Cintai Cinta
12. Rahasia Besar

66. EXT/ INT. PERJALANAN DARI KAMPUNG – SORE

LONG SHOOT: Pemandangan sepanjang perjalanan dari kampung (Pangalengan) menuju Bandung. Suasana senja menjelang malam.

Tampak Cinta dan Rean di dalam mobil yang dikendarai Pak Diman, sopir keluarga Rean. Mereka duduk di kursi belakang bertiga dengan Renata. Renata terlihat senang sekali. Matanya berbinar penuh senyuman. Begitu pun Rean, tampak tulus memeluk Renata sambil sesekali mengusap-usap kepala Renata.


CINTA

Gimana, seneng nggak pindah ke Bandung? Katanya pengen jalan-jalan ke mall dan kebun binatang?


RENATA

(tersipu-sipu)

Iya, Teteh. Nata senang sekali. Nata kan belum pernah ke kota lagi sejak Papa nggak ada nengokin Nata lagi.


Wajah Renata berubah murung. Rean semakin mengeratkan pelukan sambil mengacak-ngacak rambut Renata.


REAN

Jangan sedih lagi, mulai sekarang, Nata nggak sendiri lagi karena ada Aa yang akan selalu bersama Nata.


RENATA

Tapi ... Nata masih boleh ketemu Nini sama Aki di kampung, kan?


REAN

Tentu saja! Mereka adalah kakek-nenekmu, dan sekarang sudah menjadi keluarga Aa juga.


Renata membalas pelukan Rean sambil kembali tersenyum menatap Cinta yang tengah mengedipkan mata. Renata membalas kedipan mata Cinta.

INSERT: menampakkan langit dan cuaca di luar mendung dan mulai beranjak gelap.


PAK DIMAN

Sepertinya akan turun hujan deras. Mudah-mudahan turun setelah kita tiba di Bandung, ya, Den!


Rean refleks menengok ke luar.


REAN

Betul, Pak Diman. Langit sudah gelap. Hati-hati nyetirnya, Pak! Aku masih trauma kalau perjalanan seperti ini.


Rean spontan melirik Cinta seolah mengingatkan kejadian itu. Di saat yang sama, Cinta pun repleks menatap Rean.

LONG SHOOT: terlihat dari atas bukit, mobil melaju kencang menuju Bandung.


CUT TO:


67. EXT. RUMAH REAN – MALAM

Malam itu hujan turun sangat deras dan gelap. Mobil Rean berhenti di gerbang rumahnya. Klakson dibunyikan berkali-kali, tak lama seorang sekuriti berlari-lari kecil membukakan pintu gerbang sambil memegang payung. Mobil memasuki halaman rumah. Tampak sekuriti tadi membukakan pintu mobil untuk memayungi Rean dan lain-lain.

Baru saja Cinta, Rean, dan Renata menginjakkan kakinya di teras, di depan pintu sudah berdiri Yura dengan pasang muka penuh kemarahan kepada Cinta. Cinta tampak gugup dan terkejut di sambut Yura.


REAN

Yura? Ada apa? Sudah lama nunggu? Kalau nggak terlalu penting, masalah kantor bisa dibicarakan besok di kantor.


YURA

(meledak)

Segitu nggak pentingnya aku di matamu, dan seberapa nggak pantasnya buat ketemu calon suaminya sendiri?


REAN

Yura! Aku sudah berulang kali ingatkan kamu bahwa nggak ada hubungan apa-apa lagi di antara kita selain hubungan kerja. Kamu pegawaiku dan aku bosmu!


Yura memejamkan matanya dengan rahang mengeras menahan marah. Yura mengalihkan tatapannya kepada Cinta. Renata terlihat ketakutan melihat Yura. Tangannya erat memeluk pinggang Cinta.


YURA

Ini semua gara-gara kamu, Cinta! Ingat! Kamu sudah berjanji buat nggak deketin Rean lagi! Masih belum puaskah setelah papiku kamu rebut, calon suami kakakmu sendiri mau dirampas juga? Dasar cewek gatel! Pengkhianat!


CINTA

A-aku nggak gitu. Aku nggak bermaksud ...



YURA

Ah! Maling mana ada yang mau ngaku? Ingat ya, Rean baik-baikin kamu tuh bukan karena tertarik sama kamu! Jangan sok kecakepan, kamu! Dia tu cuma mau bertanggung jawab atas perbuatannya sama kamu! Dia mau membayar kesalahannya karena dialah yang nabrak kamu waktu itu!


Cinta terkejut dengan refleks tangannya menutup mulutnya yang menganga. Semua orang ikut terkejut.


REAN

(panik, marah)

Yura! Apa-apaan, kamu? Lancang banget mulutmu!


Yura terdiam dan tampak mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

Cinta menatap nanar pada Rean dengan tatapan tak percaya. Ia terlihat berjalan mundur perlahan, lalu berbalik arah. Cinta kemudian berlari ke arah pintu gerbang dengan menembus deras hujan yang disertai petir.


REAN

Cinta! Cinta! Dengarkan dulu! Jangan pergi!


RENATA

(berteriak, menangis)

Teteh Cintaa ...! Teteh ...!!


Rean mengejar Cinta namun Cinta sudah hilang ditelan gelapnya malam dan air hujan. Rean berlutut di halaman di tengah guyuran hujan. Ia tampak menyesali kejadian barusan.


CUT TO:


68. INT. KANTOR REAN – SIANG

ESRABLISHING SHOT: Suasana di kantor Rean.

Rean mencari-cari Cinta dari ruangannya hingga pantri, namun tak ditemukan. Rean kembali ke ruangannya kemudian duduk termangu. Ia terlihat gelisah. Tak lama kemudian HRD mdatang enyerahkan amplop.


HRD

Maaf, Pak. Ini ada titipan surat dari kurir. Katanya dari Bu Cinta buat Bapak.


Rean tertegun menatap amplop di tangan HRD lalu berbicara dengan malas-malasan.

REAN

Taruh saja di meja.


HRD pamit meninggalkan ruangan. Rean kembali menatap amplop di atas meja. Ia meraihnya, lalu membukanya.

INSERT CU: Isi surat pengunduran diri dari Cinta.

Rean terhenyak. Ia memegang surat dengan tangan bergetar hingga terlepas dan jatuh.


CUT TO:


69. INT. RUMAH CINTA – SIANG

Cinta sedang melamun di depan rumah sambil memegang jarum benang dan baju jahitan ibunya.

Tiba-tiba sebuah motor trail sudah berada di pekarangan rumah. Cinta tampak terkejut ketika tahu siapa yang datang. Shaka datang langsung memarkir m otornya. Cinta terkejut hingga tak sadar jarumnya menusuk ujung jarinya.


CINTA

Ah!


Cinta menepis-nepiskan tangan lalu menyedot darah di jarinya. Shaka turun tergopoh-gopoh mendekati Cinta. Wajahnya terlihat panik.


SHAKA

Cinta! Kamu kenapa? Jarimu terluka?


Cinta tak menjawab. Ia melengos membuang muka ke arah lain. Wajahnya menampakkan kekecewaan. Shaka tampak salah tingkah.


SHAKA

Saking kangennya sama aku itu, sampai jari kena jarum aja nggak ngeh!


Cinta tak merespon. Cinta kembali melanjutkan memasang kancing.


SHAKA (CONT’D)

(melemah)

Cin, maafkan aku. Aku nggak kasih kabar selama beberapa bulan ini sama kamu. Aku sibuk dengan tour manggungku. Sumpah, nggak ada niatan buat ninggalin kamu.


CINTA

(memotong)

Kamu nggak usah bikin alasan karena aku sudah tahu semuanya. Mamamu yang nyuruh aku menjauhimu biar nggak ganggu kariermu. Kamu sibuk konser ke beberapa daerah, sementara aku nggak berguna. Hanya akan membebanimu saja!


SHAKA

(kaget)

Mama? Ya Tuhan ... Cin, sumpah aku nggak gitu. Aku hanya ...


CINTA

Lebih baik kamu jadi anak mami, anak shaleh yang berbakti sama orang tua. Bukan jadi laki-laki dewasa yang nggak punya prinsip!


Shaka terhenyak. Ia menyenderkan punggungnya ke dinding teras dengan lesu.

Sebuah mobil masuk pekarangan. Rean turun dengan tergesa-gesa menghampiri Cinta. Cinta menarik napas yang terlihat sesak ketika melihat Rean. Tatapan Rean bersirobok dengan Shaka yang tengah memperhatikan dengan penuh tanda tanya.


REAN

Cinta, aku mohon waktu sebentar. Aku harus jelaskan semuanya.


CINTA

Mau apa lagi ke sini? Belum puas kamu bikin aku dan Ibu menderita? Pergi! Pergi kamu, Re! Aku nggak sudi lihat kamu lagi!


INSERT CU: Mata Shaka menatap Rean bergantian dengan Cinta dengan penasaran, tapi dengan sorot tidak suka.


REAN

(memelas)

Cin, maafin aku. Apa pun yang kamu mau, aku janji akan memenuhinya asal kamu mau memaafkan. Aku akan tanggung jawab!


CINTA

Setelah sekian lama, baru mau tanggung jawab? Di mana perasaanmu salama ini? Kamu tahu sendiri, gara-gara kamu tabrak lari, aku dan ibuku jadi menderita!


Shaka tersentak saat mendengar Cinta mengatakan penabraknya. Emosinya semakin tersulut. Setengah melompat, ia meraih krah kemeja Rean dan mencengkeramnya kuat-kuat. Rahangnya mengeras disertai tatapan berapi-api.


SHAKA

Oh, jadi orang ini yang selama ini kita cari? Pengecut lu jadi laki-laki!


Shaka menonjok muka Rean sampai Rean terjerembab ke lantai dan mengeluarkan darah dari hidungnya. Rean bangkit untuk melawan.


REAN

Lu siapa ikut campur urusan kami?


SHAKA

Gue pacarnya Cinta! Mau apa lu?


Rean menatap sinis Shaka sambil menyeka darah dari hidungnya. Rean pun beralih menatap Cinta yang ketakutan meihat pertengkaran.


REAN

Baiklah, aku pulang. Terserah kamu mau maafin aku atau enggak. Kalau perlu, kamu ambil jalur hukum pun aku siap! Permisi!


Rean bangkit lalu pergi meninggalkan rumah Cinta dengan wajah sedih dan hati yang hancur. Cinta menatap punggung Rean dengan menitikkan air mata.


SHAKA

Apa yang harus lakukan buat kasih pelajaran bangsat itu?


CINTA

Nggak perlu! Aku nggak butuh bantuan siapa-siapa. Kamu pergi aja! Aku lagi pengen sendiri!


Shaka melangkah gontai menuju motornya. Tampak kekecewaan di wajahnya. Cinta menggigit bibir kuat-kuat dengan mata terpejam setelah ditinggalkan Shaka dan Rean. Bulir air mata tampak menetes di kedua pipinya.


CUT TO:


70. INT. RUMAH CINTA – MALAM

Di kamarnya, tampak Cinta sedang menatap layar laptop. Tiba-tiba matanya nanar mengikuti deretan huruf yang dibacanya. Sesaat kemudian ia berteriak gembira.

CU: E-mail berisi pemberitahuan penerimaan siswa sekolah desain musim panas di Paris


CINTA

Alhamdulillah ... Aku kembali dapet beasiswa sekolah musim panas di Paris? (termangu) Tapi ... kok bisa, sih? Tahun kemarin kan aku sudah dicancel?


Cinta tampak senang namun juga kebingungan. Wajahnya kini berubah serius seperti memikirkan sesuatu.


CINTA (CONT'D)

Bentar, bentar. Sepertinya ada yang aneh deh. Kok program ini bukan dari jalur beasiswa, tetapi reguler. Kapan daftarnya, dan dari mana aku punya duit sebanyak ini buat lunasin biayanya? Uh, nggak ngerti lagi, sumpah!


Cinta menggeleng-gelengkan kepalanya seolah meyakinkan bahwa ia tidak sedang bermimpi.


CINTA (CONT'D)

Ah! Mungkinkah ini konvensasi dari pembatalanku kemarin. Bisa aja mereka kasih kesempatan karena nilai ujianku tinggi. Hm, apa pun itu, aku nggak boleh kehilangan kesempatan untuk kedua kalinya. Aku harus wujudkan mimpiku.


Mata Cinta berbinar sambil tersenyum menatap layar laptop.


CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar