Bertahan atau Pergi
13. Masa Lalu Airin #2

34. EXT/INT. RUMAH DI DESA – PAGI

Cast: AMBAR, BUNDA, DESI

Ambar menarik napas ketika memasuki halaman rumah. Desi mengikuti Ambar, berdiri di sampingnya. Rumah itu terletak di ujung jalan. Depan rumah terdapat pohon mangga dan beberapa jenis tanaman bunga di pot. Bangunan rumah itu sederhana.

AMBAR

(mengetuk pintu)

Assalamualaikum...

BUNDA

Waalaikumsalam

(membuka pintu, terkejut)

Ambar, akhire kowe mulih. (Ambar, akhirnya kamu pulang)

AMBAR/BUNDA

Airin mana? / Nandi Airin (mana Airin)?

Ambar menunduk sedih. Tangannya meremas pelan lengan Desi.

BUNDA

Sak jane Airin bareng awakmu to, nduk. (bukannya seharusnya Airin bersama kamu, Nak)

DESI

Bu, perkenalkan saya Desi.

(menyalimi Bunda sopan)

Saya ini temannya anak-anak Ibu. Bagaimana kalau kita mengobrol di dalam? Tidak enak ngomong di luar. Diliatin tetangga.

BUNDA

Oh iyo, Nduk. ayo mlebu - mlebu. (Oh iya, Nak. Mari masuk).

Bunda mempersilahkan mereka masuk. Desi menuntun Ambar masuk menuju ruang tamu. Mereka bertiga duduk di sofa berwarna hijau. Di meja telah tersedia air mineral kemasan dalam bentuk gelas. Bunda pun membagikannya pada Ambar dan Desi. Desi mengangguk sopan sementara Ambar tampak lemas dan mukanya masih terlihat sedih. 

DESI

Begini Bu, sebelumnya saya meminta maaf. Bagaimana kalo kita bicara pakai bahasa Indonesia? Soalnya saya bukan orang Jawa.

BUNDA

Oh iya, Nduk (Nak).

DESI

Kedatangan kami kesini berniat mencari Airin. Semalam dia pergi tanpa berpamitan. Airin hanya membawa uang. Semalaman Ambar menangis tapi saya berpikir mungkin Airin pulang.

BUNDA

Ya Allah

(menangis sesenggukan)

Dia tidak pulang, Nduk (Nak). Kenapa Airin tiba-tiba kabur lagi?

DESI

Ehm... begini bu... Ehm...

(kebingungan)

AMBAR

Semalam tersebar foto Airin tanpa baju. Waktu aku pulang ke kos, dia sudah menghilang.

BUNDA

(terkejut)

Ya Allah.

AMBAR

Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Airin kabur dari keluarganya.

BUNDA

Airin marah besar. Dia tidak mau memaafkan Bunda.

AMBAR

Apa yang sudah Bunda lakukan?

(penuh penekanan. Matanya menatap lurus)

DESI

Kak...

(mengelus tangan Ambar)

BUNDA

Ini masalah keluarga.

(menghindar tatapan Ambar)

AMBAR

Dari dulu Bunda selalu begini. Tidak pernah mau mengaku salah. Kalau Bunda enggak buat kesalahan, pasti Airin masih ada di sini.

DESI

Kak..

(berusaha menenangkan Ambar)

BUNDA

Tahu apa kamu? Dasar anak kurang ajar.

Ambar menangis. Desi terlihat bingung. Tangannya kini merangkul bahu Ambar. Kembali menenangkan.

DESI

Bu, minta maaf. Saya tidak bermaksud lancang. Bagaimana kalo saya pergi keluar biar Ibu dan Kak Ambar bisa ngobrol enak.

Bunda melihat Desi. Ia terdiam. Beberapa saat kemudian, wanita beruban itu mengangguk. Desi pun berpamitan keluar.

BUNDA

Waktu Airin kelas 1 SMA. Tiba-tiba dia bilang hamil 5 bulan.

AMBAR

(seketika menoleh)

Hamil?

BUNDA

Bunda sangat marah. Lebih marah lagi waktu dia bilang pacarnya tidak mau tanggungjawab tapi dia mau jadi ibu dan keluar dari sekolah.

(jeda)

Bunda kalap. Bunda langsung bawa Airin ke dukun bayi.

AMBAR

(menutup mulutnya)

Bunda bunuh bayi itu

BUNDA

(mengangguk)

Airin sempat dilarikan ke rumah sakit. Setelah sembuh, dia kembali sekolah. Bunda pikir dia baik-baik saja. Eh... ternyata setelah lulus dia kabur. Pergi dari Bunda.

AMBAR

Kenapa Bunda setega itu?

BUNDA

Bunda hanya orangtua yang tidak ingin masa depan anaknya hancur.

Bunda menangis tersedu-sedu. Ambar mengepalkan tangannya. Menahan amarah. Beberapa saat kemudian dia membuang muka. Bangkit dari kursi.

AMBAR

Bunda selalu mengatakan menyayangi kami tapi semua yang Bunda lakukan sebaliknya.

Setelah mengatakan hal itu, Ambar pergi meninggalkan Bunda menangis sendirian. Ia segera menghampiri Desi. Mereka berdua meninggalkan rumah itu.

Ambar menoleh ke belakang. Terlihat Ia saat masih berusia 9 tahun dan Airin masih balita. Mengenakan gaun putih. Saling bermain kejar-kejaran. Tampak bahagia.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar