12. Jujur (scene 48 - 55)

48. INT. KOST HALIMAH - RUANG MAKAN — NIGHT (NEXT DAY)

Hala Dewasa duduk di meja makan ditemani sepiring sate padang. Beberapa anak kost masih menunggu sate padang di depan kost dengan sabar. Dari dalam, Hala Dewasa bisa mendengar perdebatan tentang antrian sate.

Hala masuk ke dalam kost dengan wajah kusut dan duduk di samping Hala Dewasa.

HALA DEWASA
Tadi jadi bimbingan? Malem banget.


HALA
Kelar jam enam, terus ketemu ... temen ... sekalian dianter pulang.


HALA DEWASA
Siapa?


HALA
Gue bingung nih, Bu Rita minta gue wawancara orang yang kerja di bidang film. Profesional.

Hala mengambil satu tusuk sate padang dari piring Hala Dewasa.

HALA
Katanya, buat cari tau apa yang mereka harapkan kalo museum film ada di Indonesia. Biar fungsi ruangan yang gue bikin itu tepat sama penggunanya. Soalnya di Indonesia kan nggak ada contohnya sama sekali.

Hala Dewasa mendengarkan sambil mencocol kerupuk kulit ke bumbu sate padang.

HALA
Gue udah nanya anak-anak, tapi nggak ada yang punya temen kerja di film.

Sekarang Hala Dewasa mencocol ketupat ke bumbu sate padang.

HALA
Lo dengerin gue nggak sih? Sibuk aja sama bumbu sate.


HALA DEWASA
Tanya Mas Ravi.


HALA
Bener juga.

Dengan semangat, Hala menyalakan speakerphone. Hala Dewasa masih fokus menghabiskan bumbu sate padang dengan sendok, saat Hala menjelaskan kesulitannya kepada Ravi.

RAVI (O.S)
Oke, gue bantuin.
(beat)
Tapi besok, Hala yang satu lagi harus ke Wangsa Cafe jam satu. Ketemu gue.


HALA DEWASA
Ngapain?


RAVI (O.S)
Pokoknya lo dandan yang cantik.

Hala Dewasa tersedak mendengar jawaban Ravi dan langsung melupakan sisa bumbu sate padang di piringnya.

HALA DEWASA
Ketemu lo doang kenapa pake dandan?!


RAVI (O.S)
Yeee ... mau gue bantuin nggak? Protes mulu lo. Tinggal dandan doang.

Melihat wajah Hala yang memelas, Hala Dewasa menyerah.

HALA DEWASA
Oke. Tapi temen lo yang kerja di film harus berbobot.

Setelah telfon ditutup, secara diam-diam Hala mengirim Whatsapp kepada Ravi.

Kayaknya ada apa-apa sama Hala.

Coba lo cari tau, dong. Dia nggak mau cerita sama gue.


49. INT. WANGSA CAFE — DAY

Dengan dress dan legging panjang berwarna hitam pinjaman dari Emma, Hala Dewasa duduk di samping Ravi. GADIS (25), perempuan berambut ikal yang dicat ash brown, duduk di depan mereka.

Hala Dewasa beradu pandang dengan Ravi, mengingat obrolan mereka saat Hala Dewasa baru sampai ke Wangsa Cafe.

HALA DEWASA (V.O)
Dih, ada Gadis. Cewek freak yang ngejar-ngejar lo, sampe nyamperin ke kontrakan lo sama rumah Papa. Ngapain dia di sini?!


RAVI (V.O)
Lo pura-pura jadi tunangan gue biar dia mau pergi dari hidup gue, dan hidup keluarga kita. Soalnya dia udah tau semua temen-temen gue, apalagi muka Hala.

Hala Dewasa menyeruput minumannya. Di samping gelasnya terdapat enam gelas kosong lainnya. Hala Dewasa menatap Gadis dengan datar, sementara Gadis tersenyum manis penuh percaya diri.

GADIS
Semua yang lo sebutin tadi, nggak ngebuktiin kalo lo tunangannya Ravi. Kalo itu doang sih, gue juga tau.

Gadis menyelipkan rambut ke belakang telinga.

GADIS
Gue bahkan tau, kapan motor Ravi harusnya di-service. Minggu lalu, waktu meterannya nyampe 6.130 km. Iya kan, sayang?

Hala Dewasa tersedak. Ravi panik dan menyenggol kaki Hala Dewasa dengan kencang. Hala Dewasa menarik nafas panjang.

HALA DEWASA
Apa lo juga tau, kalo Ravi punya bekas luka di paha dalem? Waktu dia jatoh gara-gara ketahuan manjat pohon di rumah Eyang.

Gadis meneguk minumannya.

GADIS
Paha ... dalem ...?


HALA DEWASA
(suara mengecil)
Bekasnya panjang, di paha dalem. Kayaknya lo belom tau. Gue bahkan diminta Mama ... eh Tante Asri buat ngolesin obat.

Gadis melotot.

GADIS
Dasar kutu kupret! Udah punya tunangan masih aja godain aku! Emang kamu pikir, aku cewek murahan?! Nyesel aku udah ngasih semua cinta yang aku punya buat kamu!

Gadis menyiram sisa lemon tea di gelasnya ke wajah Ravi. Lalu bergegas pergi dengan dramatis. Otomatis semua pengunjung melihat ke arah mereka.

RAVI
Ah kampret, nggak lemon tea juga kali. Lengket banget, Brengsek!

Saat Ravi membersihkan kemejanya, Hala Dewasa tertawa puas.


50. INT. WANGSA CAFE — DAY (NEXT SCENE)

Hala Dewasa sedang menyantap makanan saat Ravi kembali setelah mengganti kemejanya dengan kaus hitam. Sambil membersihkan kemeja dengan tissue basah, Ravi memperhatikan Hala Dewasa.

RAVI
Gimana rasanya balik ke masa lalu?


HALA DEWASA
Aneh, tapi nyenengin. Reliving the past, tapi nggak cuma lewat foto. Gue baru sadar kalo Jakarta tuh segitu banyaknya berubah.

Hala Dewasa menyuap makanannya.

HALA dewasa
Bikin gue ngerasa harus lebih ngehargain waktu yang ada. Karena kalo udah lewat, nggak bisa balik lagi.


RAVI
Hal, sebagai kakak, gue ngerasa harus nanya ini sama lo. Tapi kalo nggak mau jawab, juga nggak apa-apa.


HALA DEWASA
Apaan sih, Mas? Serius banget.


RAVI
Sebenernya ... di masa depan kenapa? Gue ngerasa ada apa-apa sampe lo bisa dikirim ke sini.

Hala Dewasa berhenti makan dan meneguk minuman dalam diam. Berfikir apakah sebaiknya dia jujur kepada kakaknya?

Ravi menunggu dengan sabar. Membiarkan Hala Dewasa dengan pikirannya sendiri.

Setelah beberapa menit, Hala Dewasa akhirnya membuka mulutnya.

HALA DEWASA
Waktu TA, gue sempet deket sama cowok. Tapi cuma beberapa bulan. Soalnya dia pergi ke Belanda buat S2, jadi kita ngejauh gitu aja.

CUT TO:

51. EXT. JALANAN KOTA JAKARTA — DAY (FLASHBACK)

Hala bersalaman dengan seorang laki-laki (yang hanya terlihat mulut ke bawah).

HALA DEWASA (O.S)
Tiga tahun kemudian, dia balik ke Jakarta buat kerja dan kita ketemu lagi.

Tanpa suara terlihat Hala sedang bercerita dengan bersemangat, sementara laki-laki itu tersenyum mendengarkan dengan fokus.

HALA DEWASA (O.S)
Dia baik banget. Dengerin semua cerita gue, selalu ada buat gue, mau nemenin waktu gue ngerasa nggak punya siapa-siapa.


RAVI (O.S)
Kan ada gue.

Tampak belakang, mereka berjalan bergandengan tangan. Dengan jempolnya, laki-laki itu mengelus telapak tangan Hala di genggamannya.

HALA DEWASA (O.S)
Lo sibuk sama pacar-pacar lo. Plural, soalnya banyak.


RAVI (O.S)
Malah ngatain. Terus?

CUT TO:

52. EXT. JALAN DEPAN SEBUAH CAFE — DAY (FLASHBACK)

Lengan Hala ditarik seorang laki-laki (yang hanya terlihat mulut ke bawah), agar Hala terus berjalan mengikutinya.

HALA DEWASA (O.S)
Tapi setelah tiga tahun pacaran, baru kelihatan aslinya. Toxic.

Mulut laki-laki itu terlihat berbicara secara kasar kepada Hala. Dengan tangan yang lainnya, laki-laki itu menyentuh ujung pakaian Hala.

HALA DEWASA (O.S)
Menurut dia, pilihan baju gue selalu jelek. Bikin dia malu kalo lagi ketemu sama temen-temennya.

Mereka berjalan di parkiran menuju sebuah mobil. Tangan kanan Hala menggenggam kantong plastik bertuliskan "Austin's Cafe", sementara tangan kirinya masih dipegang kencang oleh laki-laki itu.

CUT TO:

53. INT. TERAS SEBUAH RUMAH — DAY (FLASHBACK)

Hala diam saat laki-laki di sampingnya (yang hanya terlihat mulut ke bawah) sedang membuka HP milik Hala. Hala menggerak-gerakan kakinya dengan gelisah.

HALA DEWASA (O.S)
Nge-block contact orang-orang yang menurut dia nggak baik.

Laki-laki itu menunjukan layar HP ke hadapan Hala. Mulut Hala membentuk kalimat, "Temen kantor."

HALA DEWASA (O.S)
Sampe akhirnya gue cuma punya dia. Ngobrol sama lo aja nggak boleh, Mas.

Laki-laki itu meletakan HP Hala dengan kasar di meja, lalu kedua tangannya menggenggam telapak tangan Hala. Tapi Hala terlihat kesakitan.

CUT TO:

54. INT. MOBIL — DAY (FLASHBACK)

Hala tidak berkata apa-apa saat laki-laki di sebelahnya (yang hanya terlihat mulut ke bawah) memarahinya dengan gesture kasar. Hala menunduk sambil memainkan jemari tangannya.

HALA DEWASA (O.S)
Sampe marah-marah kalo yang gue lakuin nggak sesuai apa yang dia mau. Marah banget.

Hala tersentak ketika laki-laki itu memukul stir mobilnya. Saat laki-laki itu turun dari mobil, dia membanting pintu mobilnya dengan kasar. Air mata Hala mengalir turun.

CUT TO:

55. INT. WANGSA CAFE — DAY (PRESENT DAY)

RAVI
Dia mukul lo?!

Hala Dewasa sedikit menarik lengan dress-nya ke bawah. Sambil tersenyum tipis, dia menggeleng. Tatapan matanya kosong. Air mata bergantung di ujung matanya.

HALA DEWASA
Ya gitu ceritanya, Mas. Makanya gue berdoa bisa balik ke masa lalu, biar Hala nggak ketemu sama dia. Eh, terkabul.

Wajah Ravi memerah. Tangannya mengepal di atas meja.

RAVI
Brengsek! Siapa cowoknya?!?! Biar gue abisin sekarang!


HALA DEWASA
Waktu gue cerita sama lo sepuluh tahun lagi, reaksi lo persis kaya gitu. Lebih kasar malah.
(beat)
Tapi sekarang lo nggak bisa ngapa-ngapain, Mas. Kan dia belum ngelakuin apa-apa ke Hala.

Hala Dewasa menyeruput minumannya.

HALA DEWASA
Gue juga udah mastiin kalo Hala ngejauhin tempat-tempat yang bisa bikin mereka ketemu.


RAVI
Bilang Hala, kalo ada apa-apa dia selalu bisa cerita sama gue. Nggak peduli jam berapa, hari apa, dia HARUS cerita sama gue. Lo juga harus inget itu.


HALA DEWASA
Tapi lo-

Ravi memotong kalimat Hala Dewasa dan mengangsurkan tangannya.

RAVI
Janji dulu. Cerita sama gue. Kapan aja.

Hala Dewasa tertawa kecil dan berjabat tangan dengan Ravi.

HALA DEWASA
Tapi lo juga harus janji nggak boleh cerita sama Hala soal ini. Nanti dia jadi nggak mau deket sama siapa-siapa.

Ravi mengangkat jempolnya. Lalu mulai menyuap makanan di hadapannya.

RAVI
Emang lo beneran bisa pulang pas supermoon?


HALA DEWASA
Nggak tau. Ya, dicoba aja. Mungkin beneran bisa balik.

Ravi mencari sesuatu di HP-nya.

RAVI
Berarti bulan depan, dong.


HALA DEWASA
Bulan depan? Masih tiga bulan lagi.

Ravi menunjukkan layar HP-nya ke Hala Dewasa.

RAVI
Lo salah liat. Supermoon itu bulan depan.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar