9. Cerita Emma (scene 35 - 38)

35. INT. WANGSA CAFE — NIGHT

Hala dan Emma berjalan memasuki Wangsa Cafe. Teman-teman Hala terlihat memenuhi sofa-sofa di salah satu sudut cafe. Emma berkenalan dengan mereka lalu ikut mengobrol tanpa canggung.

Suasana Wangsa Cafe malam ini cukup ramai. Hampir semua kursi dan sofa terisi penuh. Malam ini adalah karaoke night dengan tema "Indonesia Awal 2000-an". Acara baru saja dimulai, dibuka dengan lagu "Doy - Kangen Band". Semua pengunjung bersorak dan ikut bernyanyi.

Emma
Karaoke night tuh seru banget, Hal! Apalagi kalo tema-nya kaya gini!

Setengah jam berlalu dengan cepat. Hala melihat sekeliling ruangan. Dia merasa jengah dengan banyaknya laki-laki yang melirik ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Emma.

Saat lagu berganti menjadi "Ceria - J-Rocks", mata Hala menangkap sosok laki-laki yang dia kenal memasuki Wangsa Cafe. Hala menajamkan matanya, ternyata itu Zaldi. Dia sedang melihat sekeliling cafe, seperti mencari seseorang.

HALA
Em, itu bukannya pacar ... lo ...?

Suara Hala semakin mengecil saat melihat Zaldi mencium pipi seorang perempuan di sebuah meja, lalu duduk berdua.

Emma yang sudah terlanjur melihatnya, tidak berkata apa-apa. Wajahnya memerah, tapi tidak ada ekspresi apa pun. Sampe lagu selesai, mereka melihat Zaldi dan perempuan itu saling berpegangan tangan dan sesekali Zaldi mengelus pipinya.

Hala ikut terdiam. Tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini.

MC ACARA
Lagu selanjutnya, khusus buat lo semua yang pernah nggak sadar kalo lagi diselingkuhin!

Saat intro mulai dimainkan, semua pengunjung langsung tertawa karena menyadari lagu yang dimainkan, "Ular Berbisa - Hello". Ketika semua menyanyikan bait pertama, Emma berdiri, mengambil tas dan berjalan cepat ke arah Zaldi. Semua teman-teman Hala bingung mengapa Emma tiba-tiba pergi, sementara Hala hanya terdiam di kursinya.

Sampai di meja seberang, Emma menarik lengan Zaldi sampai laki-laki itu berdiri. Di depan wajah Zaldi, Emma menunjuk perempuan itu dengan wajah tegang. Emma bertanya dengan tenang, tidak berteriak, tapi matanya menyala. Sesekali Emma menggigit bibirnya, menahan air mata. Mereka terlibat perselisihan. Tapi suara mereka tenggelam di antara suara lagu yang mulai memasuki refrain.

Beberapa orang mulai melihat ke arah mereka. Zaldi menarik Emma untuk keluar, tapi Emma melepaskan pegangan tangan Zaldi. Beberapa menit kemudian, Emma menampar Zaldi dan berjalan keluar cafe. Sementara Zaldi hanya memegang pipinya dan terduduk.

Hala langsung mengambil barang-barangnya.

HALA
Bayarin dulu, nanti gue ganti. Makasih. Sorry, ngerepotin.

Di tengah kepanikannya, kaki Hala tersandung kaki kursi.

HALA
Ya elah, rusuh amat sih gue.

Hala berlari kecil keluar cafe untuk menyusul Emma.


36. EXT. JALANAN SEKITAR KOST HALIMAH — NIGHT

Emma berjalan sambil menahan tangis.

Hala mengikuti di belakangnya dalam diam.


37. INT. KOST HALIMAH - TERAS DEPAN — NIGHT

Emma terduduk di tangga teras dan menelungkupkan wajahnya.

Sesungguhnya Hala ingin langsung masuk kost, tapi dia memutuskan untuk duduk di samping Emma. Tidak tahu apa yang harus dikatakan, mereka berdua terdiam. Yang terdengar hanya suara isak tangis Emma dan suara gitar dari pos siskamling.

Masih dalam posisi yang sama, Emma membuka mulutnya.

EMMA
Gue udah curiga Zaldi selingkuh, tapi belum ada buktinya.

Hala terdiam.

EMMA
Kenapa sih, gue selalu dapet cowok brengsek? Udah tiga kali gue diselingkuhin sama mantan-mantan gue. Gila ya, gue tuh cantik! Pada cari kaya gimana lagi sih lo semua!

Sambil melihat Emma, Hala berfikir apa yang sebaiknya dikatakan dalam suasana seperti ini. Tidak lama, Emma mengangkat wajahnya. Eyeliner-nya berantakan.

EMMA
Kayaknya bener kata Ben, gue harus stop pacaran dulu.

Emma menghembuskan nafas berat. Wajahnya cemberut.

EMMA
Tapi gue nggak bisa nggak punya pacar! Gue nggak bisa sendirian. Gue butuh sosok pacar, yang bisa bikin gue ngerasa ... lengkap. Ah, kampret lah! Zaldi brengsek!

Ragu-ragu, Hala menyentuh pundak Emma dan mengelusnya.

HALA
Nggak punya pacar nggak apa-apa kok, Em. Kan banyak yang jomblo tapi happy. Gue juga nggak punya pacar.


EMMA
Ya, itu kan lo. Tapi gue nggak bisa, Hal. Gue butuh disayang, butuh dimanja, butuh diusap-usap palanya, gue tuh clingy banget. Kalo nggak ada pacar ... hidup gue kaya ada yang kurang.

Hala mengalihkan pandangannya ke pagar kost.

HALA
Lo cantik, keren, rambut lo bagus, temen banyak, masih bisa kuliah. Lo nggak butuh cowok buat ngerasa utuh. Sekarang aja lo udah paket lengkap.
(suara mengecil)
Banyak yang mau jadi kaya lo.

Emma menatap Hala dengan mata sembap.

EMMA
Lo ngomong apaan sih, Hal?


HALA
Tuhan kayaknya lagi seneng banget waktu nyiptain lo. Semua-semuanya dikasih. Masa Tuhan udah segini baiknya, tapi lo ngerasa kurang cuma gara-gara satu cowok?

Emma melihat mata Hala yang berbinar saat memujinya. Di antara isak tangisnya, Emma tertawa kecil.

EMMA
Kenapa lo ngegemesin banget sih, Hala?!

Emma langsung memeluk Hala. Hala yang kaget tidak membalas pelukannya.

EMMA
Makasih udah ngajak gue ke Wangsa Cafe. Udah nyusulin gue, nemenin gue di sini. Padahal lo bisa langsung masuk ke kost, soalnya ini kan bukan urusan lo.


HALA
Gue ... cuma nggak bisa ngeliat lo sendirian.

Emma menghapus air mata dengan tangannya.

EMMA
Lo orang baik, Hal. Baik banget. Makasih, ya.

Emma kembali memeluk Hala. Hala tersenyum dalam pelukan Emma. Mata Hala terasa panas dan dadanya menghangat.

HALA
Waduh, gue lupa. Hala nitip boba!


EMMA
(tertawa)
Dia itu beneran sepupu lo, ya? Kok nama lo berdua bisa sama sih?


38. INT. KOST HALIMAH - RUANG TAMU — NIGHT

Hala Dewasa mengintip Emma dan Hala dari dalam kost. Saat melihat Emma memeluk Hala dengan erat, Hala Dewasa tersenyum.

HALA DEWASA
(berbisik)
Mudah-mudahan masa depan kamu lebih bagus ya, Em.

Hala Dewasa berbalik badan. Tapi tiba-tiba terdiam, lalu kembali mengintip mereka. Matanya mencari sesuatu di sekitar Hala.

HALA DEWASA
Kan ... boba gue nggak dibeliin.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar