7. Energi Bulan (scene 28 - 31)

28. INT. WANGSA CAFE — DAY

PAPA (61), MAMA (58), dan Ravi melihat ke arah Hala Dewasa dan Hala yang sedang menyiapkan alat makannya dengan gerakan yang sama. Menyadari ketiga orang tersebut melihat ke arah mereka, Hala menghentikan kegiatannya.

HALA
Ini namanya ...

Hala dan Hala Dewasa saling bertatapan. Saling berkirim signal untuk menemukan nama yang pas.

HALA
Nia. Namanya Nia. Dia udah lama nggak ketemu orang tuanya. Makanya tadi pas ketemu Mama sama Papa langsung meluk. Kangen kayaknya.

Hala menyenggol sikut Hala Dewasa yang memandang Papa dan Mama tanpa berkedip sambil tersenyum.

Ravi menggeser duduknya mendekati Hala.

RAVI
(berbisik)
Haya, kenapa lo ajak dia ke sini? Ini kan acara keluarga?


HALA
(berbisik)
Kasian, Mas, dia sendirian di kost. Lagian dia sering nemenin gue begadang ngerjain tugas.


HALA DEWASA
Tekanan darah-nya gimana, Om? Masih stabil kan? Tante juga jangan capek-capek, nanti lututnya sakit lagi.

Hala menendang kaki Hala Dewasa agar dia berhenti berbicara.

MAMA
Hala sering cerita soal Om sama Tante, ya?


HALA
Yuk, makan aja yuk. Aku udah laper banget.

Semua mulai mengambil makanan pilihannya. Hala dan Hala Dewasa mengambil ayam goreng secara bersamaan.

Alih-alih makan, Papa, Mama dan Ravi malah sibuk memperhatikan Hala dan Hala Dewasa yang makan dengan cara yang sama. Dari cara memotong ayam, menyuap, bahkan menghapus sisa nasi di pinggir bibir, mereka melakukannya dengan kompak.

Papa, Mama dan Ravi saling bertukar pandang.


29. INT. TERAS WANGSA CAFE — DAY

Selesai makan, Papa dan Mama pamit kepada anak-anaknya. Mama memeluk Ravi.

MAMA
Sehat-sehat ya, Mas. Jagain adeknya. Mama sama Papa di Bogor selalu doain Mas sama Adek.

Papa menepuk punggung Ravi.

PAPA
Baik-baik, Mas.

Hala Dewasa melihat mereka dengan tatapan nanar. Tangannya menggenggam celana jeans-nya untuk menahan agar tidak berlari memeluk Papa dan Mama. Sampai akhirnya Hala Dewasa memutuskan untuk pergi membeli boba di kios depan Wangsa Cafe.

Mama mendekati Hala dan memeluknya.

MAMA
Pinter ya, Adek. Kuliahnya lancar. Makan yang banyak. Dengerin Mas kamu.


HALA
Iya, Ma.


MAMA
Itu temen kamu, miriiippp banget gayanya sama kamu. Sampe pas Mama meluk aja, rasanya kaya meluk kamu.

Hala menjawab dengan senyuman canggung.

Setelah Papa dan Mama pergi dengan mobilnya, Ravi menyerahkan tas kertas kecil kepada Hala.

RAVI
Nih. Tapi jangan sampe rusak.


HALA
Thank you. Mas, lo kan suka film sci-fi, gue mau nanya deh. Gimana caranya balikin orang yang dateng dari masa depan?

Ravi menyentuh dahi Hala.

RAVI
Haya, lo abis mimpi apaan semalem?


HALA
Ish ... Udah jawab aja!


RAVI
Yaaa ... balikin pake cara dia dateng lah. Biasanya kalo di film-film, mereka pindahnya pas ujan badai, tsunami, la nina, atau blue moon kaya Smurfs. Pokoknya pas astronomical event langka.


HALA
Ooohhh ... gitu ya ...


RAVI
Lo kenapa, tiba-tiba nanya kaya gini? Jangan-jangan ... lo bukan adek gue?! Lo alien?!

Melihat Hala Dewasa kembali dengan membawa boba, Hala mendorong punggung Ravi.

HALA
Udah sana pulang!


30. INT. KOST HALIMAH - RUANG MAKAN — NIGHT

Ditemani sebungkus besar pilus dan minuman botol, Hala Dewasa mencoret-coret buku sketsa milik Hala.

HALA DEWASA
Bisa sih lo bikin fungsi bangunannya nggak cuma museum. Jadi di dalemnya juga ada bioskop independent, hall, asal jangan kebanyakan ruangannya.

Hala mengangguk. Mulutnya sibuk mengunyah pilus.

HALA DEWASA
Soalnya lo juga harus ngedesain landscape-nya. Bu Rita tuh suka public space. Tapi kalo lo udah pusing, bikin RTH aja. Minta bantuin Aming, anak 2020. Gue liat dia bikinin desain RTH-nya Arin. Bagus.


HALA
Kalo nggak ada lo, gue lagi nangis kayaknya.


HALA DEWASA
Nangisnya nanti aja, pas ngerjain gambar kerja.


HALA
Oh iya, gue minjem HP lamanya Mas Ravi buat lo pake. Ada di kamar. Jadi duit lo yang baru cair itu buat foya-foya aja.


HALA DEWASA
Makasih, ya.

Dari ujung ruangan, Hala Dewasa melihat Emma berjalan menuju meja makan. Hala Dewasa menyenggol tangan Hala.

HALA DEWASA
Ngobrol sama Emma. Kita harus bantuin dia jauh dari Zaldi.


HALA
Apaan?! Nggak mau! Gue ngomong apa?


HALA DEWASA
Hai.


HALA
Terus?


HALA DEWASA
Emma.


HALA
Gue gampar, ya.


HALA DEWASA
Kok galak? Kalo sama yang lain lo baik.

Sibuk berdebat, mereka tidak menyadari jika Emma sudah duduk di depan mereka.

EMMA
Mau piscok?


HALA DEWASA
Ini piscok punyanya anak pejabat itu kan? Enak banget, tapi udah lama tutup.


EMMA
Tutup? Kan baru buka minggu lalu.

Hala menginjak kaki Hala Dewasa. Hala terpaksa memikirkan cara untuk mengalihkan pembicaraan.

HALA
Tempatnya yang tutup. Dia kepagian ke sana. Lo bukannya lagi diet, Em?


EMMA
Gue pengen banget ngemil. Tapi ini kan pisang. Pisang kan buah. Jadi sama aja gue ngemil buah.

Sambil mengunyah piscok yang masih panas, Hala Dewasa ikut mengobrol.

HALA DEWASA
Zaldi nggak usah didengerin. Apalagi kalo lo lebih suka badan lo segini. Iya nggak, Hal?


HALA
Iya ... Makan biasa aja. Lo nggak gendut kok. Lo cantik.


EMMA
Tumben lo ngomong panjang sama gue, Hal.
(beat)
Gue keliatan sombong ya? Gara-gara followers banyak gue sering dikira sombong. Padahal nggak, tau. Malah gue yang sering ngerepotin gara-gara banyak cowok-cowok yang ke sini.

Terdengar suara ketukan di pintu depan kost. ZALDI (24) berdiri di sana dengan satu buket bunga di tangannya. Emma mendorong bungkus piscok ke depan Hala.

EMMA
Gue pergi dulu ya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi.

Emma berlari kecil menuju Zaldi. Diiringi tatapan iri semua penghuni kost. Hala menatap Hala Dewasa dengan kesal.

HALA
Tuh kan, gue nggak bisa! Gue payah yang gini-gini.


HALA DEWASA
Nggak bisa? Emang dari tadi kita sama Emma ngapain? Ekspor impor bijih besi? Lo cuma perlu latihan.


TEMAN KOST 1
Bakso! Ada yang mau nggak???

Hala yang masih cemberut mengambil mangkok di meja dan berjalan keluar kost.


31. INT. KOST HALIMAH - TERAS DEPAN — NIGHT

Hala dan Hala Dewasa duduk di teras depan, ditemani dua gelas air dingin. Menunggu tukang bakso mengantarkan pesanan mereka. Kursi di dalam kost penuh dengan anak kost yang sedang menikmati baksonya masing-masing.

HALA
Sebelum lo pindah ke sini, ada yang aneh nggak?


HALA DEWASA
Aneh gimana?


HALA
Mungkin waktu itu lagi hujan es, banyak petir, badai, turun salju, atau gerhana bulan? Yang beda sama hari biasanya.

Hala Dewasa terbatuk. Sambil meneguk air minum, dia melihat ke langit. Mencoba mengingat sesuatu. Kakinya bergerak-gerak. Hala Dewasa gelisah.

HALA DEWASA
Nggak lagi ujan. Cerah banget malah dari pagi. Tapi ... seinget gue emang ada yang beda.

Hala Dewasa menutup matanya. Keningnya berkerut. Hala tidak bisa menebak ekspresi Hala Dewasa saat ini. Bingung? Sedih? Takut?

HALA DEWASA
Hari itu purnama. Bukan purnama biasa, tapi supermoon.

Hala terhenyak.

HALA
Lo yakin?!


HALA DEWASA
Paginya Cika bilang kalo kalo malam ini supermoon. Dan supermoon itu punya energi yang lebih kuat dari bulan purnama biasa. Jadi gue harus hati-hati waktu make a wish.

Hala Dewasa menghabiskan isi gelasnya.

HALA DEWASA
Gue percaya soalnya Cika emang suka sama hal-hal kaya gitu. Energi bulan, kristal.

Hala mengambil HP dan mencari sesuatu di Google.

HALA
Kalo emang lo ke sini gara-gara energi supermoon, mungkin lo bisa pulang pas supermoon juga. Kira-kira ...

Hala membaca artikel yang dia temukan dengan teliti. Saat ingin berkata sesuatu, Hala menatap wajah Hala Dewasa yang sedang memperhatikannya. Menunggu hasil pencarian Hala.

HALA
(bersuara pelan)
Empat bulan.


HALA DEWASA
Berapa?

Hala Dewasa menjulurkan kepalanya ke HP Hala, tapi Hala langsung menyimpan HP di celananya.

HALA
Empat bulan lagi supermoon. Mungkin kalo lo ngulang apa yang lo lakuin malem itu, lo beneran bisa pulang.

Percakapan mereka terhenti saat Hala pergi menghampiri abang bakso untuk menanyakan pesanannya.

Hala Dewasa melihat langit malam. Ke arah bulan yang muncul setengah lingkaran.

HALA DEWASA
Empat bulan. Waktu gue cuma empat bulan.
(beat)
Gue pasti bisa bikin Hala nggak ketemu dia.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar