Bertahan atau Pergi
11. Kemarahan Cik Liem

28. EXT. WARUNG “PENYETAN ABAH IWAN” - SORE

Cast : AMBAR, WILDAN

Ambar dan Wildan bersiap membuka warung tenda. Mereka telah memasang warung lengkap dengan spanduk bergambar lauk pauk.

Wildan sibuk menata meja, bangku dan kompor. Ambar membersihkan area sekitar warung dan memastikan peralatan makan siap. Kini ia duduk melap peralatan makan. Tampak banyak orang melewati warung mereka.

WILDAN

Ambar, ada apaan ya di sana kok rame?

(berhenti menata kursi plastik)

AMBAR

Kan jamnya buka, makanya rame.

(tetap melanjutkan mengelap peralatan makan)

WILDAN

Ish... dibilangin. Coba deh liat situ.

Wildan menunjuk ke arah kanan warung. Ambar mengikuti arah jari Wildan. Meski terhalang spanduk ia dapat melihat jelas orang-orang berkerumun. Tiba-tiba ia merasa gelisah.

WILDAN

Apa ada orang kecelakaan?

AMBAR

Aku pergi ke sana dulu.

Ambar meletakkan lapnya di meja. Ia segera bangkit dari kursi.

WILDAN

Loh... mau kemana?

AMBAR

Aku harus pergi perasaanku enggak enak.

Wildan menggaruk kepala. Tak mengerti. Ia terpaksa mengangguk meski Ambar tak melihat.

29. EXT. AREA PARKIR TOKO “HARAP MAJU” – SORE

Cast: AMBAR, AIRIN, CIK LIEM, PAK TAN, INDAH, RIAN, ORANG-ORANG SEKITAR TOKO

Ambar terkejut melihat di balik kerumunan orang. Ada Airin duduk di tanah sambil memegang pipi kanannya. Terlihat Cik Liem menunjuk-nunjuk Airin penuh amarah. Sementara Pak Tan hanya diam berdiri di sebelah Cik Liem.

Ambar segera berlari menahan tangan Cik Liem saat akan menampar Airin. Indah dan Rian berdiri di depan toko. Terlihat bingung.

CIK LIEM

Hey... Dasar kalian berdua bedebah.

(menarik kasar tangannya dari Ambar)

AMBAR

Apa kesalahan adik saya?

(berdiri di antara Cik Liem dan Airin)

CIK LIEM

Dasar bocah tidak tau terima kasih. Saya sudah berbaik hati menerima dia bekerja di sini. Ehhh...berani-beraninya dia merayu suami saya.

AMBAR

Adik saya?

(nada tinggi)

Eh... Cik Liem enggak usah pura-pura goblok. Semua orang di kawasan ini tau kayak apa kelakuan suami Cicik. Semua cewek digodain. Kambing kalo didandanin juga bakalan dicium sama dia.

PAK TAN

Sudah sayang. Malu diliat orang.

(memegang lengan istrinya)

CIK LIEM

Seharusnya mereka yang malu. Berani-beraninya dia ngomong gitu. Jelas-jelasnya adiknya itu yang salah.

AMBAR

Buat apa adik saya godain orang yang lebih tua dari Bapak kami? Sama Rian aja dia enggak doyan.

Ambar melirik tajam Rian yang hanya berdiam diri melihat adiknya dipermalukan. Sementara Rian hanya menunduk malu.

AMBAR

Cicik lupa berapa pekerja yang tiba-tiba minta keluar. Semua itu gara-gara kelakuan suami Cicik ini.

CIK LIEM

Kamu...

(wajahnya makin memerah)

AMBAR

Mulai sekarang Airin keluar dari toko ini. Ia tidak butuh kerja di sini.

CIK LIEM

Siapa yang mau ngasih kerjaan sama perempuan gampangan kayak gitu.

Ambar tidak peduli. Ia berbalik membantu Airin berdiri. Ambar menahan air mata saat melihat pipi kanan Airin memerah. Mata Airin sembab.

AMBAR

(sengaja mengeraskan suara)

Kamu enggak perlu malu. Dia yang sudah jahat ke kamu yang harusnya malu.

Ambar merangkul bahu Airin. Ia membawa adiknya pergi melewati kerumunan orang. Airin menatap Rian sekilas. Rian Kaku mendapatkan tatapan dari Airin. Sementara Cik Liem tak henti mengeluarkan sumpah serapah. Pak Tan berusaha menenangkan istrinya.

30. INT. KAMAR KOS NO. 5 – PAGI

Cast: AMBAR, AIRIN

Ambar memasuki kamar. Pulang dari kerja. Airin diam tampak melamun, duduk di kasur. Matanya kosong melihat ke arah lemari. Ambar menghela napas melihat kondisi adiknya. Ia dapat melihat air mata menetes di wajah Airin.

Ambar berdehem menghampiri Airin. Ia duduk di sebelah adiknya. Airin bergegas menghapus air matanya. 

AMBAR

(memberikan es krim dengan cone berbentuk kerucut)

Ini es krim. 

AIRIN

(menerima es krim)

Aku bukan anak kecil.

AMBAR

(membuka bungkus es krim)

Jangan menghina. Seharusnya bilang terima kasih. Enggak tidak terima kasih, enggak apa-apa. Ini tadi beli 1 gratis 1.

AIRIN

(mulai membuka bungkus)

Terima kasih, Mbak.

(jeda)

Mbak, soal yang tadi. Aku minta maaf.

AMBAR

(melirik)

Meskipun Mbak enggak liat kejadiannya, Mbak tahu kamu enggak bersalah. Mbak yang sudah salah. Sudah tau Pak Tan kayak gitu masih aja bawa kamu ke sana.

(menghela napas)

Mbak waktu itu hanya mikir biar bisa gampang ngawasin kamu.

AIRIN

(tersenyum, mulai memakan es krim)

Ehm... enak.

Ambar dan Airin mulai menikmati es krim.

AIRIN

Sebelum Mbak datang membelaku, aku mengira ini terjadi lagi karena aku cantik. Penilaianku berubah saat Mbak memarahi Cicik. Aku sadar semua terjadi karena aku lemah.

AMBAR

Kata siapa kamu lemah? Hanya saja hari ini kamu kurang beruntung.

AIRIN

Aku sering kurang beruntung.

AMBAR

Oh... kalo gitu kita pergi ke dukun biar kamu dikasih jimat.

Mereka berdua tertawa geli.

AMBAR

Tadi Bunda telepon Mbak lagi. Katanya kamu belum hubungi dia lagi.

AIRIN

Iya, nanti.

(jeda)

Apa Mbak pernah kangen Ibu?

AMBAR

Dulu awal - awal sering tapi lama-lama enggak. Ibu kelihatannya bahagia ninggalin Mbak.

AIRIN

Ibu pasti menyesal meninggalkan Mbak. Seperti aku.

AMBAR

(memiringkan kepala)

Ehm...

AIRIN

Wah... es krimnya udah habis. Mana bungkus es krim Mbak biar aku buang ke tempat sampah luar. Kalo dibuang di sini bisa-bisa dirubungi (dikerumuni) semut.

Airin segera keluar membuang sampah. Ambar tampak berpikir, kemudian ia membuka Hp. Ia menekan kontak Bunda, kemudian memilih pesan. Ambar kembali ragu, lalu ia urung mengetik pesan.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar