BONGKAH
10. 10

POV HAJI BLACKPINK:

Perkarangan rumah tampak kabur dan bergoyang, sesaat kemudian menjadi jelas dan stabil. Pandangan Haji Blackpink beralih ke samping, kita melihat ada Fajar di sana sedang menulis di buku kecil.

Menyadari Haji Blackpink memandangnya, Fajar tersenyum dan langsung berhenti menulis, ia menutup buku dan memasukkan buku kecil dan pena tersebut ke dalam saku kemejanya. 

Suara tangisan semakin keras, semakin tersedu-sedu.

FAJAR

(senyum)

Bapak tidurnya nyenyak sekali.

HAJI BLACKPINK

(memperhatikan sekitar)

Itu suara tangisan siapa?

FAJAR

(melihat sekitar)

Suara tangisan? Tidak ada yang sedang menangis di sini, Pak.

Haji Blackpink bangkit dari duduknya, ia berjalan pelan ke arah luar perkarangan, langkahnya menyerupai penguin berjalan. 

Terlihat Fajar kembali membuka buku, ia memandangi Haji Blackpink sambil menulis dengan cepat.

 CUT TO:

58. EXT. JALANAN SEPI – SENJA

Hanya ada Haji Blackpink seorang diri menyusuri jalan, pandangannya fokus ke depan, ke asal suara.

IKASH (V.O)

(menangis tersedu)

Huhu.. huhu.. huhu.. huhu.. huhu.. 

Suara tangisan terdengar semakin jelas. Haji Blackpink mengikuti asal suara tersebut, cara berjalannya masih menyerupai penguin.

 CUT TO:

59. EXT. TEPI LAUT – SENJA

Haji Blackpink semakin dekat dengan sumber suara tangisan. Ia mendekati bongkahan batu yang ada di sana, kita melihat ada seorang wanita duduk menghadap lautan, memunggungi Haji Blackpink.

Bang Haji menghentikan langkah beberapa saat, lalu lanjut berjalan mendatangi Ikash. Pundak wanita itu naik karena menangis tersedu-sedu.

IKASH

Huhu.. huhu.. huhu.. huhu.. huhu.. 

Haji Blackpink berdiri tepat di belakang Ikash, ia memiringkan sedikit badannya untuk melihat wajah wanita tersebut. Suara tangisan seketika terhenti, pundak Ikash pun sudah tidak bergerak-gerak lagi.

Kepala Ikash bergerak perlahan-lahan ke belakang untuk memandang Haji Blackpink. Nafas lelaki itu menjadi dua kali lebih cepat.

Mata Ikash tampak sembab dan mengeluarkan airmata darah yang menetes di kedua pipinya. Ia tersenyum tipis menatap Haji Blackpink.

IKASH

(berbisik)

Saya hanya ingin meminta hak saya yang telah Tuan janjikan (BEAT) lalu kenapa Tuan selalu menghindar? 

Nafas Haji Blackpink semakin tidak karuan. Ikash berjalan mendekati Haji Blackpink.

IKASH

(berbisik)

Kenapa Tuan tega mempersulit saya, di saat saya sendiri sedang berada di titik terendah kehidupan ini? (BEAT) Kenapa Tuan? Kenapa?!

Ikash menangis, airmata darah mengalir di pipinya. Haji Blackpink juga ikut menangis sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tiba-tiba lelaki itu bersujud di sana, di hadapan Ikash.

 CUT TO:

60. EXT. HALAMAN RUMAH IKASH – SENJA

Bang Haji bersujud di atas tanah dekat kursi kayu yang sering ia duduki, ia menangis histeris.

HAJI BLACKPINK

Ampun..ampunkan aku.. Aku tak pernah bermaksud mencelakaimu!

Fajar dan Debot berusaha membangkitkan Bang Haji.

DEBOT

Abang! Sadar Bang! Abang janganlah begini, hari ni sudah maghrib! (BEAT) Dia tidak marah dengan Abang. Tidak, Bang! Sadarlah, Bang!

FAJAR

Pak.. Bangun, Pak. 

Haji Blackpink berhenti menangis, ia melemaskan badan, bangkit dari sujudnya dan terduduk. Ia melihat Debot dan Fajar bergantian dengan nafas yang terburu-buru, lalu melihat ke sekeliling seperti mencari sesuatu, Fajar mengusap-usap punggung Haji Blackpink dan berusaha menenangkannya.

FAJAR

Semuanya aman, Pak. Bapak cuma mimpi.

DEBOT

Iya, Bang. Ayo masuk ke rumah. Tak baik maghrib-maghrib di luar.

Fajar dan Debot menuntun Bang Haji ke dalam rumah.

 CUT TO:

61. EXT. HALAMAN RUMAH IKASH - PAGI

Fajar duduk di pintu rumah, tangan kanannya memegang ponsel yang diletak di telinga kanan. Fajar menggoyang-goyangkan kakinya yang terjuntai ke bawah sambil mengangguk-angguk mendengar NSP dari lagu Trio Ubur-ubur yang berjudul ‘Munaroh’.

FAJAR

(menegakkan punggungnya)

Wa’alaikumsalam, Pak. (BEAT) Gimana kabarnya, Pak? Alhamdulillah aman, Pak! Bapak apa kabar?

 CUT TO: 

62. INT. HALAMAN RUMAH DEBOT – PAGI

Haji Blackpink datang dari samping rumah sambil menuntun sepeda ontel, Debot yang sedang membuka jendela depan rumah melihat suaminya, ia tersenyum.

DEBOT

Abang mau ke mana? Ke laut?

Seketika Bang Haji langsung berhenti, ia memandang Debot dan menggeleng-geleng. Sesaat kemudian ia menjatuhkan sepedanya, lalu terduduk dan merengek-rengek di tanah seperti anak kecil.

HAJI BLACKPINK

(menangis)

Jangan suruh aku ke laut!

Melihat penyakit suaminya mulai kambuh, Debot berlari ke luar rumah mendatangi suaminya.

HAJI BLACKPINK (cont’d)

(menggeleng)

Aku tak mau ke laut! Tak mauuu! Jangan suruh aku ke sana! Gila aku!!!

DEBOT

(menenangkan)

Adik tak ada suruh Abang ke laut, Adik cuma tanya Abang mau ke mana pakai sepeda, sebab dulu kalau pergi jam segini biasanya Abang ke laut.

Haji Blackpink masih terus merengek.

 CUT TO:

63. EXT. HALAMAN RUMAH IKASH – PAGI

Fajar memasukkan tangan kirinya di kantong celana, sedangkan tangan kanannya masih memegang ponsel.

FAJAR

Baik, Pak! (BEAT) Pokoknya kalau ada apa-apa saya langsung kabari Bapak saja ya, Pak? (BEAT) Siap, Pak! Terima kasih atas bimbingannya, Pak. Assalamu’alaikum.

Fajar menekan layar ponsel lalu memasukkannya ke kantong celana, ia berjalan ke pintu rumah.

JURING

(nyengir)

Wa’alaikumsalam.

Juring menyengir di belakang Fajar, tangannya memegang rantang makanan yang dibungkus kain serbet.

  CUT TO:

64. EXT. JEMURAN RUMAH DEBOT – PAGI

Debot memeras kain sekuat tenaga, pada tali jemuran sudah ada beberapa kain yang terjemur, di depan kakinya ada sebuah ember yang berisi kain basah.

Tiba-tiba Fajar datang mendekati Debot, ia sedikit berlari, Debot menyadari kehadiran Fajar.

DEBOT

Kenapa, Jar?

FAJAR

Bapak di mana, Bu?

DEBOT

Sekarang masih tidur, Jar. Semalaman Bapak tidak tidur. Kenapa?

FAJAR

Saya bantu ya, Bu.

Fajar mengambil kain di dalam ember dan memerasnya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar