di balik layar : FIRASAT
6. 6

44. INT. LORONG RUMAH SAKIT - PAGI

Ari keluar ruangan dengan penampilannya yang memakai jas dan heels merah.

Ari menguap dan meregangkan tubuhnya sambil berjalan menyusuri lorong. Ia menerima telepon.

ARI

Halo. Ya saya kesana sekarang.

Ari berbelok dan membuka pintu.

45. EXT. PANTAI - SIANG

Ari berjalan di pantai. Ia melihat Andika yang duduk dan melihat laut dengan tatapan kosong.

Ari menghampiri Andika.

Ari duduk di sebelah Andika dan melihat ke arah laut

ARI

Bapak bukan orang pertama yang seperti ini.

Andika melihat ke arah Ari.

ARI (CONT’D)

Bagaimana rasanya pak?

(beat)

Merasakan bahwa waktu yang sering dianggap panjang ternyata hanya tinggal sedikit?

Ari melihat Andika.

ANDIKA

bukan itu yang saya rasakan

ARI

lalu?

ANDIKA

Saya sadar kalo saya adalah bapak yang kurang baik untuk anak saya.

ARI

Karena?

ANDIKA

Selama saya hidup, saya selalu ninggalin dia untuk kerja dan kerja. Saya jarang ada di rumah. Kalo pun saya di rumah, saya selalu tidur, jarang saya nemenin dia main atau anter dia ke sekolah
Tapi sekarang (beat) sekarang saya dengan gampangnya buat anak saya khawatir sama keadaan saya yang mau meninggal ini.

ARI

Oh

Andika mnatap Ari dengan tajam.

ANDIKA

Oh? Cuma oh?

ARI

Terus saya harus bilang apa pak?

ANDIKA

Paling ngga mbak Ari inget-inget waktu mbak Ari ngasih firasat ke keluarga tu kayak gimana. Biar bisa simpati sedikit sama saya

hening.

ARI

(wajah datar)

Masalahnya saya nggak inget apapun ketika saya hidup.

Andika merubah tatapannya menjadi sedikit halus, bertanya-tanya dan kaget.

ARI (CONT’D)

Asal bapak tahu selain diberikan identirtas baru , kami yang bersedia kerja di tempat ini juga harus bersedia kehilangan ingatan tentang kehidupan masa lalu.

Ari kembali melihat Laut

ARI (CONT’D)

Makanya banyak yang bilang saya ngga punya rasa simpati waktu kalian nangis-nangis inget masa lalu atau marah ketika tau ternyata ada pengkhianat di keluarga kalian.

(Sambil berdiri)

Udah selesai kan pak nangisnya? Ayo ikut saya sekarang.

Ari melihat Andika yang duduk di atas pasir.

ANDIKA

Kemana?

Ari menemukan sebatang kayu di dekat kakinya. Ia mengambil kayu itu dan melemparnya. Dari arah jatuhnya kayu itu muncul sebuah pintu kayu.

Andika melihat pintu itu dan berdiri.

ANDIKA (CONT’D)

Rumah?

Pintu itu terbuka perlahan.

Andika berjalan menuju pintu itu diikuti Ari

46. INT. RUMAH ANDIKA. RUANG TAMU - SORE

Andika dan Ari memasuki rumah. Andika takjub dengan apa yang dilihatnya.

ANDIKA

Ini saya di rumah mbak?

ARI

Iya, di rumah.

Raline keluar kamar dan duduk di sofa depan televisi

Raline mengambil remote tv dan mulai menyalakan televisi tidak mempedulikan Ari dan Andika. Andika mendekati Raline dan ingin menyentuhnya.

Ari tiba-tiba mmegang tangan Andika

ARI

Pertama-tama, dilarang melakukan kontak dengan siapapun saat berada di alam fana.

Ari melepas tangannya.

ARI (CONT’D)

Karena kontak langsung bisa membuat mereka tahu tentang kehadiran kita.

ANDIKA

Tapi, gimana caranya?

ARI

Bapak pernah merasa merinding atau tiba-tiba suasana menjadi dingin? Atau pernah ngerasa ada orang tapi pas diliat ngga ada siapa-siapa?

(beat)

Itu karena ada yang kontak langsung sama bapak.

ANDIKA

Siapa?

ARI

bisa bapaknya bapak, kakek, nenek, leluhur atau kami-kami yang ngga sengaja bersentuhan

ANDIKA

Jadi sekarang saya cuma bisa ngelihat aja mbak?

ARI

Sayangnya iya.

Handphone Raline berbunyi.

Raline menerima pesan teks. Ia berjalan ke arah jendela dan membuka tirainya sedikit. Raline langsung mematikan tv. Ia berjalan ke kamarnya dengan senang.

Pandangan Andika menuju Raline.

ANDIKA

Loh Lin? Mau kemana?

Raline yang sudah memakai jaket langsung keluar rumah diikuti oleh Andika dan Ari.

47. EXT. RUMAH ANDIKA - SORE

Di depan rumah, seorang laki-laki yang mengenakan helm duduk di atas motornya. Laki-laki itu, sebut saja MALIQ (18) tersenyum dan dibalas oleh Raline. Raline berjalan menuju Maliq.

Maliq memberikan helm yang ada di gantungan motornya.

RALINE

Maaf ya nunggunya lama.

MALIQ

Ngga apa-apa kok, aku juga baru dateng.

Raline memakai helm yang diberikan Maliq.

MALIQ (CONT’D)

Naik

Setelah Raline naik ke atas motor Maliq, Maliq langsung mengendarai motornya dengan kencang.

Andika dan Ari di teras rumah melihat Raline pergi.

ARI

Kayaknya dia baik-baik aja setelah dikasih mimpi kayak gitu pak.

Andika melihat pergelangan tangannya yang terdapat angka 25.

ANDIKA

Ya, kayaknya dia baik-baik aja.

Andika melihat ke parkiran motor yang kosong

ANDIKA (CONT’D)

Lah, Motor kemana?

LUTFI (15) datang dengan mengendarai motor. Ia membonceng NINGSIH (70) di belakangnya.

Andika terkejut melihat Lutfi yang mengendarai motor.

ANDIKA

Bocah udah bawa motor aja,

Motor berhenti di parkiran. Ningsih turun dari motor. Andika melihat Ningsih.

ANDIKA (CONT’D)

Loh ibu?

NINGSIH

Fi, bawain ke dalem ya.

Lutfi mematikan motor.

LUTFI

Iya nek.

Lutfi menstandarkan motor dan membawa bungkusan plastik ke dalam rumah, melewati Andika dan Ari yang tidak dia lihat.

ANDIKA

Nanda

(beat)

Mana istri saya?

ARI

Di rumah sakit pak.

ANDIKA

Oh ya?

(Senyum)

Bisa kita kesana mbak?

Ari tersenyum.

Ari memegang pergelangan tangan Andika. Mereka menghilang.

48. INT. RUANG 808 - SORE

Andika dan Ari masuk ke dalam ruang 808. Andika melihat tubuhnya yang berada di atas tempat tidur dengan berbagai macam alat. Ia terlihat tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Andika melihat NANDA (43) sedang tidur di sebuah kasur kecil di lantai. Tempat tidur pasien di sebelahnya kosong.

ANDIKA

Nanda..

Nanda terbangun dengan terkejut. Ia melihat ke arah Andika dan sekitarnya seakan mencari sesuatu.

Andika melihat Nanda dengan sedih.

Ari melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 12.00

ARI

Pak Andika?

Andika mengelap air matanya dan berbalik.

ANDIKA

Iya mbak?

ARI

Sebelumnya maaf pak, saya bisa tinggal sebentar? Ada sesuatu yang harus saya kerjakan.

ANDIKA

Ya.

Andika melihat Nanda yang sedang memegang tangan tubuhnya yang ada di atas tempat tidur.

ANDIKA (CONT'D)

Bisa mbak.

ARI

Oiya saya jemput bapak sekitar hari senin ya pak.

ANDIKA

Kenapa mbak?

ARI

Karena besok hari sabtu, lusa hari minggu, biasanya banyak keluarga pasien yang berkunjung. Kan ga lucu saya jemput bapak waktu lagi kumpul keluarga.

(beat)

Silahkan menikmati akhir pekan ya pak.

ANDIKA

(Senyum)

Makasih mbak

ARI

Oiya satu lagi, jangan berusaha untuk kabur ya pak (beat) mata-mata saya banyak di sini.

ANDIKA

Iya mbak.

ARI

Kalau begitu saya permisi.

Ari keluar ruangan. Andika kembali melihat Nanda yang sedang mengelus kepala Andika yang tertidur di atas tempat tidur.

49. INT. LOBI KANTOR ALAM BAKA - SIANG

Ari berjalan dengan buru-buru sementara semua orang berjalan berlawanan arah dengannya. Salah satu pintu lift terbuka dan penumpangnya keluar. Ari masuk ke dalam Lift yang kosong itu.

Pintu lift tertutup.

50. INT. KANTOR ALAM BAKA DIVISI MIMPI DAN FIRASAT - SIANG

Ari keluar lift dan berjalan melewati meja rekan kerjanya yang kosong.

Neo melihat Ari dari mejanya.

NEO

Bu Ari!

Ari berhenti berjalan dan berbalik.

ARI

Ada apa Yo?

NEO

Mau kemana?

ARI

Ketemu Alvin.

NEO

Pak Alvin keluar tadi bu.

ARI

Oya? Saya tunggu di ruangannya aja kalo gitu.

Ari berjalan menuju kantor Alvin dan membuka pintunya.

51. INT. KANTOR ALVIN -SIANG

Ari menutup pintu dengan rapat dan berjalan dengan buru-buru menuju meja kerja Alvin. Ia membuka laci meja kerjanya dan mencari map hitam.

ARI

(Bicara sendiri)

Map hitam.

Di laci yang paling atas, Ari tidak bisa menemukan map yang dimaksud. Ia kemudian beralih ke rak buku yang ada di belakang meja kerja Alvin.

Ia mencari map itu.

tanpa Ari sadari, NOVA (60an) duduk di sofa. Nova mengangkat map hitam yang dimaksud Ari.

NOVA

Kamu cari ini?

Ari berhenti mencari. Ia kesal.

ARI

(Bicara pelan dan kesal)

Ah, sialan.

Ari mempersiapkan wajah yang ramah dan berbalik.

ARI (CONT’D)

Selamat siang ibu

NOVA

Siang.

Nova meletakkan map yang dicari ri ke atas meja. Ari melihat map itu.

NOVA (CONT’D)

Duduk ri

Ari berjalan menuju Nova dan duduk di sofa.



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar