Bertahan atau Pergi
7. Masa Lalu Airin #1

19. INT. KAMAR KOS NO. 5 – PAGI

CAST : AMBAR, MAYA

Ambar merasa kepalanya sedikit pusing. Ia memilih berbaring sambil memijit pelan kepala. Terdengar ketukan pintu.

MAYA

Ambar, kamu ada di kamar?

Terpaksa Ambar bangkit untuk membuka pintu.

AMBAR

Ada apa?

Tampak Maya melihat sekeliling kamar Ambar. Ia seakan mencari sesuatu. Ambar merasa terganggu dengan sikap Maya.

AMBAR

Ck .. apaan sih?

MAYA 

Adik kamu udah berangkat kerja?

AMBAR 

Sudah, kalau ada perlu sama dia bisa ketemu nanti malam.

MAYA

Aku enggak ada perlu sama dia. Aku mau nanya sesuatu ke kamu?

AMBAR

Ada apa?

Ambar memijit pangkal hidungnya. Meredakan pusingnya yang menyerang.

MAYA

Sebenernya aku ragu, tapi penasaran.

AMBAR

Apaan? Aku pengen istirahat, mumpung hari kamis ini.

MAYA

Sabar ... sabar ... ini aku juga harus berangkat kerja.

Maya membuka kunci layar ponselnya, sementara Ambar menghela napas.

MAYA

Tapi jangan marah sama aku ya?

AMBAR

Iya ...

(malas berdebat)

Maya menunjukkan foto dari ponselnya. Tampak foto Airin mengenakan seragam SMA namun semua kancing bajunya lepas. Ekspresi Airin terlihat datar sementara bagian tubuh atasnya terlihat jelas. Ambar tahu ini bukan editan.

Hatinya terkejut tak karuan melihat gambar tersebut.

MAYA

Ini beneran adik kamu?

(Berhati-hati mengucapkan)

AMBAR

Itu editan, jahat sekali kamu memfitnah adikku.

(geram)

MAYA

Bukan aku yeng memfitnah. Ini Mas BAMBANG dapat dari sepupunya. Katanya dia satu SMA bareng Adik kamu.

(ciut, menghindari tatapan Ambar)

AMBAR

Sekarang hapus foto. Kalo sampek itu tersebar. Kamu dan mas Bambangmu itu aku pecel – pecel.

MAYA

I ... i .. iya.

AMBAR

Hapus sekarang.

(penuh penekanan) 

Maya tampak sibuk mengoperasikan ponselnya. Tangannya gemetaran.

MAYA

Ini udah kehapus.

(Maya menunjukkan ponselnya ke Ambar.)

Aku berangkat dulu, Assalamu’alaikum.

AMBAR

Wa’alaikumsalam.

Tanpa menunggu Maya berbalik, Ambar masuk ke kamar dan membantin pintu. Sakit kepalanya semakin tak tertahankan. Ambar memijat kepala dan meringis kesakitan. Ia mengambil obat sakit kepala berwarna biru dilaci meja. Segera ia meminumnya dengan air putih.

Ambar berbaring di kasur. Matanya memperhatikan langit-langit kamar. Ia menghela napas, kemudian memejamkan mata. Tiba – tiba terdengar dering ponsel disebelah bantal berbunyi. Tampak nomor tak dikenal tampil di layar. Ambar mengabaikan. Nomor itu mengirimi pesan, kemudian Ambar membukanya.

AMBAR (V.O)

(membaca pesan)

Ambar, ini Bunda. Tolong diangkat telponnya.

Tubuh Ambar menegang setelah membaca pesan tersebut. Kini ponselnya. 

Kembali berdering. Ia menarik napas panjang sebelum mengangkat telpon.

AMBAR

Ada apa?

20. INT. RUANG TAMU – PAGI

Cast : BUNDA (40)

Menanti Ambar menjawab panggilannya.

BUNDA

Ambar, ini Bunda. Maaf mengganggumu, nak.

INTERCUT – PERCAKAPAN TELEPON

AMBAR

(menutup mata menahan amarah)

Ada apa?

BUNDA

Bunda ingin mengucapkan terima kasih karena kamu mau menampung adikmu.

AMBAR

Oh .. Okey

(Ambar hendak mematikan ponsel.)

BUNDA

Nak ... nak jangan ditutup dulu. Apa boleh Bunda minta tolong.

AMBAR

(Ambar menghela napas)

Apa?

BUNDA

Bunda minta tolong kasihkan telponnya ke Airin.

AMBAR

Dia kerja.

BUNDA

(terkejut)

Apa? Sejak kapan ia bekerja?

AMBAR 

Dia tidak pernah cerita?

BUNDA

Sejak kabur dari rumah, Airin tidak pernah menghubungi Bunda. Semua telpon dan pesan dari Bunda tidak pernah dibalas. Tolon bilangin kalo Bunda kangen.

Ambar merasa kepalanya tambah berat. Ia menutup panggilan tanpa menghiraukan Bunda yang memanggilnya berulang - ulang.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar