Cintai Cinta
9. Ada Apa dengan Rani dan Surya?


SPLIT SCREEN:

52. INT. RUMAH CINTA – KAMAR – MALAM (LAYAR KIRI)

Cinta dan Rani pulang lebih dulu dari acara Rean. Setibanya di rumah, Cinta menaruh tasnya di sofa, lalu memburu Rani sambil menyeret tongkatnya. Rani bergegas menuju kamar tampak ingin menghindar dari kejaran Cinta. Baru saja Cinta mencapai pintu kamar, Rani sudah menutup pintu duluan hingga tubuh Cinta terantuk daun pintu. Karena kaget, tongkat kruk Cinta terjatuh ke lantai hingga mengeluarkan suara benda jatuh.

Pintu kamar pun langsung terbuka, Rani keluar dengan wajah cemas. Dilihatnya Cinta sedang terduduk di lantai menggapai-gapai tangannya meraih tongkat.


CUT TO:


53. INT. APARTEMEN YURA. LIFT – MALAM (LAYAR KANAN)

Pintu lift apartemen terbuka. Surya keluar dengan wajah tegang. Di belakangnya Yura mengejar Surya dengan tergesa. Surya tak menghiraukan Yura yang tampak memanggil-manggil dirinya.

Tiba di pintu apartemen, Surya menempelkan kartu masuk dan menekan password apartemennya sambil tetap bungkam. Surya masuk ketika pintu terbuka disusuk Yura yang hampir terantuk daun pintu.


INTERCUT TO:


Rani berjongkok untuk meraih tongkat Cinta lalu membantunya berdiri.


RANI

Sayang, kamu nggak apa-apa?


CINTA

Enggak, Bu. Aku nggak apa-apa. Hanya tongkat jatuh karena terpental tadi sama pintu.


RANI

Maafin ibu. Ibu nggak bermaksud ...


CINTA

(memotong)

Aku hanya ingin penjelasan tentang ayahnya Yura.


Rani tertegun sejenak, kemudian membantu Cinta berdiri kembali.


RANI

Masuklah!


Rani menuntun Cinta memasuki kamarnya.


INTERCUT TO:


Surya duduk di sofa disusul Yura yang mengempaskan pantatnya di samping papinya. Yura menatap wajah Surya menunggu ucapan yang akan keluar dari bibir papinya. Surya sedikit salah tingkah, lalu ia mengatur napas untuk berbicara.


SURYA

Begini, Nak. Kamu pernah dengar kan perkataan almarhum mamimu sebelum wafat?


YURA

(mengernyitkan dahi)

Kenapa bawa-bawa Mami yang udah nggak ada? Perkataan yang mana?


SURYA

Yang Mamimu tanyakan tentang anak yang papi tinggalkan di Bandung.


YURA

Oh ya, aku inget. Yang waktu aku balik nanya anak siapa? Kata papi anak saudara papi yang yatim. Itu kan?


INTERCUT TO:


Rani membimbing Cinta duduk di tepi ranjang. Tatapan Cinta mengikuti arah Rani berjalan menuju lemari. Rani mengeluarkan kotak kayu dari lemari lalu duduk di samping Cinta. Rani membuka kotak itu.


CU: isi kotak berupa beberapa lembar foto pernikahan


Rani mengambil selembar foto lalu diperlihatkan kepada Cinta.

Cinta menerimanya dengan mengerutkan dahi.


CINTA

(bingung)

A-apa ini, Bu?


RANI

(tersendat)

Itu ... itu foto pernikahan Ibu dengan suami pertama.


CINTA

(terperangah)

Maksud Ibu...?


RANI

Ya, sebelum dengan Ayah Roby, Ibu pernah menikah dengan Surya.


CINTA

(kaget)

Maksud Ibu ... yang di foto ini adalah suami Ibu pertama? Dan ... dan bukankah dia adalah Surya papinya Yura?


Rani terdiam. Cinta memandangi wajah ibunya yang terlihat gelisah. Cinta dengan tegang menunggu jawaban.


CINTA (CONT’D)

Bu, jawab pertanyaanku! Apa benar dia ... suami Ibu adalah papinya Yura?


RANI

Dia Ayahmu, Cinta!


Sontak Cinta menganga seolah tak percaya. Tatapannya semakin nanar ke mata ibunya.

 

INTERCUT TO:


SURYA

Betul, nak. Yang dimaksud mamimu adalah ... Cinta. Tapi sebetulnya, dia adalah anak kandung Papi.


Yura seolah terlonjak dari duduknya karena kaget. Ia menatap papinya tak berkedip sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan.


INTERCUT TO:


CINTA

Ayahku? Bukannya ayahku udah meninggal sepuluh tahun yang lalu? Bukannya ayahku, Ayah Roby?


RANI

(menunduk)

Mungkin ini saatnya kamu harus tahu yang sebenarnya. Selama ini Ibu sengaja merahasiakan semuanya karena Ibu masih menyimpan rasa sakit bila mengingatnya.


Rani berhenti berbicara. Ia terlihat sedang mengatur emosi.


RANI (CONT’D)

Dua puluh tiga tahun yang lalu, Ibu dijodohkan kakek-nenekmu dengan putra koleganya karena Ibu belum juga mendapatkan jodoh di usia yang sudah cukup matang untuk berumah tangga. Mereka takut jika Ibu tak menemukan jodoh. Akhirnya Ibu dinikahkan dengan Surya. Beberapa bulan kemudian Surya kembali ke tempat tugasnya di Surabaya tanpa tahu di perut istrinya sudah tumbuh janin. Dan sejak saat itu dia tak pernah kembali ke pelukan Ibu.


CINTA

Bu, jangan bilang bahwa yang berada dalam kandungan ibu itu aku! 


RANI

Memang bayi itu adalah kamu, Nak! Kamu tak tahu siapa sebenarnya ayah kandungmu sampai tiga tahun kemudian, Ibu menikah dengan Ayah Roby, yang kau akui sebagai ayah kandungmu yang menyayangimu seperti anak kandungnya sendiri.


CINTA

Lalu, apa hubungannya dengan Yura? Dia panggil Papi ke laki-laki itu!


RANI

Menurut kabar yang Ibu terima dari keluarga Surya, dia meninggalkan kita karena di Surabaya dia pun meninggalkan kekasihnya yang sudah mengandung dan akan segera melahirkan. Mereka saling mencintai. Tidak seperti dengan Ibu. Dan bayi itu adalah Yura.


Cinta diam terpaku. Hanya sorot mata yang menyimpan kecewa dan kebencian, serta jari-jarinya meremas kain seprai kuat-kuat.


RANI

Ibu tahu kamu akan kecewa dan marah sama Ibu. Maafin Ibu. Ibu hanya ingin kita tak mengingat lagi bahwa pernah ada satu lelaki yang melukai hati Ibumu, juga kamu, nak!


Bahu Cinta terguncang semakin lama semakin menghebat. Cinta tak kuasa lagi menahan tangisan, lalu luruh di pelukan ibunya.

 

CUT TO:


54. INT. KANTOR REAN. RUANG KERJA CINTA – SIANG

Yura tak putus asa. Dia datang ke kantor Rean untuk menemui Cinta. Dengan niat licik, Yura mendatangi Cinta di ruang kerjanya. Saat itu Cinta sedang mengerjakan rancangan pakaian. Ia terkejut saat melihat Yura sudah berdiri di hadapannya.


YURA

(ketus)

Aku tahu perasaanmu saat ini. Karena aku pun merasakan hal yang sama.


Yura duduk di kursi depan meja Cinta. Cinta tampak salah tingkah


CINTA

Aku sudah tahu semuanya.


YURA

(tertawa hambar)

Kita sama-sama nggak nyangka kan, ternyata ayah kita sejahat itu. Tapi sudahlah! Semua sudah terjadi. Aku nggak akan menyalahkan kamu atau ibumu karena jelas-jelas jadi korban papiku. Hanya saja ... ada satu hal yang belum bisa kuterima dengan lapang hati.


Cinta mendongakkan sedikit wajahnya untuk melihat wajah Yura.


YURA (CONT’D)

Ya, aku belum bisa nerima kenyataan bahwa kamu adalah adikku!


CINTA

Tapi meski bagaimana pun, kita tetap saudara sedarah, satu ayah.


YURA

Nggak semudah itu. Sulit buatku untuk mengakui kamu adalah adikku. Kecuali ...


CINTA

Kecuali apa? Test DNA? Aku nggak butuh pengakuanmu juga papimu. Aku sudah cukup bahagia hidup berdua dengan ibuku!


YURA

Jangan sewot dulu, adik manis! Justru aku merasa ada yang kutakutkan setelah ini. Maksudku, setelah kamu berhasil merebut perhatian Rean, kamu juga akan merebut kasih sayang papi dariku.


CINTA

(menahan emosi)

Tolong pergi dari ruanganku, dan jangan ganggu aku lagi! Aku nggak mau berurusan denganmu atau papimu! (beat) Asal kamu tahu, ayahku sudah meninggal!


Yura berdiri, namun tak segera beranjak. Ia menekan tangannya ke meja, mendekatkan wajahnya ke wajah Cinta, lalu berbicara perlahan namun tegas serupa ancaman kepada Cinta.


YURA

Ok, baiklah! Tapi ingat baik-baik. Kalau kamu nggak mau berurusan denganku lagi, jauhi Rean! Dia calon suamiku!


Yura menegakkan tubuhnya sambil menatap tajam Cinta, kemudian pergi menuju pintu ruangan. Cinta menatap punggung Yura dengan menekan gerahamnya kuat-kuat.


CUT TO:


55. INT. KANTOR REAN. RUANG DIREKTUR – SIANG

Terlihat di ruangan Rean, om dan tantenya, bagian keuangan dan pembelanjaan sedang meeting. Mereka mengelilingi meja panjang tempat biasa digunakan meeting. Wajah mereka semua terlihat tegang. Rean marah melempar map ke atas meja membuat semua terkejut.

Rean menunjuk map di atas meja dengan sedikit kasar.


REAN

Kalian tahu kalian sedang berusaha membodohi saya?


Semua tertunduk ketakutan, kecuali om dan tantenya yang tampak menyebalkan.


REAN (CONT’D)

Di dalam fail ini berisi laporan pembelanjaan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Banyak sekali kejanggalan-kejanggalan dalam pengadaan barang perusahaan!


OM TOMY

Tenang dulu, Re. Kami akan cek lagi sampai semuanya beres dan tak ada masalah. Mungkin ada kekeliruan dari bagian pengadaan barang.


Seorang karyawan bagian keuangan yang membuat laporan tampak tersentak. Wajahnya terlihat tak senang mendengar ucapan Om Tomy.


KARYAWAN

Tapi Pak, semua sudah sesuai dengan ...


Karyawan itu mendadak berhenti berucap karena isyarat tangan dari Om Tomy menyuruhnya untuk diam.


OM TOMY

(memotong)

Sttt! Semua akan kami tinjau lagi, Re. Jangan khawatir!


TANTE VINA

Betul kata Om-mu, Re. Percayakan semuanya pada kami. Karena kami yang akan mendampingimu dalam mengelola perusahaan ini setelah orang tamu nggak ada.


REAN

Om, Tante! Gimana saya mau pastikan keadaan perusahaan baik-baik saja? Sementara saya dengar, sebagian karyawan produksi belum gajian. Saya tanya bagian payroll, katanya uang untuk gaji mereka belum mencukupi dan ditunda beberapa hari.


Rean tampak bingung dan berusaha menahan kekesalannya.


OM TOMY

(agak gugup)

Oh, kalau itu memang benar. Kita hanya harus menunggu pembayaran dari buyer. Besok lusa sudah ada yang masuk, kok. Karyawan bisa diatur.


Rean tampak geram. Ia berdiri lalu menarik map di meja dan melemparnya ke lantai dengan luapan emosi.


REAN

Menunggu? Apa benar mereka mau menunggu? Om nggak ingat keluarganya di rumah yang sama-sama menunggu buat makan?


Semua terdiam. Rean tampak semakin emosi. Ia menumpahkan kekecewannya dengan meremas-remas rambutnya.


YURA

Biarkan aku yang membereskan semuanya. Kamu tahu kan, kalau aku lulusan manajemen keuangan? Izinkan aku bantu kamu, Re!


Semua kaget karena tiba-tiba muncul Yura yang sudah memasuki ruangan. Rean terdiam namun membiarkan Yura mengambil map-map yang berserakan di lantai.

Semua karyawan terlihat lega. Sementara Om Tomy dan Tante Vina tampak geram melihat Yura.


CUT TO:



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar