Ambang
6. Act 6

CUT TO FLASHBACK:

53. INT. KAMAR MANDI DALAM KAMAR GUPITA DAN ESTU. JAKARTA - MALAM

Gupita (P, 34) sedang sikat gigi bersama Damar (L, 9). Mereka siap untuk tidur dengan piyama yang sama. Saat Damar menyikat lidahnya, ia kelolodan sikat gigi dan hampir muntah. Refleks, Gupita sedikit tertawa seraya mengusap kepala Damar.

Setelah sikat gigi, mereka mencuci muka. Bedanya, Damar tidak menggunakan facial foam.

CUT TO:

54. INT. KAMAR GUPITA DAN ESTU. JAKARTA - MALAM

Semenjak ayahnya meninggal, Damar selalu tidur dengan ibunya. Mengingat Damar yang Disleksia, Gupita menerapkan kebiasaan rutin, yaitu membacakan buku sebelum tidur.

GUPITA

Kamu malem ini mau dibacain cerita apa?

DAMAR

Beruang dan Lebah!

GUPITA

Oke, let's see.

Gupita berjalan ke rak buku di dekat tempat tidur. Ia lalu sedikit membungkuk untuk mengambil buku dongeng anak. Tapi setelah itu ia bangkit lagi untuk mengambil sebuah novel misteri, lantas segera bergabung dengan anaknya yang duduk menunggu di tempat tidur sambil bersandar headboard.

DAMAR

Itu buku apa, Ma?

GUPITA

Ini buku Mama, ceritanya tentang

detektif yang nyelidikin kasus gitu.

DAMAR

Aku mau dibacain buku itu aja deh!

GUPITA

Kamu lulus SD dulu, baru boleh baca

buku ini. Ini bukan buku buat anak-anak.

DAMAR

Yaaaah, yaudah deh.

GUPITA

Siap? Ehem, jadi, suatu hari, di

sebuah hutan, hiduplah seekor Beruang

besar yang hidup seorang diri. Ia

memiliki persediaan makanan yang

sangaaat banyak, tapi suatu hari,

persediaan makanan yang ia miliki

sudah hampir habis--

Lambat laun, Damar mulai mengantuk. Sebelum anaknya benar-benar tertidur, Gupita mengingatkan anaknya akan suatu hal.

GUPITA

Kamu udah ngantuk?

Damar mengangguk.

GUPITA

Jangan lupa berdoa yaa. Doain Papah

jugak. Biar Papah tidurnya nyenyak.

Langsung saja damar berdoa dalam hati sambil mengangkat kedua tangannya di atas dada. Gupita pun mengikutinya. Setelah mereka berdoa, Gupita mengusap kepala Damar dan menyelimuti anak itu.

DAMAR

Mama nggak tidur? Nanti subuh kan

Mama harus masak buat pesenan.

GUPITA

Iyaaa. Sebentar lagi Mama tidur.

Kamu duluan aja, ya.

Setelah Damar memejamkan matanya, Gupita pun mulai membaca novel misteri tersebut.

CUT TO:

55. INT. KAMAR GUPITA DAN ESTU. JAKARTA - DINI HARI

Suara-suara dari pagar rumah menyadarkan Gupita dari keseriusannya membaca novel. Jam menunjukkan pukul 2 malam. Gupita bangkit dan mengintip sedikit dari balik tirai jendela. Terdapat dua orang perampok berpakaian serba hitam, menerobos pagar rumahnya.

Kala itu, mereka sudah berhasil membobol gerbang. Saat ini, kedua perampok itu hendak membuka pintu depan. Sialnya, keduanya nampak membawa senjata berupa pedang dan parang. Gupita refleks langsung menelpon polisi dengan handphone-nya. Suaranya pelan, takut kalau-kalau terdengar sampai ke luar.

GUPITA

Halo.

CUSTOMER SERVICE POLISI

Iya Ibu, selamat malam, ada

yang bisa saya bantu?

GUPITA

Ada rampok masuk ke rumah saya.

Mereka ada dua orang, pake baju

serba item, terus mereka bawa

senjata tajam.

CUSTOMER SERVICE POLISI

Alamat rumah Ibu dimana?

GUPITA

Jalan Andromeda II No. 51, Jagakarsa,

Jakarta Selatan.

CUSTOMER SERVICE POLISI

Sekarang posisi Ibu dimana?

GUPITA

Saya di kamar, di lantai dua sama anak saya.

CUSTOMER SERVICE POLISI

Oke, di daerah situ baru saja terjadi

kecelakaan beruntun, Bu. Jadi kemungkinan

polisi akan sampai ke tempat Ibu

sekitar 15 menit.

GUPITA

Itu nggak bisa dipercepat lagi?

CUSTOMER SERVICE POLISI

Ibu tunggu saja, kami akan berusaha

melayani secepat mungkin. Ada lagi

yang ingin disampaikan,Bu?

GUPITA

Itu aja, kalo bisa secepatnya, ya Mbak.

CUSTOMER SERVICE POLISI

Iya, baiklah kalau begitu, terima

kasih telah menghubungi layanan kami.

Gupita menutup telepon dengan kesal. Ia tidak ada waktu sebanyak itu. Ia membuka sedikit pintu kamarnya dan mengintip keadaan di luar. Kedua perampok itu menggeledah lantai satu rumahnya. Suara-suara berisik langkah kaki dan gedebak-gedebuk barang terdengar sampai ke tempat Gupita berada.

Sayup-sayup, Gupita mendengar pembicaraan salah satu rampok yang menyuruh rekannya untuk memeriksa lantai atas. Mendengar itu, Gupita langsung bangkit, mengunci pintu dan menghampiri Damar.

GUPITA

Damar? bangun sayang! Bangun..

Damar yang masih setengah sadar, duduk, menatap ibunya yang sibuk memeriksa laci meja nakas.

GUPITA

Di bawah ada orang jahat. Mama udah

lapor polisi, tapi mereka mau ke sini.

Damar diem aja ya di sini.

DAMAR

Orang jahat? Terus Mama mau ngapain?

Di meja nakas itu, tersimpan beberapa senjata milik Estu. Awalnya, Gupita mengambil pistol laras pendek, tapi ia mengurungkan niatnya, dan memilih untuk mengambil pisau yang disimpan dalam sarung pisau.

Pisau itu agak kotor oleh rumput, kulit pohon dan sedikit karat, karena biasa digunakan suaminya di hutan.

Dari cara Gupita memegang pisau, nampak ia memang lebih menguasai pisau itu ketimbang pistol. Ia pun kembali pada Damar.

GUPITA

(dengan tegas)

Mama mau keluar, biar mereka

nggak ke kamar ini. Kamu di sini

aja ya. Kunci pintu kamar, terus

ngumpet di lemari, sampe polisi

dateng, okee?

Damar menangis, tak ingin melihat ibunya mengorbankan dirinya demi dia.

GUPITA

Damar jangan nangis! Damar kan

anak Mama. Mama udah nggak ada

waktu lagi. Kamu nurut ya sama Mama..

Damar mengangguk. Lalu terdengar suara langkah kaki seseorang di tangga. Gupita pun keluar dari kamar.

BACK TO:

56. INT. DAPUR RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - SIANG

Adonan donat sudah nampak mengembang. Laras membaginya menjadi dua bagian untuk dirinya dan Damar.

LARAS

Dicetak e koyok ngene yo, Mas.

DAMAR

Siaaap.

Damar mengikuti seperti bagaimana Laras mencontohkan. Satu-persatu adonan ia bentuk serapi mungkin.

DAMAR

Iki meh dikasih topping opo Mbak?

LARAS

Aku ndek mau ki tukune cuma mesis,

karo gulo alus, gak popo yo Mas?

DAMAR

Oalaaah. Santai ae Mbak.

LARAS

Biasane Buk e nganggo topping opo Mas?

DAMAR

Mama sih seneng e bikin pakek gula

alus sing dicairke ngono lho Mbak.

Terus ngko donat e dicelup ke situ,

bar kui ditunggu sampe kering deh.

LARAS

Hoo chef pancen bedo sih yo, Mas. Hehehe..

Damar tidak menanggapi Laras dan hanya diam, berusaha fokus pada adonan yang dicetak. Alhasil, Laras mulai mengalihkan pembicaraan.

LARAS

Mbah lagek nyopo yo Mas?

DAMAR

Tadi ngasih makan Caramel karo Mocca,

paling sekarang maen sama cah-cah kui.

LARAS

Oalaah..

Semua adonan pun sudah selesai dan siap digoreng.

LARAS

Uwis ki Mas. Karek digoreng ae.

Laras menyalakan kompor. Apinya kecil sekali. Mereka pun menunggu hingga minyak yang sangat banyak di dalam wajan itu menjadi panas.

CUT TO FLASHBACK:

57. INT. KAMAR GUPITA DAN ESTU. JAKARTA - DINI HARI

Berkat kehadiran Gupita, tidak ada perampok yang menyentuh lantai dua. Tapi, Damar tidak langsung mengunci pintu kamar. Ia justru membuka sedikit pintu kamar itu demi mengetahui atau sekedar mendengar keadaan di bawah. Di tengah kepanikannya, dengan tangan yang gemetar, Damar terus memegangi gagang pintu. Suara pertengkaran terdengar dengan jelas dari tempat Damar berada. Sesekali, ia mendengar teriakan ibunya dan si rampok tersebut. Damar panik. Takut. Ia lalu menutup pintu kamar tersebut, yang mana suaranya memancing si perampok untuk memeriksa lantai atas. Untuk mencegah hal itu, Gupita langsung bertindak cepat.

Terdengar seperti Gupita menyerang rampok itu. Namun, serangan itu terdengar seperti blunder, karena suara Gupita lah yang terdengar mengerang. Damar pun semakin panik karena itu.

BACK TO:

58. INT. DAPUR RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - SIANG

Beberapa donat yang sudah dicetak kini sedang berendam dalam lautan minyak goreng.

LARAS

Mengko ngewalik e pisan ae yo Mas,

ben warnane apik. Heheee ning

internet sih jare ngono Mas.

DAMAR

Iyoo, siaap..

Damar menunggu donat karyanya sampai siap dibalik. Sambil menunggu, ia lanjut mengobrol dengan Laras.

DAMAR

Awan iki Mbah wis disuntik insulin

durung Mbak?

LARAS

Mbah Njaluk e disuntik sedino ping pindo,

Mas. Jarene sih ben gak patek

ketergantungan. Tapi yo nek obat sing

sedino ping telu wis diombe mau.

DAMAR

Oalaaah..

LARAS

Mas Damar jo kakean mangan manis-

manis lho Mas. Ngko koyok Mbah lho.

DAMAR

Hehe, susah Mbak. Dari kecil wis

seneng yang manis-manis.

LARAS

Nah, wis,coba diwalik kui Mas.

Damar tidak terlalu mendengar perkataan Laras. Ia sedikit melamun, memikirkan kakeknya yang sakit, tapi ia kecewakan dengan banyak hal. Ini menjadikkan Laras kembali mengulang perkataannya.

LARAS

Mas, iku wis waktune ngewalik.

DAMAR

Ohhh, iya Mbak, iya.

Pikiran Damar mulai tidak fokus. Tapi ia tetap berusaha membalik donat itu. Laras berdiri di sebelah Damar, tepat di dekat kompor. Saat Damar sedang sibuk membalik donat, Caramel berlari ke dekat kakinya. Refleks, ia pun bergerak, menengok ke arah kakinya. Tanpa sengaja, minyak panas yang tersendok oleh spatula mengenai tangan Laras.

Laras teriak kesakitan. Tapi dengan sigap, ia langsung mengguyur tangannya dengan air dingin. Saat itulah Mbah Jatmiko datang menghampiri, memeriksa ada apa gerangan di dapur.

MBAH JATMIKO

(agak berteriak khawatir)

Enek opo toh ribut-ribut?

CUT TO FLASHBACK:

59. INT. KAMAR GUPITA DAN ESTU. JAKARTA - DINI HARI

Damar berusaha mengatur napas. Saat sudah dirasa cukup tenang, ia melihat ke sekeliling kamar, berharap menemukan sesuatu yang sekiranya bisa dijadikan senjata. Tapi di kamar itu, tidak ada barang lain yang bisa dijadikan senjata. Akhirnya, Damar berjalan menuju meja nakas milik ayahnya itu. Damar melihat pistol yang tadi dipegang ibunya. Ia bingung bagaimana cara memakainya.

Di atas meja itu juga terdapat foto ayah dan ibunya. Dalam foto itu, nampak ayahnya yang mengenakan seragam tentara, sedang merangkul ibunya yang tersenyum manis ke arah kamera. Setelah melihat foto itu, Damar tersadar, kalau inilah yang harus ia lakukan. Ia harus melindungi ibunya.

Dengan hati yang mantap, Damar membawa pistol itu dan melangkah keluar kamar.

BACK TO:

60. INT. DAPUR DAN RUANG MAKAN RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - SIANG

Damar masih mendampingi Laras yang terus membasuh tangannya pada keran bak cuci piring. Wajahnya nampak tenang dan santai, tapi sebenarnya ia menahan sakit.

Sesekali saat Damar tidak melihatnya, ia akan meringis kecil. Ia hanya tidak ingin Damar merasa bersalah.

Mbah Jatmiko kembali. Ia membawa kotak obat dan bertanya,

MBAH JATMIKO

Piye, wis ilang rung minyak e?

LARAS

Uwis sih iki, Mbah.

MBAH JATMIKO

Mar, obatono kui si Laras!

DAMAR

Nggeh..

Laras mematikan keran dan duduk di kursi ruang makan. Damar menyusul setelahnya. Damar masih sungkan dan tidak enak. Dengan agak canggung, Damar menggeser kursinya agar berhadapan dengan Laras, dan mulai mengobati tangan Laras, seperti wanita itu mengobati tangannya.

LARAS

Santai lho Mas. Aku iso dewe kok.

DAMAR

Gak popo. Kui gara-gara aku og yo an.

Sedangkan Mbah Jatmiko, dengan cekatan ia mematikan kompor dan mengangkat donat-donat itu dengan saringan, lantas bergabung dengan yang lainnya di ruang makan dengan tatapan marah.

CUT TO FLASHBACK:

61. INT. RUANG KELUARGA. JAKARTA - DINI HARI

Damar kecil berjalan menuruni tangga. Sekilas, dapat terlihat pula dapur rumah yang berantakan. Semua bahan masakan untuk catering berserakan di sana-sini. Damar lalu mengintip dari balik dinding yang membatasi secara langsung antara ruang dekat tangga dengan ruang keluarga. Di sana ada seorang perampok dengan tubuh ramping dan tinggi, sedang bergelut dengan ibunya. Gupita dengan tangan penuh darah karena luka sayat, berusaha melepaskan diri dari kuncian yang dilakukan si perampok. Di dekatnya tergeletak pisau yang tadi ia bawa dari kamar.

Samar-samar, Damar mendengar suara dari garasi. Itu adalah perampok yang satunya, yang sedang berusaha membobol mobil dan mengangkut barang-barang mereka ke bagasi mobil.

Gupita berhasil lepas dari kuncian tersebut. Gerak-gerik Gupita khas sekali, seperti pesilat. Tapi sialnya, si Perampok Tinggi itu melempar parangnya ke arah Gupita, yang mana itu sukses mengenai paha wanita itu.

BACK TO:

62. INT. DAPUR DAN RUANG MAKAN RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - SIANG

Damar baru saja selesai memasangkan perban kain kasa pada Laras. Tapi Mbah Jatmiko menggeleng dan kalah dengan emosi.

MBAH JATMIKO

(berteriak)

Koe ki nopo sih? Kok mesti ngono?!

Iso po ra to ra usah sok ngewangi

kabeh dewe?! Pisaaaaan ae. Ra kulino

nguuurusi dapur ae kok ndadak masak

barang! AKHIRE OPO? NGGAWE MASALAH

NEH TO? MBAH KI KESEL. KOE NGGAWE

MASALAH TERUS, EMBAH NEH SING NGERESIK I,

TERUS SING DADI KORBAN SOPO? KABEHHHH!

CEROBOH E KOE KUI LHOOOO..

Damar hanya diam. Tenggorokannya kelu menahan tangis. Matanya mulai berkaca-kaca. Laras pun tidak berani melawan kalau melihat Mbah Jatmiko marah. Ia hanya bisa ikut diam, sambil tetap mengawasi kedua orang di hadapannya ini, agar jangan sampai ada yang melewati batas.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar