Cintai Cinta
8. Kenyataan tak Terduga

47. INT. KANTOR REAN - SIANG

Terlihat di sebuah ruangan kantor Rean membimbing Cinta yang masih memakai kruk untuk berjalan, memasuki ruang kerjanya yang sudah dipersiapkan. Cinta tampak senang dan antusias bekerja di perusahan Rean sebagai desiner pakaian. Beberapa orang karyawan melihat Cinta dengan tatapan aneh.


REAN

Nah, ini ruang kerjamu. Kalau perlu apa-apa bilang aja. Selamat bergabung di perusahaan kami. Semoga kamu betah dan produktif menciptakan desain-desain yang akan menjadi tren di kalangan anak muda.


CINTA

(excited)

Aku speechless. Gak tau harus bilang apa atas semua ini, Re. Makasih banyak!


Cinta menyandarkan kedua kruknya di dekat kursi, lalu duduk di kursi kerjanya. Cinta mengusap-usap meja dan layar koputer di depannya sambil tersenyum-senyum namun matanya tampak berkaca-kaca.


CINTA (CONT’D)

Meski aku kehilangan sebagian mimpiku untuk ikut beasiswa ke Paris, tapi aku sangat bersyukur udah dapet pekerjaan yang sesuai dengan minatku.


Rean tersenyum sambil menghela napas memperhatikan kebahagiaan Cinta.


CUT TO:


48. INT. KANTOR REAN. RUANG REAN – SIANG

Di ruang kerja Rean, tampak Om da Tante Tomy memasuki ruangan. Rean terlihat heran dengan sikap Om dan tantenya yang tampak gelisah.


REAN

Om, Tante! Ada apa? Sudah dicek lagi kekeliruan laporan keuangan enam bulan terakhir ini?


TANTE VINA

Oh, enggak! Cuma mau ngobrol-ngobrol aja. Kangen kan sama ponakan. Udah lama lho nggak bisa ngobrol-ngobrol kayak gini.


OM TOMY

Oh, soal laporan, staf kita sedang mengecek kembali. Pastilah ada sedikit kesalahan dalam memasukan data pemasukan dan pengeluaran. Jangan khawatir, kami akan awasi terus!


TANTE VINA

Kami ini cuma ngerasa sedikit gimana gitu, Re. Kamu kan sudah nambahin lagi desainer baru. Ya, kan? Apa nggak terlalu berat? Kita nggak kekurangan tenaga desainer. Sementara perusahaan harus menghemat pengeluaran. Kok kamu nggak diskusikan dulu dengan kami?


OM TOMY

Betul kata Tantemu, Re. Sementara ini lita stop dulu rekrut karyawan. Bahkan kalau bisa, kita akan lakukan penyusutan pegawai dikarenakan krisis ekonomi global.


REAN

Tante, selama ini saya nggak pernah mencampuri urusan perusahaan. Semua sudah saya serahkan sama Om dan Tante, dan saya percaya sepenuhnya. Tapi kali ini, saya hanya titip teman saya untuk bisa kerja di perusahaan ini. Tolong perlakukan dia seperti karyawan lain. Dan untuk mengatasi krisis ini, perusahaan hanya perlu mengendalikan pengadaan barang atau keperluan perusahaan yang bukan urgensi!


Om dan tante Rean tampak kurang senang dengan keputusan           Rean. Mereka kembali ke luar ruangan dengan muka kecut.


CUT TO:


49.INT. RUMAH CINTA – MALAM

Cinta terlihat resah. Ia beberapa kali menelepon Shaka namun tak pernah diangkat. Cinta mencoba chat, itu pun tak pernah dibalas. Cinta merasa ada yang aneh dengan Shaka. Rani tampak sedang menjahit dress cantik untuk Cinta. Kemudian ia merentangkan dress itu untuk diperlihatkan kepada Cinta


RANI

Dressmu ini cantik sekali. Pas dikenakan di badanmu. Kamu memang pinter mendesain model yang tepat buatmu sendiri, Cin! Semua mata pasti akan mengagumimu nanti di acara syukuran Rean.


Cinta tak mendengar. Ia masih sibuk menelepon Shaka. Rani hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Cinta.


CINTA

Aneh, biasanya nggak pernah kayak gini. Aku takut Shaka kenapa-napa. Tapi masa iya nggak kasih kabar?


Rani memperhatikan kelakuan Cinta yang sedang gelisah memikirkan Shaka. Rani me jadi penasaran.


RANI

Ibu juga ngerasa heran. Tak biasanya Shaka begini lamanya gak datang. Nggak kangen nasi goreng Ibu lagi kayaknya.


CINTA

Yang bikin aku sebel tu Bu, nomor sama WA-nya gak aktif. Apa aku diblokir? Iya! Aku diblokir dia, Bu! Kurang ajar, Shaka!


Rani melongo melihat kelakuan Cinta yang semakin aneh itu.


CUT TO:


50. EXT. RUMAH REAN. TAMAN – MALAM

Tampak suasana di taman rumah Rean yang sedang menyelenggarakan acara syukuran dengan konsep pesta out door. Tamu terlihat ramai menghadiri pesta. Dekorasi taman serta beragam hidangan menghiasi stand-stand. Cinta tampak datang bersama ibunya. Cinta sangat cantik mengenakan dress rancangannya yang dijahitkan Rani. Rean tampak terkagum-kagum menatap Cinta. Rean sempat berbincang-bincang dengan Cinta dan Rani, lalu meninggalkan mereka karena harus menemui tamu yang lain. Rani dan Cinta menuju tempat makanan.


CINTA

Hm, di sini mah nggak ada seblak, Bu. Coba kalau ada. Sudah kusikat duluan tuh!


RANI

(melotot)

Hush! Nggak di mana-di mana, yang dicari hanya seblak dan batagor melulu. Mana ada!


Cinta cengengesan sambil mengambil makanan di stand.


RANI (CONT'D)

Rean keliatannya senang sekali. Syukurlah, akhirnya ia bisa merayakan kebahagiannya atas kesembuhan, juga niatnya untuk meneruskan usaha orang tuanya.


Saat sedang menyantap hidangan, tak disangka Cinta bertemu dengan Yura yang datang dengan Surya, ayahnya. Yura melihat Cinta, lalu menghampiri. Surya tampak sedang mengambil makanan di stand.


YURA

Hai! Aku Yura. Kamu Cinta, kan? Pegawai baru di kantor calon suamiku? Diundang juga, datang sama siapa?


Yura menyodorkan tangannya untuk mengajak bersalaman dengan Cinta. Matanya meneliti tubuh Cinta dari atas sampai bawah. Cinta menyambut uluran tangan Yura dengan sedikit gugup. Cinta tampak kaget mendengar Yura mengaku calon istri Rean.


YURA (CONT’D)

Kamu inget nggak, kita pernah berpapasan di gerbang rumah Rean tempo hari?


CINTA

Emh, iya, ya ... aku inget. Oh ya, aku sama Ibu. Kenalin. Bu, ini Yura. Calonnya Rean.


RANI

Oh, saya Rani, ibunya Cinta.

  

Rani menyalami Yura. Raut wajah Rani seperti kurang suka melihat Yura yang angkuh. Lalu Surya datang menghampiri Yura sambil membawa segelas minuman di tangannya.


YURA

Papi, papi kenalin ini Cinta dan ibunya. Dia pegawai baru di kantor Rean.


INSERT: Rani dan Surya bertatapan. Mereka tampak kaget.


SURYA

Ran ... Rani??


Rani terpaku, terdiam seperti patung. Cinta dan Yura saling pandang dengan tatapan tak mengerti.


YURA

Papi, papi kenal ibunya Cinta?


Rani tampak syok. Ia menyimpan piring makanannya begitu saja, lalu menarik lengan Cinta menjauh dari Yura dan Surya. Cinta tertatih-tatih berjalan menyeret kruknya. Surya menaruh gelasnya, lalu menyusul Rani dan Cinta.


YURA

Papi! Papi ada apa, sih? Papi kenal sama ibunya Cinta?


SURYA

Nanti papi ceritakan di rumah!


Sayangnya, Surya tak bisa menyusul Rani dan Cinta. Mereka sudah ke luar dari rumah Rean menyetop taksi. Surya tampak kecewa tak bisa menyusul mereka.


CUT TO:


51. INT. RUMAH REAN. TAMAN – MALAM

Yura dan Surya kembali ke mejanya di taman untuk melanjutkan acara. Namun Yura dan Surya tampak tak lagi menikmati acara. Mereka gelisah dan hanya duduk-duduk di meja tamu. Kemudian Rean muncul seperti sedang mencari-cari. Yura langsung berdiri dan mendekati Rean.


YURA

Re, aku cari kamu dari tadi.


REAN

(cuek)

Maaf, yang ngundang kamu dan papimu bukan aku, tapi Om dan Tanteku. Temui saja mereka!


YURA

Re! Apa kamu cari gadis cacat itu? Dia sudah pergi sama ibunya!


Rean tertegun. Matanya begitu nanar menatap Yura disertai emosi yang tampak meledak-ledak.


REAN

Kamu tau dia siapa? Dia tamu terpentingku sekarang! Dan kamu, jaga mulutmu ngatain orang cacat!


YURA

Kenyataannya dia cacat? Dan aku tau dia pegawai baru di kantormu! Itukah yang dibilang terpenting buatmu?


Surya datang menghampiri sambil mengangguk dan tersenyum kepada Rean, lalu menarik tangan Yura. Rean tak membalas sikap Surya.


SURYA

Maaf, Re. Kami harus pulang. Terima kasih undangannya, tolong sampaikan salam untuk Om dan Tantemu.


Yura terpaksa menuruti papinya pergi dari acara itu tanpa dipedulikan Rean lagi.


CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar