tangannya terhenti karena suara notifikasi dari HP. Hala menutup laptop, lalu berjalan keluar kamar.


3. INT. KOST HALIMAH - TERAS DEPAN — NIGHT

Terdengar suara tongkat memukul tiang listrik sebanyak dua kali.

Hala duduk sambil melihat Insta Story teman-temannya. Ada yang menonton dengan pacarnya, liburan dengan teman-temannya, sampai yang diterima magang di start-up company. Hala menutup HP dan menghela nafas panjang.

Dari tempatnya duduk, Hala bisa melihat bulan purnama dan bintang-bintang dengan cukup jelas tanpa tertutup awan.

HALA
Bulan.
(beat)
Kenapa Papa ngasih gue nama yang artinya bulan? Apa bagusnya coba?

Hala menyenderkan badannya di kursi teras.

HALA
Kerenan juga matahari. Besar, terang, powerful, dibutuhin banyak orang lagi. Bulan ... cuma bisa nemenin orang tidur. Cahaya sendiri aja nggak punya, harus minta sama matahari. Payah.
(suaranya mengecil)
Kaya gue.

Hala menundukkan kepalanya untuk beberapa saat, sampai suara notifikasi HP mengagetkannya. Saat Hala melirik ke arah pagar, seorang OJEK ONLINE sedang memperhatikannya tanpa berkedip.

Hala berjalan menghampiri ojek online tersebut. Bapak itu menghembuskan nafas lega dan menyerahkan bungkus plastik berwarna merah.

OJEK ONLINE
(tertawa)
Si Mbak, sendirian aje pagi-pagi buta ginih. Kaget sayah. Ini pesenan roti bakar kejunyah. Dijamin masi anget.


HALA
Ini tips-nya, Pak. Makasih.


OJEK ONLINE
Makasih banyak, Mbak. Tukang rotinya ampe bingung, gara-gara aplikasinya nyala. Die bilang, yang beli roti jam segini tuh kalo kaga satpam, ya setan.


HALA
(nada datar)
Emang bapak yakin ... kalo saya ini orang?


OJEK ONLINE
(tegang tapi memaksakan tersenyum)
Becanda aje nih, Mbaknyah.
(beat)
Saya permisi ye, lagi rame bener nih aplikasinyah. Banyak yang kaga bisa tidur. Pada amnesia ... eh apa itu dah istilahnya ... Misi, Mbak.

Hala menahan tawa saat melihat bapak ojek online berlari kecil ke arah motornya, lalu tancap gas tanpa menengok ke belakang.


4. INT. KAMPUS - KELAS STUDIO — DAY

ASISTEN DOSEN
Kamu bikin jarak antar tower-nya terlalu dekat. Gimana cahaya bisa masuk maksimal?

ASISTEN DOSEN (27) menggelengkan kepala sambil menulis sesuatu di atas gambar kerja milik Hala. Hala mengubah posisi duduknya. Kakinya bergerak-gerak, sembari mengusapkan telapak tangannya yang mulai berkeringat di celana jeans.

ASISTEN DOSEN
Lihat ya ... Kalo saya taro papan di antara dua jendela ini, mereka bisa main pingpong lho.

Terdengar suara menahan tawa dari seseorang di belakang Hala, diantara teman-temannya yang menunggu giliran asistensi. Suara itu membuat Hala bertambah gugup, lalu menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.

HALA
Saya ... eee ... mau maksimalin lahannya ... Soalnya ...

Asisten dosen menunggu Hala menyelesaikan kalimatnya sambil membuat sketsa di samping gambar denah.

Tapi lidah Hala mendadak kelu. Akibatnya Hala hanya terdiam dan kembali mengubah posisi duduknya. Keringat dingin mulai mengalir di punggungnya.

ASISTEN DOSEN
Kata kamu konsepnya green, tapi kok mataharinya nggak bisa masuk? Semester depan udah tugas akhir lho. Baca konsep yang lengkap, yang utuh.

Hala mengangguk dan menghela nafas berat, saat melihat gambar kerjanya penuh dengan tulisan berwarna merah milik asisten dosen.


5. INT. KAMPUS - LANTAI 6 GEDUNG ARSITEKTUR — DAY

Hala menjaga api lilin di kue ulang tahun yang dipegangnya tetap menyala. Satu orang berlari dari ujung lorong dan menyuruh mereka untuk bersiap. ARIN (21) berjalan ke arah mereka. Tidak mengetahui keriuhan di depan karena matanya terus menatap HP di tangannya.

Kerumunan itu sudah bersiap-siap, tapi Arin masih tidak menyadari apa pun. Sampai akhirnya TEMAN 1 mulai menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil bertepuk tangan.

TEMAN 1
Indonesia ... Tanah airku ... Tanah tumpah darahku ...

Arin menoleh lalu terdiam. Orang-orang lainnya juga terdiam. OB yang sudah memperhatikan dari tadi juga ikut terdiam. Sementara Hala masih menjaga lilin menyala dengan telapak tangannya.

TEMAN 2
Kenapa Indonesia Raya?!


TEMAN 3
Lo pikir mau upacara?!


TEMAN 1
Anjir, kenapa Indonesia Raya?!?!


TEMAN 2
Lo aneh!


TEMAN 3
Emang Arin juara olimpiade?!

Saat yang lain sibuk berdebat, Teman 4 menyadari jika Arin masih terdiam di depan mereka. Suasana menjadi canggung selama beberapa detik.

TEMAN 4
(berbisik)
Eh, itu dia udah ngeliatin kita.


TEMAN 3
(canggung)
Surprise.

Arin tertawa lepas hingga keluar air mata.

Mereka mendekati Arin dan Hala mengacungkan kue ke depan Arin.

HALA
Tiup lilinnya!


ARIN
Pasti lo deh, Hal, yang bikin gini-ginian. Anak-anak rese ini mana kepikiran.


HALA
Nyiapinnya bareng-bareng kok. Ayo, make a wish!

Arin menutup mata sejenak, lalu meniup lilin. Mereka semua bernyanyi lagu selamat ulang tahun dan menyalakan confetti. Sementara mulut Teman 1 ditutup rapat-rapat oleh yang lain.


6. INT. KAMPUS - LIFT — DAY

Arin melingkarkan tangannya di pundak Hala.

ARIN
Ikut ya, Hal. Ke Wangsa Cafe doang kok. Deket kan dari kost-an lo?


HALA
Deket. Tapi tugas studio 7 gue belom selesai.


ARIN
Gue juga belom. Udah lah ... ikut aja. Tuh anak-anak juga pada ikut.

Hala melihat beberapa temannya yang sedang mengobrol di depan mereka.

HALA
Gimana ya ...


ARIN
Jangan kebanyakan mikir deh. Gue traktir kok. Tumben-tumben nih gue banyak duit.


HALA
(ragu-ragu)
Ya ... ya udah deh ...


ARIN
Gitu dong!

Hala menghela nafas dan menggenggam gulungan kertas di tangannya makin erat.

ARIN
Kok kita nggak nyampe-nyampe lobby?

Teman 1 melihat tombol lift di sebelahnya.

TEMAN 1
Oh iya, belom gue pencet.

Semua orang di dalam lift melihat teman 1 sambil menahan emosi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar