GRADUASHITTT
9. PART #9

64. INT. DEPAN RUANG INAP - RUMAH SAKIT - CONTINUOUS

Dari jauh, Aurel melihat ibu berdiri bersama dua orang lelaki bertubuh besar. Ibu terlihat ketakutan dan menundukkan kepala.

AUREL

Udah dulu ya, Fer. Nanti gue kabari lagi.

Aurel menutup telepon, lalu berjalan menghampiri ibu.

IBU

Tolong beri tambahan waktu. Suami saya sedang di rawat dirumah sakit ini.

PENAGIH #1

Mau suami kamu dirawat atau mati sekalipun, itu bukan urusan kami.

IBU

Jangan bilang begitu, Pak. Kasihanilah kami.

PENAGIH #2

Bicara apa kau ini? kami sudah beri kelonggaran satu minggu, masih saja kurang.

IBU

Tolonglah. Beri tambahan waktu sedikit lagi.

PENAGIH #2

Kami kemari mau menagih hutang bukan mau berdiskusi.

PENAGIH #1

Sudah jangan banyak cakap lagi. Cepat bayar hutang kau sekarang juga. Atau perhiasan ini (menarik pergelangan tangan Ibu) kami sita?

AUREL

(Berteriak) Hey, kalian!!!

Aurel menatap galak ke arah dua lelaki bertubuh kekar itu. Dia berdiri di depan mereka, menjauhkan ibu ke belakang punggung.

AUREL (CONT'D)

Apa-apaan kalian ini? Kalo mau buat keributan, jangan disini. Ini rumah sakit bukan di pasar.

PENAGIH #1

Siapa dia?

Penagih #1, bingung. Dia dan Penagih #2 saling bertatapan. Penagih #2 mengamati penampilan Aurel dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, lalu menoleh ke Ibu.

PENAGIH #2

Perempuan ini anak yang kau ceritakan waktu itu bukan?

AUREL

Kalo iya, memangnya kenapa? Ada urusan apa kalian cari ibu saya?

PENAGIH #1

Hey, anak kurang ajar. Dengar ya. Kami kesini mau nagih hutang bukan mau buat keributan.

AUREL

Hutang?

Aurel terlihat bingung, beralih menatap ibu.

PENAGIH #1

Hutang apa, Bu? Ibu punya hutang sama mereka?

IBU

Nanti ibu jelaskan. Kamu disini aja ya, temenin bapakmu. Ibu mau bicara dulu sama mereka.

Ibu mengajak para penagih pergi, menjauh dari Aurel. Aurel menatap kepergian mereka dengan penuh tanda tanya.

CUT TO:

65. INT. RUANG RAWAT INAP - RUMAH SAKIT - DAY

Aurel berjalan masuk, memandang ayah cukup lama. Dia menghela napas berat.

Kita melihat pintu ruang inap yang dibuka dari luar. Ibu berjalan masuk, terkejut melihat Aurel ada disana. Dia hendak kembali keluar.

Aurel menoleh. Keduanya saling bertatapan.

CUT TO:

66. INT. LOKET PEMBAYARAN - MOMENTS LATER

Aurel duduk seorang diri di kursi ruang tunggu depan loket pembayaran, tatapan matanya terlihat kosong.

INTERCUT WITH:

67. INT. RUANG RAWAT INAP - RUMAH SAKIT - DAY

(Flasback) Aurel terkejut, memandang Ibu dengan tatapan kecewa.

AUREL

Jadi selama ini ayah pinjam uang ke renternir, Bu?

Ibu mengangguk pelan.

AUREL (CONT'D)

Kenapa aku nggak pernah di kasih tahu soal ini, Bu? Aurel tahu bisnis konveksi bapak bangkrut tapi mengapa sampai berhutang? (Menghela napas) Maksudku kenapa pinjamnya ke renternir, Bu? Kenapa tidak pinjam ke bank saja?

IBU

Tidak bisa, Nak. Bapakmu masih punya cicilan kredit mobil yang belum lunas. Jadi kami tidak bisa pinjam ke bank.

AUREL

Cicilan kredit? Jadi mobil yang di garasi itu barang kreditan dan sampai saat ini belum lunas?

Ibu mengangguk.

AUREL (CONT'D)

Bapak kenapa jadi suka pinjam uang begini sih, Bu?

IBU

Sebenarnya beberapa tahun belakangan ini, ada masalah internal yang menganggu aktifitas bisnis bapakmu. Masalah itu semakin memburuk hingga membuat biaya produksi jadi membengkak. Imbasnya arus kas keuangan jadi tersendat dan mau tak mau ayahmu perlu suntikan dana tambahan agar usahanya dapat terus bertahan di tengah krisis. Tapi sayangnya uang pinjaman yang rencananya untuk menutup biaya produksi malah dibawa kabur oleh salah satu pekerja bapakmu.

AUREL

Apa? (Beat) Kenapa baru sekarang ibu menceritakan hal ini?

IBU

Maafkan kami, Nak. Kami terpaksa merahasikannya agar kamu bisa lebih fokus menyelesaikan studimu.

Aurel mengacak-acak rambutnya, frustasi. Kita diperlihatkan air mata yang menetes di wajah ayah yang belum sadarkan diri.

CUT BACK TO:

68. INT. LOKET PEMBAYARAN - CONTINUOUS

PETUGAS RS

Antrian no 5

Aurel duduk melamun, ditangannya terselip kertas bertuliskan nomor lima. Pengunjung wanita yang duduk disebelah Aurel, melihat kertas itu.

PENGUNJUNG

Mbaknya dapat antrian nomor berapa?

AUREL

Hah? (Melihat kertas) Nomor lima.

PENGUNJUNG

Itu tadi barusan dipanggil.

PETUGAS RS

(Berteriak) Antrian nomor 5

Aurel sontak berdiri.

AUREL

Iya.

Aurel menoleh ke pengunjung sekilas.

AUREL (CONT'D)

Makasih ya.

Aurel berjalan mendekati meja loket. (Beat) Petugas RS memberikan selembar kertas ke Aurel.

PETUGAS RS

Ini rincian biaya operasinya.

Aurel menatap kertas dengan wajah tertunduk lesu.

Beat

Dari arah berlawanan Maya berjalan sambil melihat sekelilingnya. Dia melihat Aurel berdiri di depan loket pembayaran, lalu berjalan menghampiri Aurel.

MAYA

Aurel...

Aurel terkejut, melihat maya berdiri disampingnya.

AUREL

Maya (Beat) Kok lo bisa ada disini?

MAYA

Iya tadi barusan habis jenguk tante gue yang lagi sakit. Lo sendiri kenapa ada di rumah sakit ini?

AUREL

Bokap gue kecelakan, May. Dan sampai sekarang belum sadarkan diri.

MAYA

Ya ampun, gue turut prihatin ya.

AUREL

(Tersenyum) Thanks ya.

INTERCUT TO:

69. INT. KAMAR TIDUR - RUMAH AUREL - DAY

Ibu berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, seperti sedang berpikir. Dia lalu mengambil sebuah celengan tanah berbentuk ayam dan memecahkannya.

Kita melihat kepingan uang logam dan lembaran uang kertas berserakan di lantai. Ibu berjongkok, menghitung satu persatu uang itu.

CUT TO:

70. INT. KANTIN RUMAH SAKIT - MOMENTS LATER

Aurel dan Maya duduk berhadapan.

AUREL

Magang lo gimana, May? Enak tempatnya.

MAYA

Lumayan. (Beat) Pabriknya biasa aja, tapi banyak problem disana yang bisa gue kulik buat bahan skripsi gue nanti. Kebetulan juga gue dapet dospem yang tahu seluk beluk pabrik itu, Rel. Jadi nyambung diajak tukar pikiran.

Aurel tersenyum, sesekali mengangguk mendengarkan Maya bercerita dengan antusias. Dia lalu memghela napas sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Maya memperhatikan tatapan mata Aurel yang terlihat sedang merenung.

MAYA (CONT'D)

Oiya. Gue denger dari Vicky katanya lo udah selesai magang ya?

AUREL

Iya.

MAYA

Wah... Enak dong. Magang udah, berarti tinggal mikirin skripsi doang ya.

Aurel tersenyum tipis menanggapi perkataan Maya.

MAYA (CONT'D)

Udah sampe bab berapa? Jangan-jangan bentar lagi udah mau sidang nih.

AUREL

Boro-boro, May. Masih jauh. (Beat) Kayanya gue lulusnya bakal lama deh.

MAYA

Kenapa? Dospem lo susah ditemui? Atau ribet minta revisi terus?

Aurel mengeleng lemah. Maya bingung melihat (wajah) Aurel terlihat suntuk, seperti banyak pikiran.

MAYA (CONT'D)

Terus apa dong? (Beat) Cerita kenapa, Rel.

AUREL

Gue ada rencana mau ambil cuti kuliah, May.

Maya terkejut mendengar Aurel mendadak ingin cuti kuliah.

MAYA

Hah? Serius? Apa lo gak ke pengen cepat lulus, Rel?

Aurel mengeleng frustasi.

AUREL

Gue juga pengen cepat-cepat lulus. Tapi...

MAYA

Tapi apa?

Aurel mengeleng pelan. Dia menundukkan kepala,menghindari tatapan mata Maya yang penasaran.

MAYA (CONT'D)

Kalo lagi ada masalah, cerita aja. Jangan di pendam sendiri.

Aurel berdiam sambil berpikir, menimbang-nimbang ucapan Maya.

AUREL

Gimana ya caranya nyari uang yang banyak dalam waktu cepat?

MAYA

Emangnya lo butuh uang banyak buat apaan sih, Rel?

AUREL

Buat nyambung hidup, May. Sekalian bayar biaya rumah sakit sama bayarin hutang-hutang keluarga gue.

Maya terdiam, menatap sendu Aurel.

MAYA

Sorry banget, Rel. Gak bisa bantu lo apa-apa.

Aurel menghela napas, pasrah.

CUT TO:

71. INT. KORIDOR RUMAH SAKIT - MOMENTS LATER

Aurel berjalan pelan dengan lesu menuju kamar inap tempat bapak dirawat. Kita melihat beberapa suster berlari panik keluar kamar rawat inap bertulis nomor 54.

SUSTER

Code blue pasien nomor 541.

Aurel heran melihatnya. Kita melihat beberapa suster berlari cepat dari arah belakang punggung Aurel, menuju ruang inap bertulikan nomor 54.

Aurel melihat ibu keluar ruangan dengan wajah sedih. Dia berjalan mendekati ibu.

AUREL

Ada apa, Bu? Kenapa suster sama dokter itu masuk ke ruangan bapak?

Ibu mengeleng sambil menangis pilu. Aurel berjalan mendekati pintu, hendak masuk. Namun tertahan oleh suster yang berdiri didepan pintu.

SUSTER

Maaf, mbak tunggu diluar dulu ya.

AUREL

Tapi saya mau lihat bapak saya sebentar.

SUSTER

Iya, nanti setelah selesai kami periksa.

Suster menunduk dan langsung menutup pintu dengan cepat. Aurel mendesah kesal. Dia berusaha mengintip ke dalam dari balik kaca yang ada di pintu.

Kita melihat bapak terbaring dengan mata tertutup dan napas yang tidak teratur. Dokter melakukan pemeriksaan denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah Bapak.

Bapak terlihat tidak sadarkan diri. Dokter memberikan bantuan napas dengan kompresi dada (RJP).

SUSTER

Denyut jantungnya melemah, Dok.

Dokter melihat ke arah layar monitor tanda vital.

DOKTER

Siapkan defibrillator.

Suster mengangguk. Dokter melepaskan aksesoris dan pakaian yang melekat di area dada Bapak. Suster memberikan alat kejut listrik (defibrillator paddle) ke dokter. Suster menyalakan monitor defibrillator.

SUSTER

120 joule.

Dokter menuangkan gel konduksi, menempelkan dan mengosok-gosok kedua defibrillator pad. Kemudian ditempelkan di dada Bapak dengan cepat. Tidak ada respon dari Bapak.

DOKTER

Naikkan ke 200 joule.

SUSTER

Baik.

Suster mengangguk, lalu memencet tombol di layar defibrillator. Dokter kembali menempelkan defibrillator pad ke dada bapak.

INTERCUT TO:

72. INT. DEPAN PINTU - RUANG ICU - CONTINUOUS

Ibu menangis tersedu-sedu. Aurel berdiri disamping ibu. Dia mengusap-usap lengan ibu sambil menahan tangis. Kita melihat pintu ruangan dibuka. Dokter berjalan keluar menemui ibu dan Aurel.

DOKTER

Ibu, berdasarkan pemeriksaan kami terkait kondisi pernafasan, jantung dan alat vital lainnya. Pasien telah tiada. Mohon maaf. Kami telah berusaha semaksimal mungkin. Semoga ibu diberikan ketabahan.

Ibu menjerit histeris. Aurel berusaha menenangkan dibantu oleh Dokter yang menepuk-nepuk pundak Ibu.

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar